Muhammad Fahmi Nugraha, Afnimar Afnimar, M. Taufik Gunawan, M. Ramdhan, Iman Fatchurochman, Nova Heryandoko
{"title":"KATEGORISASI STASIUN SEISMIK DAN PENGARUHNYA DALAM PENENTUAN PARAMETER MAGNITUDO GEMPABUMI BMKG","authors":"Muhammad Fahmi Nugraha, Afnimar Afnimar, M. Taufik Gunawan, M. Ramdhan, Iman Fatchurochman, Nova Heryandoko","doi":"10.31172/jmg.v24i1.886","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Kewajiban mengirimkan informasi gempa dalam waktu kurang dari lima menit menyebabkan magnitudo yang diproses oleh BMKG hanya berasal dari stasiun seismik yang merekam gelombang seismik pada rentang waktu tersebut, sehingga nilainya masih fluktuatif dan berpotensi menimbulkan perbedaan dengan magnitudo final. Setiap jenis magnitudo yang ditentukan pada lima menit pertama, (MLv, mb, mB, dan Mwp) merupakan hasil dari rata-rata nilai magnitudo dari setiap stasiun seismic yang menentukannya sehingga nilainya bergantung pada hasil magnitudo pada masing-masing stasiun. Sistem SeisComP di BMKG menggunakan metode trimmed mean sehingga stasiun dengan nilai magnitudo terlampau besar atau kecil akan dieliminasi dalam penentuan magnitudo. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi fluktuasi penentuan magnitudo pada lima menit pertama dengan mencari stasiun seismik mana yang paling sering dieliminasi dengan metode trimmed mean, kemudian divalidasi dengan site quality stasiun. Selanjutnya dibuat 2 kategori utama stasiun seismik, 1) stasiun primer yang digunakan dalam penentuan lokasi dan magnitudo gempa, dan 2) stasiun sekunder yang hanya digunakan dalam penentuan lokasi gempa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stasiun dengan site quality yang baik secara umum akan menghasilkan nilai magnitudo yang baik dengan hasil 285 stasiun seismik yang dikategorikan sebagai stasiun primer dan sisanya 126 stasiun seismik dikategorikan sebagai stasiun sekunder. Stasiun primer tersebut diuji coba dalam penentuan magnitudo menggunakan playback SeisComP dengan memutar ulang 256 kejadian gempa. Hasilnya menunjukkan bahwa fluktuasi magnitudo pada menit-menit awal dapat direduksi dengan baik yang ditunjukkan dengan adanya residual dan deviasi terhadap nilai magnitudo akhir yang lebih kecil dibandingkan hasil BMKG, hal ini mengindikasikan bahwa penentuan magnitudo dengan stasiun primer menunjukkan hasil yang lebih baik","PeriodicalId":32347,"journal":{"name":"Jurnal Meteorologi dan Geofisika","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Meteorologi dan Geofisika","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.31172/jmg.v24i1.886","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Kewajiban mengirimkan informasi gempa dalam waktu kurang dari lima menit menyebabkan magnitudo yang diproses oleh BMKG hanya berasal dari stasiun seismik yang merekam gelombang seismik pada rentang waktu tersebut, sehingga nilainya masih fluktuatif dan berpotensi menimbulkan perbedaan dengan magnitudo final. Setiap jenis magnitudo yang ditentukan pada lima menit pertama, (MLv, mb, mB, dan Mwp) merupakan hasil dari rata-rata nilai magnitudo dari setiap stasiun seismic yang menentukannya sehingga nilainya bergantung pada hasil magnitudo pada masing-masing stasiun. Sistem SeisComP di BMKG menggunakan metode trimmed mean sehingga stasiun dengan nilai magnitudo terlampau besar atau kecil akan dieliminasi dalam penentuan magnitudo. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi fluktuasi penentuan magnitudo pada lima menit pertama dengan mencari stasiun seismik mana yang paling sering dieliminasi dengan metode trimmed mean, kemudian divalidasi dengan site quality stasiun. Selanjutnya dibuat 2 kategori utama stasiun seismik, 1) stasiun primer yang digunakan dalam penentuan lokasi dan magnitudo gempa, dan 2) stasiun sekunder yang hanya digunakan dalam penentuan lokasi gempa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stasiun dengan site quality yang baik secara umum akan menghasilkan nilai magnitudo yang baik dengan hasil 285 stasiun seismik yang dikategorikan sebagai stasiun primer dan sisanya 126 stasiun seismik dikategorikan sebagai stasiun sekunder. Stasiun primer tersebut diuji coba dalam penentuan magnitudo menggunakan playback SeisComP dengan memutar ulang 256 kejadian gempa. Hasilnya menunjukkan bahwa fluktuasi magnitudo pada menit-menit awal dapat direduksi dengan baik yang ditunjukkan dengan adanya residual dan deviasi terhadap nilai magnitudo akhir yang lebih kecil dibandingkan hasil BMKG, hal ini mengindikasikan bahwa penentuan magnitudo dengan stasiun primer menunjukkan hasil yang lebih baik