Antara Persepsi Peternak dan Keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) dalam Upaya Percepatan Peningkatan Populasi Sapi

Rian Kusumaningrum
{"title":"Antara Persepsi Peternak dan Keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) dalam Upaya Percepatan Peningkatan Populasi Sapi","authors":"Rian Kusumaningrum","doi":"10.56406/jurnalkajianislammodern.v8i1.66","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Ketahanan pangan menjadi isu yang penting bagi seluruh negara di dunia karena terkait dengan adanya keterbatasan dalam pemenuhan pangan, energi dan air akibat dari peningkatan jumlah penduduk. Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai masalah dalam tingkat produksi dan distribusi pangan yang hanya mengadalkan sumber daya lokal. Program Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Wajib Bunting (Upsus Siwab) merupakan program nasional untuk ketahanan pangan dengan target percepatan peningkatan populasi sapi/kerbau. Tetapi faktanya pada tahun 2018 terjadi penurunan populasi sapi/kerbau di Indonesia yang artinya bahwa program Upsus Siwab yang dijadikan langkah strategis Kementerian Pertanian sejak tahun 2017 belum dapat berjalan sesuai dengan target. Penyebab ketidakberhasilan program ini akan dikaji pada artikel ini. Program Upsus Siwab yang dikaji fokus pada peningkatan pelayanan Inseminasi Buatan (IB). Tingkat keberhasilan IB dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kualitas semen beku, sumber daya manusia (inseminator dan peternak), fisiologi akseptor IB, waktu pelaksanaan IB dan manajemen pemeliharaan ternak. Faktor penentu keberhasilan IB yang telah diantisipasi pada program Upsus Siwab adalah kualitas semen beku, sumber daya manusia (inseminator) dan fisiologi akseptor IB, sedangkan faktor menentu lainnya belum dapat teratasi dengan baik karena berkaitan langsung dengan keahlian dan keterampilan peternak itu sendiri. Pada dasarnya peternak budidaya akan melakukan perkawinan pada ternaknya, baik secara kawin alam atau pun IB. Dan apabila dilihat dari sisi persepsi peternak terhadap pelaksanaan IB dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan kesadaran peternak dalam pelaksanaan IB di Indonesia sudah baik. Hal ini dibuktikan bahwa terdapat 47 persen dari populasi induk telah melakukan IB sebelum adanya program Upsus Siwab dan jika dibandingkan dengan jumlah pelaksanaan IB setelah program tidak berbeda jauh hanya terjadi peningkatan 12 persen. Sehingga terlihat bahwa peningkatan pelaksanaan IB pada program ini tidak sebanding dengan peningkatan jumlah akseptor IB sebanyak 52 persen. Program ini dapat dimodifikasi dengan program penyuluhan kepada peternak berupa pelatihan manajemen pemeliharaan ternak dan keterampilan dalam menentukan berahi. Selain itu, target pelaksanaan program Upsus Siwab ini tidak hanya dilihat dari jumlah akseptor IB tetapi dari penambahan jumlah akseptor IB bagi peternak yang belum pernah melakukan IB dan/atau peternak yang belum mempunyai kesadaran akan pentingnya IB.","PeriodicalId":369561,"journal":{"name":"JURNAL KAJIAN ISLAM MODERN","volume":"129 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"JURNAL KAJIAN ISLAM MODERN","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.56406/jurnalkajianislammodern.v8i1.66","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Ketahanan pangan menjadi isu yang penting bagi seluruh negara di dunia karena terkait dengan adanya keterbatasan dalam pemenuhan pangan, energi dan air akibat dari peningkatan jumlah penduduk. Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai masalah dalam tingkat produksi dan distribusi pangan yang hanya mengadalkan sumber daya lokal. Program Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Wajib Bunting (Upsus Siwab) merupakan program nasional untuk ketahanan pangan dengan target percepatan peningkatan populasi sapi/kerbau. Tetapi faktanya pada tahun 2018 terjadi penurunan populasi sapi/kerbau di Indonesia yang artinya bahwa program Upsus Siwab yang dijadikan langkah strategis Kementerian Pertanian sejak tahun 2017 belum dapat berjalan sesuai dengan target. Penyebab ketidakberhasilan program ini akan dikaji pada artikel ini. Program Upsus Siwab yang dikaji fokus pada peningkatan pelayanan Inseminasi Buatan (IB). Tingkat keberhasilan IB dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kualitas semen beku, sumber daya manusia (inseminator dan peternak), fisiologi akseptor IB, waktu pelaksanaan IB dan manajemen pemeliharaan ternak. Faktor penentu keberhasilan IB yang telah diantisipasi pada program Upsus Siwab adalah kualitas semen beku, sumber daya manusia (inseminator) dan fisiologi akseptor IB, sedangkan faktor menentu lainnya belum dapat teratasi dengan baik karena berkaitan langsung dengan keahlian dan keterampilan peternak itu sendiri. Pada dasarnya peternak budidaya akan melakukan perkawinan pada ternaknya, baik secara kawin alam atau pun IB. Dan apabila dilihat dari sisi persepsi peternak terhadap pelaksanaan IB dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan kesadaran peternak dalam pelaksanaan IB di Indonesia sudah baik. Hal ini dibuktikan bahwa terdapat 47 persen dari populasi induk telah melakukan IB sebelum adanya program Upsus Siwab dan jika dibandingkan dengan jumlah pelaksanaan IB setelah program tidak berbeda jauh hanya terjadi peningkatan 12 persen. Sehingga terlihat bahwa peningkatan pelaksanaan IB pada program ini tidak sebanding dengan peningkatan jumlah akseptor IB sebanyak 52 persen. Program ini dapat dimodifikasi dengan program penyuluhan kepada peternak berupa pelatihan manajemen pemeliharaan ternak dan keterampilan dalam menentukan berahi. Selain itu, target pelaksanaan program Upsus Siwab ini tidak hanya dilihat dari jumlah akseptor IB tetapi dari penambahan jumlah akseptor IB bagi peternak yang belum pernah melakukan IB dan/atau peternak yang belum mempunyai kesadaran akan pentingnya IB.
在饲养者的感知和人工授权书(IB)促进牛种群增加的成功之间
粮食安全对整个国家来说是一个重要问题,因为它考虑到人口增长对粮食、能源和水的限制。印度尼西亚作为一个发展中国家,粮食生产和分配水平存在问题,而这些问题只针对地方资源。强制性的牛和水牛种群增加特别努力计划(Upsus Siwab)是一个国家粮食安全计划,目标是迅速增加牛的数量。但事实上,2018年印尼的牛/水牛数量正在减少,这意味着自2017年以来,Upsus Siwab计划一直是农业部将采取的战略措施,目前还没有达到目标。本文将探讨该项目不成功的原因。Upsus Siwab计划侧重于增加人工授精服务(IB)。IB的成功率受到几个因素的影响,这些因素包括冷冻水泥、人力资源(insemint和育种)、akseptor IB的生理学、IB的执行时间和养牛的管理。这种IB项目在Upsus Siwab项目中预期的成功因素是冷冻水泥、人力资源和akseptor IB生理学的质量,而其他稳定的因素由于直接涉及农民的技能和技能而无法得到很好的克服。从农民对IB工作的看法来看,养牛的人基本上是在自然或IB工作中结婚的。这证明,47%的干细胞种群在Upsus Siwab项目之前就已经实施了IB,相比之下,在该项目之后的IB实施数量并没有太大的不同,只增加了12%。这表明,该项目对IB实施的增加与IB承办人数量的增加不等于52%。该项目可以通过牛养管理培训和确定性技能来改造农民。此外,Upsus Siwab项目的执行目标不仅仅是采用了akseptor IB的数量,而是通过向没有经历过这种IB的经验和/或没有意识到这种IB的重要性的农民添加IB的主动脉。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信