The Provision of Radd in Inheritance Between Islamic Jurisprudence and the Algerian Family Law

Maiza Aissa
{"title":"The Provision of Radd in Inheritance Between Islamic Jurisprudence and the Algerian Family Law","authors":"Maiza Aissa","doi":"10.18860/J-FSH.V10I1.6466","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This study is aimed to figure out  on how current legal device gives legal certainty over the excess of heritage partition (radd) in Algeria. The comparation between Islamic jurisprudence and the Algerian Family Law is used to analyse judicial consideration on which matters regarding the excess of heritage partition are based. The writer used normative law method which consists of statute approach and conceptual approach. The understanding of radd in Islamic scholars’ views differ from one another. Some scholars accept the concept and some do not. Those who disagree with radd consider that the excess of heritage should be given to bayt al mal as muslims representative. On the other hand, scholars who agree with the concept of radd have also different opinions regarding who are entitled to receive the excess of heritage. Some include spouse (husband or wife) but some exclude him/her. The Algerian Family Law gives provision in this case for a legal certanty, as it’s stated in the article number 167 of the Algerian Family Code that wife and husband are excluded to receive radd. They can only receive it in the absence of ashaba heirs/residuaries, other fixed share heirs, and  dzaw al arham (uterine relatives).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perangkat hukum saat ini memberikan kepastian hukum atas kelebihan bagian warisan (radd) di Aljazair. Penelitian ini menggunakan pendekatan perbandingan antara fikih Islam dan Hukum Keluarga Aljazair. Penulis menggunakan metode hukum normatif yang terdiri dari pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Pemahaman radd dalam pandangan sarjana Islam berbeda satu sama lain. Beberapa sarjana menerima konsep itu dan beberapa tidak. Mereka yang tidak setuju dengan radd menganggap bahwa kelebihan warisan harus diberikan kepada bayt al mal sebagai perwakilan muslim. Di sisi lain, para sarjana yang setuju dengan konsep radd juga memiliki pendapat berbeda tentang siapa yang berhak menerima kelebihan warisan. Hukum Keluarga Aljazair memberikan ketentuan dalam kasus ini untuk kepastian hukum, seperti yang dinyatakan dalam pasal 167 dari Kode Keluarga Aljazair bahwa istri dan suami dikecualikan untuk menerima radd. Mereka hanya dapat menerimanya tanpa adanya ahli waris/ashabah, pewaris bagian tetap lainnya, dan dzaw al arham (kerabat dekat).","PeriodicalId":253542,"journal":{"name":"Journal de Jure","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Journal de Jure","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.18860/J-FSH.V10I1.6466","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1

Abstract

This study is aimed to figure out  on how current legal device gives legal certainty over the excess of heritage partition (radd) in Algeria. The comparation between Islamic jurisprudence and the Algerian Family Law is used to analyse judicial consideration on which matters regarding the excess of heritage partition are based. The writer used normative law method which consists of statute approach and conceptual approach. The understanding of radd in Islamic scholars’ views differ from one another. Some scholars accept the concept and some do not. Those who disagree with radd consider that the excess of heritage should be given to bayt al mal as muslims representative. On the other hand, scholars who agree with the concept of radd have also different opinions regarding who are entitled to receive the excess of heritage. Some include spouse (husband or wife) but some exclude him/her. The Algerian Family Law gives provision in this case for a legal certanty, as it’s stated in the article number 167 of the Algerian Family Code that wife and husband are excluded to receive radd. They can only receive it in the absence of ashaba heirs/residuaries, other fixed share heirs, and  dzaw al arham (uterine relatives).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perangkat hukum saat ini memberikan kepastian hukum atas kelebihan bagian warisan (radd) di Aljazair. Penelitian ini menggunakan pendekatan perbandingan antara fikih Islam dan Hukum Keluarga Aljazair. Penulis menggunakan metode hukum normatif yang terdiri dari pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Pemahaman radd dalam pandangan sarjana Islam berbeda satu sama lain. Beberapa sarjana menerima konsep itu dan beberapa tidak. Mereka yang tidak setuju dengan radd menganggap bahwa kelebihan warisan harus diberikan kepada bayt al mal sebagai perwakilan muslim. Di sisi lain, para sarjana yang setuju dengan konsep radd juga memiliki pendapat berbeda tentang siapa yang berhak menerima kelebihan warisan. Hukum Keluarga Aljazair memberikan ketentuan dalam kasus ini untuk kepastian hukum, seperti yang dinyatakan dalam pasal 167 dari Kode Keluarga Aljazair bahwa istri dan suami dikecualikan untuk menerima radd. Mereka hanya dapat menerimanya tanpa adanya ahli waris/ashabah, pewaris bagian tetap lainnya, dan dzaw al arham (kerabat dekat).
伊斯兰法学与阿尔及利亚家庭法继承中的法律规定
本研究的目的是弄清楚当前的法律装置如何给予法律确定性超过遗产分割(radd)在阿尔及利亚。伊斯兰法学和阿尔及利亚家庭法之间的比较被用来分析关于遗产分割过度的问题所依据的司法考虑。本文采用了规范性法方法,包括成文法方法和概念法方法。在伊斯兰学者的观点中,对radd的理解各不相同。有些学者接受这个概念,有些则不接受。那些不同意拉德的人认为,作为穆斯林的代表,应该把多余的遗产给贝特·阿尔马尔。另一方面,认同“遗产”概念的学者对于谁有资格获得多余的遗产也有不同的看法。有些包括配偶(丈夫或妻子),但有些不包括他/她。阿尔及利亚家庭法在这种情况下提供了法律确定性的规定,正如阿尔及利亚家庭法第167条所述,妻子和丈夫被排除在获得工资之外。她们只有在没有ashaba继承人/残余人、其他固定份额继承人和dzaw al arham(子宫亲属)的情况下才能得到这笔钱。Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perangkat hukum saat ini成员kepastian hukum as kelelebihan bagian warisan (radd) di Aljazair。Penelitian ini menggunakan pendekatan perbandingan antara fikih Islam dan Hukum Keluarga Aljazair。Penulis menggunakan方法hukum normatiatii yang terdiri dari pendekatan perundang-undangan pendekatan konseptum。我是说:“我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。”Beberapa sarjana menerima konsep to dan Beberapa tidak。Mereka yang tidak setuju dengan radd menganggap bawa kelebihan warisan harus diberikan kepada bayt al al sebagai perwakilan穆斯林。迪塞西兰,para sarjana yang setuju dengan konsep radd juga memiliki pendapat berbeda tentpa yang berhak menerima kelebihan warisan。印尼国家旅游局局长,印尼旅游局局长,印尼旅游局局长,印尼旅游局局长,印尼旅游局局长,印尼旅游局局长,印尼旅游局局长,印尼旅游局局长,印尼旅游局局长。Mereka hanya dapat menerimanya tanpa adanya ahli waris/ashabah, pewaris bagian tetap lainnya, dan dzaw al arham (kerabat dekat)。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:604180095
Book学术官方微信