Kebertahanan Subak di Desa Kedewatan Ubud, di Tengah-Tengah Arus Pariwisata Global

I. Setiawan
{"title":"Kebertahanan Subak di Desa Kedewatan Ubud, di Tengah-Tengah Arus Pariwisata Global","authors":"I. Setiawan","doi":"10.24843/pjiib.2019.v19.i02.p08","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pertanian sebagai kebudayaan sesungguhnya masih sangat berperan dalam mendukung pengembangan pariwisata, baik dari tata nilai, religiusitas, maupun lingkungannya. Lebih-lebih Ubud merupakan kawasan pariwisata yang sangat terkenal, baik di tingkat nasional maupun internasional. Ironisnya, sebagai daerah tujuan wisata populer, lahan pertanian rentan terhadap tekanan akibat pariwisata itu sendiri. Kenyataannya terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian yang difasilitasi oleh kebijakan pemerintah setempat. Selain itu, sumberdaya manusia yang semakin meningkat serta perkembangan industri yang terkait dengan pariwisata, semakin mendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian, khususnya sawah, menjadi lahan non pertanian untuk sarana dan prasarana pendukung pariwisata, seperti hotel, restoran, villa, toko cendramata, dan sebagainya. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan cultural studies. Sebagai alat analisis dalam rangka mencari jawaban atas berbagai pertanyaan dalam penelitian ini digunakan dua teori, yaitu teori hegemoni dan teori praktik. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut. Proses alih fungsi lahan persawahan di Desa Kedewatan, Ubud, terjadi melalui hegemoni dan negosiasi. Alih fungsi lahan persawahan tersebut merupakan bentuk hegemoni pengusaha (pemodal), penguasa (pemerintah) dan para petani itu sendiri, karena menganggap pariwisata memberi kesejahteraan lebih dibandingkan dengan bekerja sebagai petani. Ideologi yang bekerja di balik terjadinya alih fungsi lahan persawahan adalah ideologi ekonomi kapitalis dan gaya hidup. Alih fungsi lahan persawahan berdampak terhadap hilangnya infrastruktur sistem irigasi yang dikelola oleh organisasi subak, struktur sosial, kelembagaan, dan moral ekonomi petani.","PeriodicalId":192180,"journal":{"name":"Pustaka : Jurnal Ilmu-Ilmu Budaya","volume":"59 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Pustaka : Jurnal Ilmu-Ilmu Budaya","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24843/pjiib.2019.v19.i02.p08","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1

Abstract

Pertanian sebagai kebudayaan sesungguhnya masih sangat berperan dalam mendukung pengembangan pariwisata, baik dari tata nilai, religiusitas, maupun lingkungannya. Lebih-lebih Ubud merupakan kawasan pariwisata yang sangat terkenal, baik di tingkat nasional maupun internasional. Ironisnya, sebagai daerah tujuan wisata populer, lahan pertanian rentan terhadap tekanan akibat pariwisata itu sendiri. Kenyataannya terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian yang difasilitasi oleh kebijakan pemerintah setempat. Selain itu, sumberdaya manusia yang semakin meningkat serta perkembangan industri yang terkait dengan pariwisata, semakin mendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian, khususnya sawah, menjadi lahan non pertanian untuk sarana dan prasarana pendukung pariwisata, seperti hotel, restoran, villa, toko cendramata, dan sebagainya. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan cultural studies. Sebagai alat analisis dalam rangka mencari jawaban atas berbagai pertanyaan dalam penelitian ini digunakan dua teori, yaitu teori hegemoni dan teori praktik. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut. Proses alih fungsi lahan persawahan di Desa Kedewatan, Ubud, terjadi melalui hegemoni dan negosiasi. Alih fungsi lahan persawahan tersebut merupakan bentuk hegemoni pengusaha (pemodal), penguasa (pemerintah) dan para petani itu sendiri, karena menganggap pariwisata memberi kesejahteraan lebih dibandingkan dengan bekerja sebagai petani. Ideologi yang bekerja di balik terjadinya alih fungsi lahan persawahan adalah ideologi ekonomi kapitalis dan gaya hidup. Alih fungsi lahan persawahan berdampak terhadap hilangnya infrastruktur sistem irigasi yang dikelola oleh organisasi subak, struktur sosial, kelembagaan, dan moral ekonomi petani.
在全球旅游浪潮的中间,尤布男子男子村发生了爆炸
农业作为一种文化仍然在促进旅游业的发展方面发挥着重要作用,无论是价值观、宗教还是环境。乌布是一个民族和国际舞台上非常著名的旅游胜地。具有讽刺意味的是,作为一个受欢迎的旅游胜地,农田容易受到旅游业本身的压力。事实上,农业用地已经取代了由地方政府政策促成的非农业用地。此外,随着人类资源的增加以及与旅游业相关的工业发展,越来越多的农业用地,特别是稻田,进一步成为旅游资源和基础设施的非农业用地,如酒店、餐馆、别墅、cendramata商店等等。该研究被设计成采用一种文化研究方法的定性研究方法。为了寻找各种问题的答案,本研究采用了两种理论,即霸权理论和实践理论。这项研究的数据收集是通过观察、采访和文档研究来完成的。研究结果显示:乌布村成熟的水稻养殖场的接管过程是通过霸权和谈判实现的。旅游业的扩张是企业家(金融家)、统治者(政府)和农民本身的霸权,他们认为旅游业比农民更能带来繁荣。文化流动背后的意识形态是资本主义经济意识形态和生活方式。农田的过度职能正导致苏巴克组织(subak organization)、社会结构、体制和农民经济道德体系的基础设施遭到破坏。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信