{"title":"Faktor-faktor Pembeda Provinsi yang Mengalami Beban Gizi Ganda (Bgg) pada Anak Balita di Indonesia","authors":"Sri Poedji Hastoety Djaiman, Noviati Fuada","doi":"10.22435/pgm.v38i1.4416.11-20","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"ABSTRACT Double burden malnutrition (DBM) is a phenomenon in some developing countries, including Indonesia. In the last decades, data from several countries showed an increased in the prevalence of severe malnutrition as well as over nutrition. Several factors are assumed to be associated potentially with DBM in provinces. The objective of this analysis was to determine 13 variables related to food consumption, education, socio-economic status that can predict which provinces experienced BGG in Indonesia. The data used for the analysis were secondary data from National Institute of Health Research and Development (NIHRD) and Central Bureau of Statistics (CBS). Samples of this study were 33 provinces in Indonesia where Riskesdas 2010 conducted. Dependent variables were provinces experienced DBM and non-DBM. Those data were analyzed using discriminant analysis. The result showed that 7 of 33 provinces (21,2%) in Indonesia experienced DBM. Bivariate analysis found that dependency ratio (dependency rate) and total fertility rate (TFR) were associated significantly (p=0,027 and p=0,02) to province with DBM. However, among some variables that had been analyzed, multivariate analysis showed only dependency ratio significantly associated with DBM which contribute 14.9 percent to DBM. The study concluded that dependency ratio was a good predictor of province in Indonesia experiencing DBM. Alternative policy in dealing with province experiencing DBM is decreasing dependency ratio by improving the four pillars of nutrition policy, which are sustainable food security, food safety, healthy lifestyles, and proper nutrition. Keywords: double burden malnutrition, underfive children ABSTRAK Beban gizi ganda (BGG) adalah fenomena yang terjadi di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia. Data dari beberapa negara menunjukkan adanya peningkatan prevalensi gizi buruk serta gizi lebih secara bersamaan. Hal tersebut diasumsikan terkait beberapa variabel, yang diduga berpengaruh. Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan 13 variabel yaitu konsumsi makanan, pendidikan, dan status sosial ekonomi yang dapat memprediksi provinsi mengalami BGG di Indonesia. Data yang dianalisis adalah data sekunder dari Badan Litbang Kesehatan dan Badan Pusat Statistik. Sampel penelitian adalah 33 provinsi di Indonesia yang masuk dalam Riskesdas 2010. Variabel dependen adalah provinsi mengalami beban gizi ganda dan tidak mengalami beban gizi ganda. Data dianalisis dengan menggunakan analisis diskriminan. Hasil analisis menunjukkan bahwa 7 dari 33 provinsi di Indonesia (21,2%) mengalami beban gizi ganda. Hasil analisis bivariat menujukkan rasio ketergantungan (dependency ratio) dan tingkat kelahiran total (TFR) dapat menjadi faktor pembeda secara signifikan (p = 0,03 dan p = 0,02) provinsi mengalami beban gizi ganda atau tidak mengalami beban gizi ganda. Analisis multivariat menunjukkan bahwa hanya rasio ketergantungan yang dapat membedakan secara signifikan provinsi mengalami beban gizi ganda atau tidak mengalami beban gizi ganda, dengan kontribusi sebagai pembeda sebesar 14,9 persen. Kesimpulan analisis ini adalah sebesar 21,2 persen provinsi di Indonesia mengalami BGG dan rasio ketergantungan adalah prediktor yang baik untuk BGG. Kebijakan alternatif untuk provinsi yang mengalami BGG adalah menurunkan rasio ketergantungan dengan meningkatkan empat pilar kebijakan gizi, yaitu keamanan yang berkelanjutan pangan, keamanan pangan, gaya hidup sehat, dan gizi. [Penel Gizi Makan 2015, 38(1): 11-20] Kata kunci: beban ganda, malnutrisi, balita","PeriodicalId":310150,"journal":{"name":"The Journal of Nutrition and Food Research","volume":"80 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2015-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"The Journal of Nutrition and Food Research","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22435/pgm.v38i1.4416.11-20","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
ABSTRACT Double burden malnutrition (DBM) is a phenomenon in some developing countries, including Indonesia. In the last decades, data from several countries showed an increased in the prevalence of severe malnutrition as well as over nutrition. Several factors are assumed to be associated potentially with DBM in provinces. The objective of this analysis was to determine 13 variables related to food consumption, education, socio-economic status that can predict which provinces experienced BGG in Indonesia. The data used for the analysis were secondary data from National Institute of Health Research and Development (NIHRD) and Central Bureau of Statistics (CBS). Samples of this study were 33 provinces in Indonesia where Riskesdas 2010 conducted. Dependent variables were provinces experienced DBM and non-DBM. Those data were analyzed using discriminant analysis. The result showed that 7 of 33 provinces (21,2%) in Indonesia experienced DBM. Bivariate analysis found that dependency ratio (dependency rate) and total fertility rate (TFR) were associated significantly (p=0,027 and p=0,02) to province with DBM. However, among some variables that had been analyzed, multivariate analysis showed only dependency ratio significantly associated with DBM which contribute 14.9 percent to DBM. The study concluded that dependency ratio was a good predictor of province in Indonesia experiencing DBM. Alternative policy in dealing with province experiencing DBM is decreasing dependency ratio by improving the four pillars of nutrition policy, which are sustainable food security, food safety, healthy lifestyles, and proper nutrition. Keywords: double burden malnutrition, underfive children ABSTRAK Beban gizi ganda (BGG) adalah fenomena yang terjadi di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia. Data dari beberapa negara menunjukkan adanya peningkatan prevalensi gizi buruk serta gizi lebih secara bersamaan. Hal tersebut diasumsikan terkait beberapa variabel, yang diduga berpengaruh. Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan 13 variabel yaitu konsumsi makanan, pendidikan, dan status sosial ekonomi yang dapat memprediksi provinsi mengalami BGG di Indonesia. Data yang dianalisis adalah data sekunder dari Badan Litbang Kesehatan dan Badan Pusat Statistik. Sampel penelitian adalah 33 provinsi di Indonesia yang masuk dalam Riskesdas 2010. Variabel dependen adalah provinsi mengalami beban gizi ganda dan tidak mengalami beban gizi ganda. Data dianalisis dengan menggunakan analisis diskriminan. Hasil analisis menunjukkan bahwa 7 dari 33 provinsi di Indonesia (21,2%) mengalami beban gizi ganda. Hasil analisis bivariat menujukkan rasio ketergantungan (dependency ratio) dan tingkat kelahiran total (TFR) dapat menjadi faktor pembeda secara signifikan (p = 0,03 dan p = 0,02) provinsi mengalami beban gizi ganda atau tidak mengalami beban gizi ganda. Analisis multivariat menunjukkan bahwa hanya rasio ketergantungan yang dapat membedakan secara signifikan provinsi mengalami beban gizi ganda atau tidak mengalami beban gizi ganda, dengan kontribusi sebagai pembeda sebesar 14,9 persen. Kesimpulan analisis ini adalah sebesar 21,2 persen provinsi di Indonesia mengalami BGG dan rasio ketergantungan adalah prediktor yang baik untuk BGG. Kebijakan alternatif untuk provinsi yang mengalami BGG adalah menurunkan rasio ketergantungan dengan meningkatkan empat pilar kebijakan gizi, yaitu keamanan yang berkelanjutan pangan, keamanan pangan, gaya hidup sehat, dan gizi. [Penel Gizi Makan 2015, 38(1): 11-20] Kata kunci: beban ganda, malnutrisi, balita
双重负担性营养不良(DBM)是包括印度尼西亚在内的一些发展中国家普遍存在的现象。在过去的几十年里,来自几个国家的数据显示,严重营养不良和营养过剩的发生率有所上升。有几个因素被认为可能与各省的DBM有关。该分析的目的是确定与食品消费、教育、社会经济地位相关的13个变量,这些变量可以预测印度尼西亚哪些省份经历了BGG。用于分析的数据是来自国家卫生研究与发展研究所(NIHRD)和中央统计局(CBS)的二手数据。本研究的样本是印度尼西亚的33个省,2010年在这些省开展了风险调查。因变量为经历过DBM和非DBM的省份。这些数据采用判别分析进行分析。结果表明,印度尼西亚33个省中有7个省(21.2%)发生了DBM。双变量分析发现,抚养比(dependency rate)和总生育率(TFR)与DBM省份存在显著相关(p= 0.027和p= 0.02)。然而,在分析的一些变量中,多变量分析显示,只有依赖比与DBM显著相关,对DBM的贡献为14.9%。该研究得出结论,抚养比是印度尼西亚发生DBM的省份的一个很好的预测指标。应对遭受DBM的省份的替代政策是通过改善营养政策的四大支柱,即可持续粮食安全、食品安全、健康的生活方式和适当的营养,来降低抚养比。【关键词】双重负担性营养不良;五岁以下儿童;营养不良;数据分析:数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析。Hal tersebut disumsikan terkait bebera variabel, yang diduga berpengaruh。Tujuan分析ini adalah untuk menentukan 13个变量yitu konsumsi makanan, pendidikan, dan status社会经济yang dapat memprediksi province mengalami BGG di Indonesia。数据阳分析adalah数据sesedari Badan Litbang Kesehatan danbadan Pusat statistics。印度尼西亚33个省的Sampel penelitian adalah yang masuk dalam风险分析,2010。变量取决于adalah省,mengalami, beban gizi, anda, dtidak, mengalami, beban gizi, anda。数据分析,登干,蒙古纳坎,分析,diskriminan。哈西尔分析menunjukkan bahwa 7达33省印度尼西亚(21.2%)门加拉米比班吉兹甘达。双变量menujukkan rasio ketergantungan(抚养比)和tingkat kelahiran total (TFR)的Hasil分析(p = 0,03和p = 0,02): mengalami beban gizi ganda和mengalami beban gizi ganda。分析多品种menunjukkan bahwa hanya rasio ketergantungan yang dapat成员dalkan secara显着kan省mengalami beban gizi ganda atau tidak mengalami beban gizi ganda, dengan kontribusi sebagai penpenda sebesar 14,9人。kespulan分析ini adalah sebesar 21,2人在印度尼西亚蒙加拉米省的adalah dan rasio ketergantungan adalah预测员yang baik untuk BGG。Kebijakan alternatifuntuk省yang mengalami BGG adalah menurunkan rasio ketergantungan dengan meningkatkan empat pilar Kebijakan gizi, yitu keamanan yang berkelanjutan pangan, keamanan pangan, gaya hidup sehat, dan gizi。[j] .中国农业科学,2015,38(1):11-20