{"title":"Penerimaan Islam Di Sinjai Abad XVII (Analisis Perubahan Sosial Politik Dan Budaya)","authors":"M. Anis","doi":"10.47435/retorika.v1i1.80","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Kedatangan Muslim di Sinjai ditandai dengan makam Puang Demmaq. Pada tahun 1604, I Towa Suro-Raja Lamatti XI diislamkan oleh Dato ri Tiro. Pada tahun 1607-1610, Dato ri Bandang mengislamkan La Pateddungi-Raja Bulo-Bulo IX. Putta Massabangnge, Puang Belle, Tuanta Yusufu, Syek Ibrahim Rahmat, Laming, dan To Maeppe Daeng Situncu, I Bolong Daeng Makketti, Laloasa Daeng Parani, Raja Daeng Mattojeng, Ismaila Daeng Pahonging, merupakan tokoh islamisasi. Pada tahun 1637, muncul ulama yang memiliki silsilah tarekat Syattariyah dan Qadiriyah, yakni: Haji al-Syekh al-Julaij Ahmad bin Abdullah al Bugisi, Al-Syekh Abdul Rahman bin Abdullah Lamatti, Syekh Abdul Jalil bin Abdullah Bulo-Bulo, dan Syekh Abdul Basir bin Abdul Jalil al-Bira wa al-Bugisi. Top Down merupakan pola islamisasi di Sinjai. Islamisasi di Sinjai berasal dari arah Timur, Barat, dan Utara dengan pendekatan tasawuf dan syariat. Perubahan Sosial-politik dan budaya dapat dilihat dalam tiga aspek. Pertama, Perubahan Sosial dalam aspek pemahaman keagamaan yakni: lahirnya kelompok Pagama dan penganut Attoriolong. Kedua, Perubahan Sosial dalam aspek sistem sosial yakni: integrasi Sara (syariat) Islam ke dalam Pangngaderreng. Ketiga, Perubahan Sosial dalam aspek ritual-tradisi budaya bercorak Islam, seperti: Sikkiri Jumaq, Mabbilang Penni, Matteggo, Mattampung, Mabbarasanji, Mabbasya Doang dan Mappanre Temme.","PeriodicalId":225738,"journal":{"name":"RETORIKA : Jurnal Kajian Komunikasi dan Penyiaran Islam","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"1900-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"RETORIKA : Jurnal Kajian Komunikasi dan Penyiaran Islam","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.47435/retorika.v1i1.80","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Kedatangan Muslim di Sinjai ditandai dengan makam Puang Demmaq. Pada tahun 1604, I Towa Suro-Raja Lamatti XI diislamkan oleh Dato ri Tiro. Pada tahun 1607-1610, Dato ri Bandang mengislamkan La Pateddungi-Raja Bulo-Bulo IX. Putta Massabangnge, Puang Belle, Tuanta Yusufu, Syek Ibrahim Rahmat, Laming, dan To Maeppe Daeng Situncu, I Bolong Daeng Makketti, Laloasa Daeng Parani, Raja Daeng Mattojeng, Ismaila Daeng Pahonging, merupakan tokoh islamisasi. Pada tahun 1637, muncul ulama yang memiliki silsilah tarekat Syattariyah dan Qadiriyah, yakni: Haji al-Syekh al-Julaij Ahmad bin Abdullah al Bugisi, Al-Syekh Abdul Rahman bin Abdullah Lamatti, Syekh Abdul Jalil bin Abdullah Bulo-Bulo, dan Syekh Abdul Basir bin Abdul Jalil al-Bira wa al-Bugisi. Top Down merupakan pola islamisasi di Sinjai. Islamisasi di Sinjai berasal dari arah Timur, Barat, dan Utara dengan pendekatan tasawuf dan syariat. Perubahan Sosial-politik dan budaya dapat dilihat dalam tiga aspek. Pertama, Perubahan Sosial dalam aspek pemahaman keagamaan yakni: lahirnya kelompok Pagama dan penganut Attoriolong. Kedua, Perubahan Sosial dalam aspek sistem sosial yakni: integrasi Sara (syariat) Islam ke dalam Pangngaderreng. Ketiga, Perubahan Sosial dalam aspek ritual-tradisi budaya bercorak Islam, seperti: Sikkiri Jumaq, Mabbilang Penni, Matteggo, Mattampung, Mabbarasanji, Mabbasya Doang dan Mappanre Temme.