{"title":"Strategi, Peluang dan Tantangan Membangun Kerukunan Pemuda Di Era Milenial","authors":"M. T. Huda","doi":"10.33363/SWJSA.V3I2.471","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstrak; \nKerukunan menjadi hal penitng dalam kehidupan masyarakat, terlebih dalam kondisi masyarakat yang heterogen seperti Indonesia, hidup rukun bermasyarakat menjadi hal wajib yang harus ada di tengah-tengah masyarakat. Indonesia yang terdiri dari beragam suku, agama dan budaya memiliki potensi konflik yang luar biasa jika masing-masing individu tidak bisa dewasa dalam memahami realitas keberagaman tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yakni peneliti melakukan observasi ke lapangan secara langsung, dengan menggunakan berbagai metode dalam penggalian data diantarnaya seperti wawancara, observasi, dokumentasi, serta analisa data. Adapun objek penelitian dalam penelitian ini adalah Forum Komunikasi generasi Muda Antar Umat Beragama (FORKUGAMA) Provinsi Jawa Timur, forum pemuda lintas agama ini menarik untuk diteliti di tengah-tengah kondisi masyarakat yang sedang intens diuiji dengan berbagai isu SARA d alam beberapa tahun terakhir ini. Dalam penelitian ini ada beberapa temuan yang peneliti temukan di lapangan diantaranya terkait dengan strategi yang dilakukan oleh pemuda dalam membangun kerukunan, ada 4 point yakni, perkuat jaringan media sosial, membangun forum diskusi pemuda lintas agama, menanamkan nilai toleransi sejak dini serta perbanyak narasi moderat dalam beragama. Untuk mewujudkan strategi tersebut masyarakat telah memiliki modal penting dalam membangun kerukunan, yakni faktor budaya, faktor berbangsa, peran elit keagamaan, peran politisi dan pemerintah, akan tetapi ada pula faktor penghambat dalam membangun kerukunan diantarnya faktor persaingan politik, pendirian rumah ibadat yang sering ricuh, penyalahgunaan simbol agama, faham keagamaan yang menyimpang, ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dan modernisasi yang berlebihan.","PeriodicalId":427835,"journal":{"name":"Satya Widya: Jurnal Studi Agama","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Satya Widya: Jurnal Studi Agama","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.33363/SWJSA.V3I2.471","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
Abstract
Abstrak;
Kerukunan menjadi hal penitng dalam kehidupan masyarakat, terlebih dalam kondisi masyarakat yang heterogen seperti Indonesia, hidup rukun bermasyarakat menjadi hal wajib yang harus ada di tengah-tengah masyarakat. Indonesia yang terdiri dari beragam suku, agama dan budaya memiliki potensi konflik yang luar biasa jika masing-masing individu tidak bisa dewasa dalam memahami realitas keberagaman tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yakni peneliti melakukan observasi ke lapangan secara langsung, dengan menggunakan berbagai metode dalam penggalian data diantarnaya seperti wawancara, observasi, dokumentasi, serta analisa data. Adapun objek penelitian dalam penelitian ini adalah Forum Komunikasi generasi Muda Antar Umat Beragama (FORKUGAMA) Provinsi Jawa Timur, forum pemuda lintas agama ini menarik untuk diteliti di tengah-tengah kondisi masyarakat yang sedang intens diuiji dengan berbagai isu SARA d alam beberapa tahun terakhir ini. Dalam penelitian ini ada beberapa temuan yang peneliti temukan di lapangan diantaranya terkait dengan strategi yang dilakukan oleh pemuda dalam membangun kerukunan, ada 4 point yakni, perkuat jaringan media sosial, membangun forum diskusi pemuda lintas agama, menanamkan nilai toleransi sejak dini serta perbanyak narasi moderat dalam beragama. Untuk mewujudkan strategi tersebut masyarakat telah memiliki modal penting dalam membangun kerukunan, yakni faktor budaya, faktor berbangsa, peran elit keagamaan, peran politisi dan pemerintah, akan tetapi ada pula faktor penghambat dalam membangun kerukunan diantarnya faktor persaingan politik, pendirian rumah ibadat yang sering ricuh, penyalahgunaan simbol agama, faham keagamaan yang menyimpang, ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dan modernisasi yang berlebihan.