Local Tradition Based-Multicultural Education Management: A case sudy of Perang Topat Festival in Lingsar Temple, West Lombok-Indonesia

Mohamad Iwan Fitriani
{"title":"Local Tradition Based-Multicultural Education Management: A case sudy of Perang Topat Festival in Lingsar Temple, West Lombok-Indonesia","authors":"Mohamad Iwan Fitriani","doi":"10.20414/elhikmah.v17i1.8503","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This study was conducted in the sacred places located in the Lingsar village, West Lombok, Indonesia, and focused on (1) the process of the Perang Topat (Topat war) festival; (2) the multicultural behaviors manifested in the Perang Topat festival; (3) strategy to manage educational curriculum based on local tradition. Data were gathered through in-depth interviews, observation, and documentation using a qualitative technique with a case study design. Braun and Clarke's theme analysis was used to analyze the data in six steps. This study discovered, multicultural education perspectives, that (1) the Perang Topat is a unique war because it changes a sign of enmity into a symbol of harmony between Muslims, Hindus and other participants; (2) the war of peace provides six dominant multicultural behaviors that contribute to multicultural education development; and (3) to manage education curriculum based on local tradition, there are two main steps taken, namely, the contribution and the additive approach. The second step is the best way to build interreligious practices-based multicultural education. Abstrak: Penelitian ini dilakukan di tempat keramat yang terletak di Desa Lingsar, Lombok Barat, Indonesia. Penelitian difokuskan pada tiga aspek utama: (1) proses pelaksanaan festival Perang Topat, (2) perilaku multikultural yang termanifastasi dalam festival Perang Topat, dan (3) strategi pengelolaan kurikulum pendidikan berbasis tradisi lokal. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi dengan menggunakan teknik kualitatif dengan desain studi kasus. Analisis tema dari Braun dan Clarke digunakan untuk menganalisis data dalam enam langkah. Hasil penelitian ini mengungkapkan, dalam konteks pendidikan multikultural bahwa: (1) Festival Perang Topat memiliki karakteristik unik karena mampu mengubah simbol permusuhan menjadi simbol kerukunan antara umat Islam, Hindu, dan partisipan dari latar belakang agama lain; (2) Festival Perang Topat sebagai bentuk \"perang damai\" menunjukkan adanya enam perilaku multikultural dominan yang memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan pendidikan multikultural; dan (3) Untuk mengelola kurikulum pendidikan yang berbasis pada tradisi lokal, ditemukan dua langkah utama yang diambil, yaitu pendekatan kontribusi dan pendekatan aditif. Pendekatan kedua ini dianggap sebagai pendekatan terbaik untuk membangun pendidikan multikultural yang berlandaskan pada praktik-praktik antar agama.","PeriodicalId":32063,"journal":{"name":"Hikmah Jurnal Pendidikan Islam","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-10-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Hikmah Jurnal Pendidikan Islam","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.20414/elhikmah.v17i1.8503","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

This study was conducted in the sacred places located in the Lingsar village, West Lombok, Indonesia, and focused on (1) the process of the Perang Topat (Topat war) festival; (2) the multicultural behaviors manifested in the Perang Topat festival; (3) strategy to manage educational curriculum based on local tradition. Data were gathered through in-depth interviews, observation, and documentation using a qualitative technique with a case study design. Braun and Clarke's theme analysis was used to analyze the data in six steps. This study discovered, multicultural education perspectives, that (1) the Perang Topat is a unique war because it changes a sign of enmity into a symbol of harmony between Muslims, Hindus and other participants; (2) the war of peace provides six dominant multicultural behaviors that contribute to multicultural education development; and (3) to manage education curriculum based on local tradition, there are two main steps taken, namely, the contribution and the additive approach. The second step is the best way to build interreligious practices-based multicultural education. Abstrak: Penelitian ini dilakukan di tempat keramat yang terletak di Desa Lingsar, Lombok Barat, Indonesia. Penelitian difokuskan pada tiga aspek utama: (1) proses pelaksanaan festival Perang Topat, (2) perilaku multikultural yang termanifastasi dalam festival Perang Topat, dan (3) strategi pengelolaan kurikulum pendidikan berbasis tradisi lokal. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi dengan menggunakan teknik kualitatif dengan desain studi kasus. Analisis tema dari Braun dan Clarke digunakan untuk menganalisis data dalam enam langkah. Hasil penelitian ini mengungkapkan, dalam konteks pendidikan multikultural bahwa: (1) Festival Perang Topat memiliki karakteristik unik karena mampu mengubah simbol permusuhan menjadi simbol kerukunan antara umat Islam, Hindu, dan partisipan dari latar belakang agama lain; (2) Festival Perang Topat sebagai bentuk "perang damai" menunjukkan adanya enam perilaku multikultural dominan yang memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan pendidikan multikultural; dan (3) Untuk mengelola kurikulum pendidikan yang berbasis pada tradisi lokal, ditemukan dua langkah utama yang diambil, yaitu pendekatan kontribusi dan pendekatan aditif. Pendekatan kedua ini dianggap sebagai pendekatan terbaik untuk membangun pendidikan multikultural yang berlandaskan pada praktik-praktik antar agama.
基于地方传统的多元文化教育管理:以印尼西龙目岛灵沙寺Perang Topat节为例
这项研究是在位于印尼西龙目岛Lingsar村的圣地进行的,重点是(1)Perang Topat (Topat战争)节日的过程;(2)槟榔节表现出的多元文化行为;(3)基于地方传统的教育课程管理策略。数据通过深入访谈、观察和使用案例研究设计的定性技术记录收集。采用Braun和Clarke的主题分析法,分六个步骤分析数据。本研究发现,从多元文化教育的角度来看,(1)Perang Topat是一场独特的战争,因为它将穆斯林、印度教徒和其他参与者之间的敌意标志转变为和谐的象征;(2)和平战争为多元文化教育的发展提供了六种主导的多元文化行为;(3)基于地方传统的教育课程管理主要有两个步骤,即贡献法和加法法。第二步是建立以跨宗教实践为基础的多元文化教育的最佳途径。摘要:印度尼西亚龙目岛,Penelitian ini dilakukan di tempat keramat yang terletak di Desa Lingsar。penelolaan difokuskan padtiga ask utama:(1)提出Perang Topat的pelaksanaan节;(2)Perang Topat的perperaku多元文化yang termaniastasi dalam节;(3)penelolaan kurikulum pendidikan berbasis tradisi。数据、数据、观测、数据、数据、数据、数据、数据、数据、数据、数据、数据、数据、数据、数据、数据、数据、数据、数据、数据、数据、数据、数据等。分析数据,布朗,丹,克拉克,分析数据,dalam, enam, langkah。(1) Perang Topat memoriliki karakteristik unik karena mampu mengubah符号permusuhan menjadi符号kerukunan antara umat伊斯兰教,印度教,dan partisipan dari latar belakang agama lain;(2)节日Perang Topat sebagai bentuk " Perang damai" menunjukkan adanya enam peraraku多元文化支配性yang memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan pendidikan多元文化;(3) Untuk mengelola kurikulum pendidikan yang berbasis padtradisi loal, ditemukan dua langkah utama yang diambil, yitu pendekatan kontribusi dan pendekatan aditif。Pendekatan kedua ini dianggap sebagai Pendekatan terbaik untuk成员bangunn pendidikan多元文化yang berlandaskan pakaktik -praktik antar agama。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
审稿时长
20 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信