{"title":"Food Waste Management Framework to Support Sustainable Agriculture in Pagar Alam City Of South Sumatera","authors":"D. Novriadhy, O. Juairiyah","doi":"10.30559/jpn.v3i2.98","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Mengembalikan sampah makanan (SM) sebagai kompos ke lahan pertanian dianggap sebagai salah satu opsi terbaik untuk memastikan keberlanjutan pertanian bagi kota-kota yang bergantung pada sektor pertanian sebagai tulang punggung dari modal pembangunan mereka seperti Kota Pagar Alam. Sementara pengomposan SM mudah dilakukan dalam skala kecil, membuat kompos dari SM di tingkat kota merupakan tugas yang memberatkan yang berarti perlu pengelolaan sampah yang tepat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kerangka kerja manajemen SM untuk Kota Pagar Alam berdasarkan metodologi Life Cycle Assessment. Variabel yang dimasukkan dalam kerangka adalah struktur usia rumah tangga, kebiasaan makan, pengeluaran makanan per kapita, penghasilan kepala rumah tangga, praktik belanja, perilaku pemisahan sampah dan sikap pada barang bekas. Temuan menunjukkan timbulan SM dipengaruhi oleh struktur usia rumah tangga serta pengeluaran makanan. Jumlah anggota rumah tangga di bawah usia lima tahun memiliki pengaruh lebih besar terhadap timbulan SM (Exp β = 5,04) daripada pengeluaran makanan per kapita (4,37) atau jumlah anggota rumah tangga yang berusia lima tahun atau lebih (2,16). Alasan mengapa rumah tangga tidak melakukan pemilahan sampah adalah terlalu malas, memiliki kesenjangan pengetahuan dan kurangnya fasilitas. Temuan menyarankan otoritas lokal untuk mengintegrasikan pengumpul sampah informal ke dalam sistem pengelolaan sampah dan menciptakan permintaan pasar kompos untuk mengatasi hambatan sosial yang ada. Studi ini menyimpulkan bahwa dimasukkannya struktur usia rumah tangga dan perubahan perilaku masyarakat dalam kerangka kerja manajemen SM sangat penting.","PeriodicalId":345670,"journal":{"name":"Jurnal Pembangunan Nagari","volume":"43 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-12-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"4","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Pembangunan Nagari","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.30559/jpn.v3i2.98","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 4
Abstract
Mengembalikan sampah makanan (SM) sebagai kompos ke lahan pertanian dianggap sebagai salah satu opsi terbaik untuk memastikan keberlanjutan pertanian bagi kota-kota yang bergantung pada sektor pertanian sebagai tulang punggung dari modal pembangunan mereka seperti Kota Pagar Alam. Sementara pengomposan SM mudah dilakukan dalam skala kecil, membuat kompos dari SM di tingkat kota merupakan tugas yang memberatkan yang berarti perlu pengelolaan sampah yang tepat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kerangka kerja manajemen SM untuk Kota Pagar Alam berdasarkan metodologi Life Cycle Assessment. Variabel yang dimasukkan dalam kerangka adalah struktur usia rumah tangga, kebiasaan makan, pengeluaran makanan per kapita, penghasilan kepala rumah tangga, praktik belanja, perilaku pemisahan sampah dan sikap pada barang bekas. Temuan menunjukkan timbulan SM dipengaruhi oleh struktur usia rumah tangga serta pengeluaran makanan. Jumlah anggota rumah tangga di bawah usia lima tahun memiliki pengaruh lebih besar terhadap timbulan SM (Exp β = 5,04) daripada pengeluaran makanan per kapita (4,37) atau jumlah anggota rumah tangga yang berusia lima tahun atau lebih (2,16). Alasan mengapa rumah tangga tidak melakukan pemilahan sampah adalah terlalu malas, memiliki kesenjangan pengetahuan dan kurangnya fasilitas. Temuan menyarankan otoritas lokal untuk mengintegrasikan pengumpul sampah informal ke dalam sistem pengelolaan sampah dan menciptakan permintaan pasar kompos untuk mengatasi hambatan sosial yang ada. Studi ini menyimpulkan bahwa dimasukkannya struktur usia rumah tangga dan perubahan perilaku masyarakat dalam kerangka kerja manajemen SM sangat penting.