Dunia Simbolik: Ruang bagi Pemaknaan dan Kesadaran

Victorius Didik Suryo Hartoko
{"title":"Dunia Simbolik: Ruang bagi Pemaknaan dan Kesadaran","authors":"Victorius Didik Suryo Hartoko","doi":"10.24071/suksma.v3i2.5284","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Apa itu ilmu psikologi? Pertanyaan semacam ini cukup lazim di antara akademisi psikologi. Pertanyaan ini terus menerus muncul dalam sejarah psikologi, seolah-olah para peneliti dan akademisi psikologi tidak pernah merasa kerasan tinggal di rumahnya sendiri. Seperti seseorang yang mendiami rumah baru, beberapa tampak asing dan beberapa tampak familiar, namun selalu timbul perasaan ada yang tidak cocok. Orang awam dengan mudah menyebutkan psikologi sebagai ilmu jiwa dengan merunut pada etimologinya, psike, namun para akademisi terombang-ambing antara psikologi sebagai ilmu perilaku dan ilmu mental. Asosiasi psikologi Amerika yang menjadi acuan sebagaian besar akademisi psikologi di Indonesia mendefinisikan psikologi sebagai, ilmu yang meneliti pikiran dan perilaku atau kajian ilmiah terhadap perilaku individu dan proses-proses mentalnya (Perez-Alvarez, 2018). Kesulitan terutama yang dihadapi untuk menentukan ruang lingkup psikologi salah satunya berasal dari upaya menggambarkan psikologi sebagai ilmu yang dipandang “sejati”, yakni ilmu yang mengikuti kaidah dan norma cara meneliti ilmu alam. Jika psikologi harus beroperasi seperti halnya ilmuwan fisika, data tentang pengalaman subjektif mengenai perjuangan seseorang untuk mencapai kesejahteraan mental maupun berbagai pengalaman psikologis lainnya tidak dapat masuk hitungan. Standard emas menurut pendekatan ini, sering disebut sebagai pendekatan positivisme, adalah gejala yang dapat teramati oleh pihak ketiga. Dan yang paling memenuhi standar ini adalah gejala perilaku, seperti jumlah air liur yang keluar atau jumlah perilaku menginjak pedal di dalam kotak Skinner. Perilaku seperti itu dapat diamati oleh pihak ketiga dan sekaligus dapat dihitung. Tes-tes prestasi dan tes kemampuan lain dapat digolongkan ke dalam perilaku yang teramati, karena dalam tes semacam itu berapa jumlah soal yang terjawab dengan benar dapat diketahui oleh siapapun. Tes inventori maupun skala sikap meskipun memiliki penampakan yang sama dengan tes prestasi atau kemampuan, dalam standar emas ini kurang dapat diterima karena masih mengandalkan pelaporan diri yang tak dapat diperiksa oleh pihak ketiga. Peneliti yang menggunakan peralatan ini berasumsi bahwa pengakuan testee dapat dipercaya, ketika ia menyatakan bahwa perilakunya sesuai atau tidak sesuai dengan item pernyataan. Namun karena pengakuan itu dapat direpresentasikan dalam derajat angka kesetujuan dan dapat dibandingkan tingkat kesetujuan antar responden, publik akdemik psikologi cenderung dapat menoleransi kelemahan tersebut. Alhasil studi-studi psikologi dipenuhi dengan data-data kuesioner berskala. Yang tidak mudah diterima oleh arus utama psikologi modern adalah narasi dan pengakuan verbal pihak pertama, si pelaku atau si orang yang mengalami keadaan dan peristiwa yang menjadi topik penelitian. Isi dari pengakuan verbal dan narasi pengalaman tidak dapat disaksikan secara langsung oleh pihak lain. Orang lain hanya dapat merasakan dan membandingkannya dengan perasaan dan gambarannya sendiri. Proses ini memerlukan sikap empatik dan intersubjektivitas peneliti, yaitu sejauh mana narasi dan pengakuan itu dapat menjadi masuk akal di dalam dunia subjektif peneliti atau pendengar lain. Asosiasi psikologi arus utama seperti Asosiasi Psikologi Amerika telah menerima keberadaan penelitian kualitatif sebagai bagian dari praktek disiplin ilmiah psikologi di dalam Divisi 5 Asosiasi Psikologi Amerika: Division for Quantitative and Qualitative Methods (American Psychological Association, 2022). Penerimaan ini tidak serta merta membuat kajian kualitatif dipandang sejajar dengan kajian kuantitatif. Posisinya tetaplah marginal (Kidd, 2002; Rennie, 2012). Keengganan ini selain bersumber dari sifat data yang naratif dan pengakuan diri, juga bersumber dari sifat interpretatif dari analisis data kualitatif yang mengancam generalitas, validitas sekaligus berseberangan dengan gambaran ilmu yang positivistik (Kidd, 2002). Interpretasi peneliti dalam proses pemerolehan data hingga analisis data kualitatif tidak dapat dihindari. Dunia kesadaran dan pemaknaan hanya dapat terkomunikasikan dengan jelas melalui narasi dan bahasa yang memerlukan penafsiran dari pihak pendengarnya. Bahkan proses interpretasi sudah dimulai ketika pengalaman ataupun peristiwa itu terjadi. Di dalam dunia phenomenal orang berhadapan dengan dunia yang tak terdefinisikan dengan jelas. Si pelaku atau si penderita mencoba menggambarkan apa yang dialaminya dengan kata-kata dan narasi. Ia menerka-nerka apa yang dialaminya dan mencoba menuturkannya dengan perangkat yang dapat dipahami oleh pendengarnya. Demikian juga pendengarnya. Ia mencoba untuk membayangkan apa yang dirasakan dan dialami si pencerita dan sekaligus mengkonseptualisasikannya dalam kosa kata yang dapat dimengerti oleh pembaca, yakni publik ilmiah psikologi. Pemahaman dunia kesadaran dan pemaknaan memerlukan penafsiran yang berujung pada rasa kesamaan pengalaman atau empati (Kendler, 1970). Hampir mirip dengan orang yang membaca novel. Novel yang bagus dinilai dari kemampuannya untuk menginduksi pengalaman yang sama dalam diri pembacanya. Celakanya sebagian besar pengalaman psikologis kita hanya terkomunikasikan melalui medium kata-kata dan narasi. Menolak mode penelitian semacam ini akan membuat banyak hal dari kehidupan kita tidak mendapat tempat dalam dunia psikologi ilmiah.Kesadaran dan pemaknaan terhadap pengalaman adalah mode sehari-hari orang tinggal di dunia bersama dengan orang lain. Untuk menyatakan kesadaran maupun pemaknaan orang memerlukan simbol-simbol yang diciptakan bersama secara kolektif. Pembedaan manusia dari spesies hewan adalah dunia simbolik tersebut. Cassirer (1987) menyebut manusia sebagai binatang simbolik. Urusan manusia bukan hanya terarah pada dunia alamiah tetapi terutama pada dunia simbolik ciptaannya sendiri yang dimaksudkan untuk menggambarkan dunia alamiah di luar sana maupun dunia perasaan dan imajinasi di dalam diri sendiri. Bahasa dan simbol menjadi penghubung antar manusia maupun penghubung antara manusia dengan dunia alamiahnya (baik dunia eksternal maupun dunia internalnya). Dunia simbolik tersebut merupakan rekayasa kolektif atau kebudayaan. Pengalaman pribadi sekalipun tak dapat terpahami oleh diri sendiri jika tidak melewati dunia simbolik tersebut. Dengan kata lain pemahaman diri sendiri atas kehidupan sekaligus merupakan pemahaman bersama melalui kegiatan berbicara dan bercerita (Bruner, 2004). Ruang lingkup psikologi tidak bisa dibatasi hanya pada dunia mental phenomenal maupun perilaku individu, seperti yang didefinisikan oleh APA tetapi merentang dari rasa kebertubuhannya hingga dunia semiotik / simbolik yang bersifat kolektif dan kultural. Henriques (1983; 2004) menggambarkan psikologi sebagai dunia antara ilmu-ilmu biologi dan ilmu-ilmu kemanusiaan kultural. Individu yang menjalani kehidupan tinggal dalam tiga dunia secara simultan: dunia tubuhnya, dunia psikologisnya dan dunia sosial-kulturalnya (Perez-Alvarez, 2018). Freud (1949) menggambarkan dunia mental manusia baik yang disadari maupun tidak disadarinya dengan mengacu pada tiga dunia tersebut secara sekaligus yakni id (dunia tubuh dengan segala gambaran mengenai nafsu maupun dorongannya), ego (rasa kedirian dan individualitas) dan super ego, yang secara harafiah berarti dunia diatas ku, yaitu dunia sosial dan kultural yang termediasi melalui kehadiran orangtua. Kehidupan seseorang tidak terbayangkan tanpa ketiga dunia tersebut. Pengalaman badaniah selalu akan mewarnai rasa kedirian seseorang baik sebagi pelaku (agen) maupun sebagai penderita (orang yang merasakan pengalaman) dan perasaan kedirian itu selalu mengandaikan adanya kehidupan bersama orang lain. Jika psikologi akademis memiliki komitmen terhadap kenyataan ini mau tak mau dunia akademis psikologi akan memeluk pluralitas epistemologis-metodologis maupun ontologis ini. Artikel pertama dalam edisi ini yang berjudul “Analisis Statistika dalam Riset-Riset Psikologi Komunikasi: Sebuah Studi Literatur” mencoba memetakan kecenderungan metodologis para peneliti ketika meniliti dunia komunikasi. Artikel kedua, “Hubungan antara Regulasi Diri dengan Fear of Missing Out pada Mahasiswa Pengguna Media Sosial” memperlihatkan keterkaitan dunia internal dengan dunia sosial yang menjadi habitat kehidupan seseorang. Upaya untuk mendeskripsikan dunia phenomenal dengan memanfaatkan cerita maupun dunia simbolik kata tampak dalam dua artikel berikutnya yang berjudul: “Dinamika Meaning Making Process pada Emerging Adulthood dengan Riwayat Adverse Childhood Experiences dan Non Suicidal Self Injury”, serta “Analisis Tematik Kebahagiaan pada Milenil Kelas Menengah”. Kedua artikel tersebut menggunakan metode penelitian kualitatif. Artikel kelima yang berjudul “Efek Stress terhadap False Memory Recall dan Recognition”, memperlihatkan bagaimana proses pemaknaan yang terepresentasikan dalam false memori bersifat kokoh dan tidak terganggu oleh kehadiran stres. Artikel keenam, “Keterikatan Kerja dan Intensi Turnover pada Karyawan Generasi Y” menunjukkan intensi seseorang tidak dapat dilepaskan dari pengalamannya. Keragaman topik dan metodologis dari berbagai artikel tersebut dapat ditawarkan sekaligus pada para pembaca karena komitmen Jurnal ini terhadap pluralitas epistemologis-metodologi maupun ontologis, sepanjang mengacu pada tiga dunia tempat habitat manusia. Selamat Membaca!","PeriodicalId":225204,"journal":{"name":"Suksma: Jurnal Psikologi Universitas Sanata Dharma","volume":"210 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Suksma: Jurnal Psikologi Universitas Sanata Dharma","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24071/suksma.v3i2.5284","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Apa itu ilmu psikologi? Pertanyaan semacam ini cukup lazim di antara akademisi psikologi. Pertanyaan ini terus menerus muncul dalam sejarah psikologi, seolah-olah para peneliti dan akademisi psikologi tidak pernah merasa kerasan tinggal di rumahnya sendiri. Seperti seseorang yang mendiami rumah baru, beberapa tampak asing dan beberapa tampak familiar, namun selalu timbul perasaan ada yang tidak cocok. Orang awam dengan mudah menyebutkan psikologi sebagai ilmu jiwa dengan merunut pada etimologinya, psike, namun para akademisi terombang-ambing antara psikologi sebagai ilmu perilaku dan ilmu mental. Asosiasi psikologi Amerika yang menjadi acuan sebagaian besar akademisi psikologi di Indonesia mendefinisikan psikologi sebagai, ilmu yang meneliti pikiran dan perilaku atau kajian ilmiah terhadap perilaku individu dan proses-proses mentalnya (Perez-Alvarez, 2018). Kesulitan terutama yang dihadapi untuk menentukan ruang lingkup psikologi salah satunya berasal dari upaya menggambarkan psikologi sebagai ilmu yang dipandang “sejati”, yakni ilmu yang mengikuti kaidah dan norma cara meneliti ilmu alam. Jika psikologi harus beroperasi seperti halnya ilmuwan fisika, data tentang pengalaman subjektif mengenai perjuangan seseorang untuk mencapai kesejahteraan mental maupun berbagai pengalaman psikologis lainnya tidak dapat masuk hitungan. Standard emas menurut pendekatan ini, sering disebut sebagai pendekatan positivisme, adalah gejala yang dapat teramati oleh pihak ketiga. Dan yang paling memenuhi standar ini adalah gejala perilaku, seperti jumlah air liur yang keluar atau jumlah perilaku menginjak pedal di dalam kotak Skinner. Perilaku seperti itu dapat diamati oleh pihak ketiga dan sekaligus dapat dihitung. Tes-tes prestasi dan tes kemampuan lain dapat digolongkan ke dalam perilaku yang teramati, karena dalam tes semacam itu berapa jumlah soal yang terjawab dengan benar dapat diketahui oleh siapapun. Tes inventori maupun skala sikap meskipun memiliki penampakan yang sama dengan tes prestasi atau kemampuan, dalam standar emas ini kurang dapat diterima karena masih mengandalkan pelaporan diri yang tak dapat diperiksa oleh pihak ketiga. Peneliti yang menggunakan peralatan ini berasumsi bahwa pengakuan testee dapat dipercaya, ketika ia menyatakan bahwa perilakunya sesuai atau tidak sesuai dengan item pernyataan. Namun karena pengakuan itu dapat direpresentasikan dalam derajat angka kesetujuan dan dapat dibandingkan tingkat kesetujuan antar responden, publik akdemik psikologi cenderung dapat menoleransi kelemahan tersebut. Alhasil studi-studi psikologi dipenuhi dengan data-data kuesioner berskala. Yang tidak mudah diterima oleh arus utama psikologi modern adalah narasi dan pengakuan verbal pihak pertama, si pelaku atau si orang yang mengalami keadaan dan peristiwa yang menjadi topik penelitian. Isi dari pengakuan verbal dan narasi pengalaman tidak dapat disaksikan secara langsung oleh pihak lain. Orang lain hanya dapat merasakan dan membandingkannya dengan perasaan dan gambarannya sendiri. Proses ini memerlukan sikap empatik dan intersubjektivitas peneliti, yaitu sejauh mana narasi dan pengakuan itu dapat menjadi masuk akal di dalam dunia subjektif peneliti atau pendengar lain. Asosiasi psikologi arus utama seperti Asosiasi Psikologi Amerika telah menerima keberadaan penelitian kualitatif sebagai bagian dari praktek disiplin ilmiah psikologi di dalam Divisi 5 Asosiasi Psikologi Amerika: Division for Quantitative and Qualitative Methods (American Psychological Association, 2022). Penerimaan ini tidak serta merta membuat kajian kualitatif dipandang sejajar dengan kajian kuantitatif. Posisinya tetaplah marginal (Kidd, 2002; Rennie, 2012). Keengganan ini selain bersumber dari sifat data yang naratif dan pengakuan diri, juga bersumber dari sifat interpretatif dari analisis data kualitatif yang mengancam generalitas, validitas sekaligus berseberangan dengan gambaran ilmu yang positivistik (Kidd, 2002). Interpretasi peneliti dalam proses pemerolehan data hingga analisis data kualitatif tidak dapat dihindari. Dunia kesadaran dan pemaknaan hanya dapat terkomunikasikan dengan jelas melalui narasi dan bahasa yang memerlukan penafsiran dari pihak pendengarnya. Bahkan proses interpretasi sudah dimulai ketika pengalaman ataupun peristiwa itu terjadi. Di dalam dunia phenomenal orang berhadapan dengan dunia yang tak terdefinisikan dengan jelas. Si pelaku atau si penderita mencoba menggambarkan apa yang dialaminya dengan kata-kata dan narasi. Ia menerka-nerka apa yang dialaminya dan mencoba menuturkannya dengan perangkat yang dapat dipahami oleh pendengarnya. Demikian juga pendengarnya. Ia mencoba untuk membayangkan apa yang dirasakan dan dialami si pencerita dan sekaligus mengkonseptualisasikannya dalam kosa kata yang dapat dimengerti oleh pembaca, yakni publik ilmiah psikologi. Pemahaman dunia kesadaran dan pemaknaan memerlukan penafsiran yang berujung pada rasa kesamaan pengalaman atau empati (Kendler, 1970). Hampir mirip dengan orang yang membaca novel. Novel yang bagus dinilai dari kemampuannya untuk menginduksi pengalaman yang sama dalam diri pembacanya. Celakanya sebagian besar pengalaman psikologis kita hanya terkomunikasikan melalui medium kata-kata dan narasi. Menolak mode penelitian semacam ini akan membuat banyak hal dari kehidupan kita tidak mendapat tempat dalam dunia psikologi ilmiah.Kesadaran dan pemaknaan terhadap pengalaman adalah mode sehari-hari orang tinggal di dunia bersama dengan orang lain. Untuk menyatakan kesadaran maupun pemaknaan orang memerlukan simbol-simbol yang diciptakan bersama secara kolektif. Pembedaan manusia dari spesies hewan adalah dunia simbolik tersebut. Cassirer (1987) menyebut manusia sebagai binatang simbolik. Urusan manusia bukan hanya terarah pada dunia alamiah tetapi terutama pada dunia simbolik ciptaannya sendiri yang dimaksudkan untuk menggambarkan dunia alamiah di luar sana maupun dunia perasaan dan imajinasi di dalam diri sendiri. Bahasa dan simbol menjadi penghubung antar manusia maupun penghubung antara manusia dengan dunia alamiahnya (baik dunia eksternal maupun dunia internalnya). Dunia simbolik tersebut merupakan rekayasa kolektif atau kebudayaan. Pengalaman pribadi sekalipun tak dapat terpahami oleh diri sendiri jika tidak melewati dunia simbolik tersebut. Dengan kata lain pemahaman diri sendiri atas kehidupan sekaligus merupakan pemahaman bersama melalui kegiatan berbicara dan bercerita (Bruner, 2004). Ruang lingkup psikologi tidak bisa dibatasi hanya pada dunia mental phenomenal maupun perilaku individu, seperti yang didefinisikan oleh APA tetapi merentang dari rasa kebertubuhannya hingga dunia semiotik / simbolik yang bersifat kolektif dan kultural. Henriques (1983; 2004) menggambarkan psikologi sebagai dunia antara ilmu-ilmu biologi dan ilmu-ilmu kemanusiaan kultural. Individu yang menjalani kehidupan tinggal dalam tiga dunia secara simultan: dunia tubuhnya, dunia psikologisnya dan dunia sosial-kulturalnya (Perez-Alvarez, 2018). Freud (1949) menggambarkan dunia mental manusia baik yang disadari maupun tidak disadarinya dengan mengacu pada tiga dunia tersebut secara sekaligus yakni id (dunia tubuh dengan segala gambaran mengenai nafsu maupun dorongannya), ego (rasa kedirian dan individualitas) dan super ego, yang secara harafiah berarti dunia diatas ku, yaitu dunia sosial dan kultural yang termediasi melalui kehadiran orangtua. Kehidupan seseorang tidak terbayangkan tanpa ketiga dunia tersebut. Pengalaman badaniah selalu akan mewarnai rasa kedirian seseorang baik sebagi pelaku (agen) maupun sebagai penderita (orang yang merasakan pengalaman) dan perasaan kedirian itu selalu mengandaikan adanya kehidupan bersama orang lain. Jika psikologi akademis memiliki komitmen terhadap kenyataan ini mau tak mau dunia akademis psikologi akan memeluk pluralitas epistemologis-metodologis maupun ontologis ini. Artikel pertama dalam edisi ini yang berjudul “Analisis Statistika dalam Riset-Riset Psikologi Komunikasi: Sebuah Studi Literatur” mencoba memetakan kecenderungan metodologis para peneliti ketika meniliti dunia komunikasi. Artikel kedua, “Hubungan antara Regulasi Diri dengan Fear of Missing Out pada Mahasiswa Pengguna Media Sosial” memperlihatkan keterkaitan dunia internal dengan dunia sosial yang menjadi habitat kehidupan seseorang. Upaya untuk mendeskripsikan dunia phenomenal dengan memanfaatkan cerita maupun dunia simbolik kata tampak dalam dua artikel berikutnya yang berjudul: “Dinamika Meaning Making Process pada Emerging Adulthood dengan Riwayat Adverse Childhood Experiences dan Non Suicidal Self Injury”, serta “Analisis Tematik Kebahagiaan pada Milenil Kelas Menengah”. Kedua artikel tersebut menggunakan metode penelitian kualitatif. Artikel kelima yang berjudul “Efek Stress terhadap False Memory Recall dan Recognition”, memperlihatkan bagaimana proses pemaknaan yang terepresentasikan dalam false memori bersifat kokoh dan tidak terganggu oleh kehadiran stres. Artikel keenam, “Keterikatan Kerja dan Intensi Turnover pada Karyawan Generasi Y” menunjukkan intensi seseorang tidak dapat dilepaskan dari pengalamannya. Keragaman topik dan metodologis dari berbagai artikel tersebut dapat ditawarkan sekaligus pada para pembaca karena komitmen Jurnal ini terhadap pluralitas epistemologis-metodologi maupun ontologis, sepanjang mengacu pada tiga dunia tempat habitat manusia. Selamat Membaca!
象征世界:提升和意识的空间
什么是心理学?这些问题在学术界心理学中很常见。这个问题在心理学史上不断出现,就好像研究人员和心理学学者从来没有像在自己家里那样自在过。就像一个住在新家的人,有些人看起来很陌生,有些人看起来很熟悉,但总有一种不合适的感觉。门外汉很容易就心理学作为一门精神病学的学科来研究它,但是学者们却把心理学当作一门行为科学和精神科学来研究。美国心理学协会(american psychology association)将心理学定义为研究个人行为和精神过程的思想和行为或科学研究(Perez-Alvarez, 2018)。确定心理学的范围所面临的主要困难之一来自于将心理学描述为一门“真正的”科学,它遵循探索自然科学的规则和规范。如果心理学必须像物理学家一样运作,那么关于一个人为精神和其他心理体验而斗争的主观经验的数据就无法计算了。黄金标准,通常被称为积极主义,是一个第三方可以观察到的症状。最符合标准的是行为症状,比如流口水的次数或者斯金纳盒子里踩踏板的行为数量。这样的行为可以由第三方观察,也可以计算。成就测试和其他能力测试可以归类为可观察的行为,因为在这样的测试中,任何人都可以正确回答的问题的数量。库存测试和态度规模测试虽然看起来与成就或能力测试相似,但由于它仍然依赖于第三方无法检查的自我报告,因此不太可能被接受。使用该设备的研究人员在声称testee的行为符合或不符合声明项时,认为他的认可是可信的。但是,由于这些说法可以在同意的程度上得到代表,也可以与受访者之间的同意程度相比较,心理学学工作者往往会容忍这些缺陷。结果是心理研究中充斥着规模问卷数据。现代心理学的主流并不容易接受的是第一方的叙述和口头承认,即肇事者或经历研究主题的环境和事件的人。口头答辩和叙述的内容不能由他人直接见证。其他人只能感受和比较自己的感受和形象。这一过程需要研究人员的移情和主观性精神,即在研究人员或其他听者的主观世界中,叙事和认知能变得有意义。像美国心理学协会这样的主流心理学协会已经接受定性研究作为美国心理学第五行为人:这种接受和merta并没有使定性研究与定量研究平行。保持边际位置(基德,2002年;雷尼,2012)。这种不情愿不仅源于叙旧数据的性质和自认,还源于对积极科学描述的威胁性、有效性和对证性分析的解释性本质。研究人员对数据渗透过程的解释到定性数据分析是不可避免的。意识和意识的世界只能通过需要听者解释的叙述和语言清楚地交流。甚至解释的过程也已经开始,当经历或事件发生的时候。在phenomenal的世界里,人们面临着一个无法明确定义的世界。凶手或患者试图用文字和叙述来描述他们所经历的一切。他猜测所经历的一切,试图用一种听众能理解的装置来改变它们。他的听众也是如此。他试图用公众科学心理学的读者可以理解的词汇来描述故事作者的感受和经历,同时将其概念化。了解世界意识和运用需要对经验或同理心的解释(Kendler, 1970年)。 有点像读小说的人。一本好小说的价值在于它能激发读者同样的经历。可悲的是,我们的大多数心理体验都是通过叙事媒介来传达的。拒绝这种研究模式将使我们的生活在科学心理学的世界中没有立足之地。意识到并提升经验是人们和其他人一起生活在这个世界上的日常模式。要表达意识或提升人们,需要集体创造的符号。人类和动物物种的区别是一个象征性的世界。卡西利埃(1987)称人类是象征性的动物。人类的事务不仅是对自然世界的指导,而且主要是对其自身创造的象征性世界的指导,这个世界的目的是描绘自然世界,以及它内在的感觉和想象世界。语言和符号成为人与人之间的联系,以及人类与自然世界(外部世界和内部世界)之间的联系。这个象征性的世界是一个集体或文化工程。如果不经历这象征性的世界,即使是个人经历也无法理解。换句话说,理解自己的生活,同时通过演讲和讲故事活动(布鲁纳,2004)构成了一种共同的理解。心理学的范围不能仅仅局限于表象精神世界和个人行为世界,这是由什么定义的,而是由什么延伸到一个集体和文化的符号学/符号学世界。Henriques(1983年;2004)将心理学描述为生物科学和文化人文科学之间的世界。一个过着同时生活在三个世界的人:他的身体世界,他的心理世界和他的社会文化世界(Perez-Alvarez, 2018)。弗洛伊德(1949年)描述了人类的精神世界好自觉和不自觉指的是三个世界同时这些id(恕我描述的身体欲望和冲动)、自我(一种自我和个性)以及超级自我,字面意思是我头顶,即世界的社会和文化termediasi通过父母的存在。没有这三个世界,一个人的生活是不可想象的。身体上的经历总是让一个人作为一个(代理人)和一个受苦的人(有经验的人)感到不安,这种感觉总是假设与他人生活在一起。如果学术界心理学对这一现实做出了不可避免的承诺,学术界心理学将拥抱认识论方法论和本体论的多元性。本版本的第一篇文章题为“交流心理学研究的统计分析:文学研究”,试图确定研究人员在分析交流世界时的代谢倾向。第二篇文章“自我调节与害怕成为社交媒体用户的学生之间的关系”表明,一个人的内在世界与生活环境中的社会世界之间存在联系。通过利用故事和象征性的世界来描述现象世界的努力可以在接下来的两篇文章中找到:“存在于addulthood童年经历和非自杀体验的上升的影响的动力驱动”,以及“中产阶级千年幸福专题分析”。这两篇文章都采用了定性研究的方法。第五篇题为“压力对错误记忆回忆和认知的影响”的文章展示了在错误记忆中所表现出来的稳定和不受压力存在的影响。第六篇文章“对Y一代员工的工作投入和焦虑变化”表明,一个人的兴趣是无法从经验中解脱出来的。上述文章的主题和方法的多样性可以同时提供给读者,因为该杂志对认识论和本体论的广泛承诺,同时提到了人类栖息地的三个领域。欢迎阅读!
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:604180095
Book学术官方微信