{"title":"PENGARUH PEMBELAJARAN JARAK JAUH (PJJ) TERHADAP KESEHATAN MENTAL PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA ANGKATAN X","authors":"Irvan Baharits Al Basith, L. S. Budiarso","doi":"10.24912/jmmpk.v2i2.24595","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pada Maret 2020, World Health Organization (WHO), mendeklarasikan COVID-19 sebagai pandemi. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kemudian mengeluarkan Surat Edaran Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 yang menganjurkan metode pembelajaran jarak jauh bagi mahasiswa. Perubahan yang signifikan dari Offline menjadi Online learning dapat mempengaruhi kesehatan mental dari mahasiswa. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini menggunakan kuesioner DASS 21 dan 8 pertanyaan terkait ketaatan beragama, masalah finansial, masalah dalam hubungan keluarga, masalah dalam bersosialisasi, masalah berhubungan dengan PJJ, masalah dengan jaringan internet, masalah dengan gawai yang digunakan untuk PJJ, dan pendapat responden mengenai keefektifan PJJ. Sebanyak 62 mahasiswa (40%) mengalami depresi, 100 mahasiswa (55.5%) mengalami ansietas, dan 73 mahasiswa (47.1%) mengalami stres. Mahasiswa yang taat beragama cenderung tidak mengalami depresi. Pada status ansietas, mahasiswa yang taat beragama justru lebih rentan terkena gangguan kecemasan. Masalah finansial pada individu atau keluarga mahasiswa berhubungan dengan tingkat stres mahasiswa. Sulit bersosialisasi berpengaruh terhadap kejadian depresi, ansietas, dan stres mahasiswa. Masalah dalam hubungan keluarga dengan kejadian depresi dan stres pada mahasiswa. Adanya masalah terkait PJJ berhubungan dengan kejadian depresi dan stres pada mahasiswa. Kendala pada jaringan internet berpengaruh terhadap tingkat depresi dan stres pada mahasiswa. Sebanyak 83 mahasiswa (53.5%) menganggap PJJ tidak efektif. Disisi lain, 72 mahasiswa (46.5%) menganggap PJJ lebih efektif dari pembelajaran luring.","PeriodicalId":229614,"journal":{"name":"Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24912/jmmpk.v2i2.24595","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Pada Maret 2020, World Health Organization (WHO), mendeklarasikan COVID-19 sebagai pandemi. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kemudian mengeluarkan Surat Edaran Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 yang menganjurkan metode pembelajaran jarak jauh bagi mahasiswa. Perubahan yang signifikan dari Offline menjadi Online learning dapat mempengaruhi kesehatan mental dari mahasiswa. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini menggunakan kuesioner DASS 21 dan 8 pertanyaan terkait ketaatan beragama, masalah finansial, masalah dalam hubungan keluarga, masalah dalam bersosialisasi, masalah berhubungan dengan PJJ, masalah dengan jaringan internet, masalah dengan gawai yang digunakan untuk PJJ, dan pendapat responden mengenai keefektifan PJJ. Sebanyak 62 mahasiswa (40%) mengalami depresi, 100 mahasiswa (55.5%) mengalami ansietas, dan 73 mahasiswa (47.1%) mengalami stres. Mahasiswa yang taat beragama cenderung tidak mengalami depresi. Pada status ansietas, mahasiswa yang taat beragama justru lebih rentan terkena gangguan kecemasan. Masalah finansial pada individu atau keluarga mahasiswa berhubungan dengan tingkat stres mahasiswa. Sulit bersosialisasi berpengaruh terhadap kejadian depresi, ansietas, dan stres mahasiswa. Masalah dalam hubungan keluarga dengan kejadian depresi dan stres pada mahasiswa. Adanya masalah terkait PJJ berhubungan dengan kejadian depresi dan stres pada mahasiswa. Kendala pada jaringan internet berpengaruh terhadap tingkat depresi dan stres pada mahasiswa. Sebanyak 83 mahasiswa (53.5%) menganggap PJJ tidak efektif. Disisi lain, 72 mahasiswa (46.5%) menganggap PJJ lebih efektif dari pembelajaran luring.