{"title":"KONSEP VIRAT VIDYĀ DALAM TEKS TUTUR BHUWANA MAREKA","authors":"I. Adnyana, I. W. Redi, I. M. A. A. Sena","doi":"10.25078/pkj.v24i2.2598","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"<p>Teks <em>Tutur Bhuwana Mareka</em> merupakan teks <em>lontar</em> yang bernuansa <em>Siwaistik </em>dan kental akan ajaran <em>Tattwa</em>. Pemilihan teks ini sebagai objek kajian penelitian didasarkan pada kenyataan bahwa teks ini memuat ajaran <em>Virat Vidyā</em> atau Kosmologi Hindu. Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini berkaitan dengan konsep <em>Virat Vidyā</em> yang terdapat dalam teks <em>Tutur Bhuwana Mareka</em> yang terdiri dari tiga konsep pembahasan yaitu proses penciptaan (<em>uttpti</em>), pemeliharaan (<em>stiti</em>), dan peleburan (<em>pralina</em>). Proses penciptaan (<em>uttpti</em>) alam semesta dalam teks <em>Tutur Bhuwana Mareka</em> berawal dalam keadaan alam semesta yang sangat sunyi dan hampa, tidak ada satu ciptaan pun yang tampak oleh mata, yang ada hanyalah alam sunyi yang disebut <em>hning sunya nirbhana</em>. Intisari atau esensi dari <em>hning sunya nirbhana</em> ini adalah <em>Sang Hyang Nora</em>. Setelah <em>Sang Hyang Nora </em>hadir maka mulailah transformasi atau evolusi penciptaan alam semesta. Dari <em>Sang Hyang Nora </em>lahir <em>Sang Hyang Mareka Jati</em> sebagai entitas tertinggi yang menjadi cikal-bakal terjadinya penciptaan alam semesta melalui evolusi yoga-Nya. Kemudian terjadilah proses pemeliharaan (<em>stiti</em>) alam semesta yang berlandaskan pada konsep dasar <em>Tri Sakti </em>yang meliputi<em> </em>pikiran (<em>idep</em>), nafas (<em>bayu</em>) dan suara (<em>sabda</em>). Serta yang terakhir adalah proses peleburan (<em>pralina</em>) alam semesta yang menganut konsep <em>Śiwa Lingga</em>. Konsep ini menghendaki adanya proses penciptaan alam semesta yang dilakukan oleh <em>Sang Hyang Mareka </em>Jati, pada hakikatnya akan kembali lagi kepada Beliau sebagai entitas tertinggi yang menciptakan alam semesta.</p><p> </p>","PeriodicalId":284712,"journal":{"name":"Pangkaja: Jurnal Agama Hindu","volume":"84 4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-10-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Pangkaja: Jurnal Agama Hindu","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.25078/pkj.v24i2.2598","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
Abstract
Teks Tutur Bhuwana Mareka merupakan teks lontar yang bernuansa Siwaistik dan kental akan ajaran Tattwa. Pemilihan teks ini sebagai objek kajian penelitian didasarkan pada kenyataan bahwa teks ini memuat ajaran Virat Vidyā atau Kosmologi Hindu. Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini berkaitan dengan konsep Virat Vidyā yang terdapat dalam teks Tutur Bhuwana Mareka yang terdiri dari tiga konsep pembahasan yaitu proses penciptaan (uttpti), pemeliharaan (stiti), dan peleburan (pralina). Proses penciptaan (uttpti) alam semesta dalam teks Tutur Bhuwana Mareka berawal dalam keadaan alam semesta yang sangat sunyi dan hampa, tidak ada satu ciptaan pun yang tampak oleh mata, yang ada hanyalah alam sunyi yang disebut hning sunya nirbhana. Intisari atau esensi dari hning sunya nirbhana ini adalah Sang Hyang Nora. Setelah Sang Hyang Nora hadir maka mulailah transformasi atau evolusi penciptaan alam semesta. Dari Sang Hyang Nora lahir Sang Hyang Mareka Jati sebagai entitas tertinggi yang menjadi cikal-bakal terjadinya penciptaan alam semesta melalui evolusi yoga-Nya. Kemudian terjadilah proses pemeliharaan (stiti) alam semesta yang berlandaskan pada konsep dasar Tri Sakti yang meliputipikiran (idep), nafas (bayu) dan suara (sabda). Serta yang terakhir adalah proses peleburan (pralina) alam semesta yang menganut konsep Śiwa Lingga. Konsep ini menghendaki adanya proses penciptaan alam semesta yang dilakukan oleh Sang Hyang Mareka Jati, pada hakikatnya akan kembali lagi kepada Beliau sebagai entitas tertinggi yang menciptakan alam semesta.