{"title":"Keterbukaan Diri Remaja Kepada Orang Tua dalam Keluarga Broken Home","authors":"Farhany Abdillah, Aprilianti Pratiwi","doi":"10.24912/ki.v2i3.25933","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Keluarga broken home karena perceraian tidak hanya berdampak pada status keluarga saja, tapi bisa berdampak pada proses komunikasi yang terjalin di keluarga tersebut. Namun bagi beberapa remaja, perceraian orang tua tidak selalu berakibat buruk. Hal tersebut bergantung pada upaya orang tua membangun kebiasaan mengomunikasikan banyak hal bagaimanapun keadaannya. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menganalisis keterbukaan diri remaja dan mengetahui faktor penghambat keterbukaan diri remaja kepada orang tuanya dalam keluarga broken home akibat perceraian. Penelitian ini menggunakan teori self disclosure dengan metode kualitatif deskriptif dan paradigma post-positivis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan purposive sampling dengan kategori remaja awal, tengah, dan akhir. Berdasarkan hasil penelitian, hubungan dan komunikasi antara orang tua dan ketiga remaja hanya berjalan baik dengan salah satu orang tua yang masih tinggal bersama, yaitu Ibu. Remaja awal dan remaja tengah enggan melakukan keterbukaan diri, sementara remaja akhir dapat melakukan self disclosure dengan tepat. Adapun hambatan ketiga remaja dalam melakukan self disclosure juga dilihat dari tipe kepribadian, gender, dan adanya perasaan takut.","PeriodicalId":485943,"journal":{"name":"Kiwari","volume":"189 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-09-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Kiwari","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24912/ki.v2i3.25933","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Keluarga broken home karena perceraian tidak hanya berdampak pada status keluarga saja, tapi bisa berdampak pada proses komunikasi yang terjalin di keluarga tersebut. Namun bagi beberapa remaja, perceraian orang tua tidak selalu berakibat buruk. Hal tersebut bergantung pada upaya orang tua membangun kebiasaan mengomunikasikan banyak hal bagaimanapun keadaannya. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menganalisis keterbukaan diri remaja dan mengetahui faktor penghambat keterbukaan diri remaja kepada orang tuanya dalam keluarga broken home akibat perceraian. Penelitian ini menggunakan teori self disclosure dengan metode kualitatif deskriptif dan paradigma post-positivis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan purposive sampling dengan kategori remaja awal, tengah, dan akhir. Berdasarkan hasil penelitian, hubungan dan komunikasi antara orang tua dan ketiga remaja hanya berjalan baik dengan salah satu orang tua yang masih tinggal bersama, yaitu Ibu. Remaja awal dan remaja tengah enggan melakukan keterbukaan diri, sementara remaja akhir dapat melakukan self disclosure dengan tepat. Adapun hambatan ketiga remaja dalam melakukan self disclosure juga dilihat dari tipe kepribadian, gender, dan adanya perasaan takut.