{"title":"GERAKAN TASAWUF NUSANTARA (STUDI PERBANDINGAN KARAKTERISTIK GAGASAN SYEKH ABDUS SHAMAD AL-PALIMBANI DAN SYEKH NAWAWI AL-BANTANI PADA ABAD 18-19)","authors":"Kariri Kariri, Diki Ahmad","doi":"10.30984/ajip.v7i2.1846","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract: The movement of relations of the archipelago's scholars in the 18-19 centuries, especially in Sumatra and Java regions, has found its romance in the path of Sufism through a meeting of scholars who studied in Mecca. Among the Sufism figures who have traveled to the Middle East are Sheikh Abdus Shamad Palimbani and Sheikh Nawawi Banten. These two figures prove that the dynamics of Sufism became a discourse that was in great demand by Nusantara scholars in the 18-19 centuries and even today. The characteristics of the ideas of their Sufism have differences even though both of them study at Haromain. Sheikh Abdus Shamad understands Sufism as a middle way between Al Gazali and Ibn Arabi's Sufism ideas that have been processed and presented in a systematic form as a separate Sufism teaching. Abdus Shamad is clearly concerned with the characteristics of his ideas which tend to be dominated by mysticism, so he studied Sufism with Al-Sammani. While the characteristics of the ideas possessed by Sheikh Nawawi are more emphasis on the balance among sharia, tarekat, and essence. As with Sheikh Nawawi in analogizing the framework of Sufism, the Shari'a is like a sailing ship, the tarekat is like the ocean, while the essence is like the pearl.Keywords: Movement, Sufism, Nusantara.Abstrak: Pola gerakan ulama-ulama Nusantara pada abad 18-19 khususnya di wilayah Sumatra dan Jawa, telah menemukan romantismenya dalam jalur keilmuan tasawuf melalui pertemuan para ulama yang belajar di Mekah. Di antaranya tokoh tasawuf yang pernah mengembara ke Timur Tengah ialah Syekh Abdus Shamad al-Palimbani dan Syekh Nawawi al-Bantani. Dari kedua tokoh tersebut, membuktikan bahwa dinamika keilmuan tasawuf menjadi diskursus yang banyak diminati oleh para ulama-ulama Nusantara pada abad 18-19 bahkan hingga hari ini. Karakteristik gagasan tasawuf yang dimiliki kedua tokoh, memiliki karakteristik yang berbeda meskipun keduanya sama-sama menimbah ilmu di Haromain. Syekh Abdus Shamad memahami tasawuf sebagai jalan tengah antara gagasa tasawuf Al Gazali dan Ibn Arabi yang telah diolah dan disajikan dalam bentuk sistematis sebagai ajaran tasasawuf tersendiri. Abdus Shamad tampak terlihat jelas atas karakteristik gagasannya yang cenderung didominasi oleh mistisme sehingga ia mempelajari tasawuf terutama dengan Al-Sammani. Sedangkan karakterik gagasan yang dimiliki Syekh Nawawi, memiliki karakteristik tasawuf yang lebih menekanan pada keseimbangan antara syariat, tarekat, dan hakikat. Seperti halnya Syekh Nawawi dalam menganalogikan kerangka tasawuf, syariat ibaratkan kapal yang berlayar, tarekat ibarat lautan, sedangkan hakikat ibarat mutiaranya.Kata kunci: Gerakan, Tasawuf, Nusantara.","PeriodicalId":423995,"journal":{"name":"Aqlam: Journal of Islam and Plurality","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Aqlam: Journal of Islam and Plurality","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.30984/ajip.v7i2.1846","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Abstract: The movement of relations of the archipelago's scholars in the 18-19 centuries, especially in Sumatra and Java regions, has found its romance in the path of Sufism through a meeting of scholars who studied in Mecca. Among the Sufism figures who have traveled to the Middle East are Sheikh Abdus Shamad Palimbani and Sheikh Nawawi Banten. These two figures prove that the dynamics of Sufism became a discourse that was in great demand by Nusantara scholars in the 18-19 centuries and even today. The characteristics of the ideas of their Sufism have differences even though both of them study at Haromain. Sheikh Abdus Shamad understands Sufism as a middle way between Al Gazali and Ibn Arabi's Sufism ideas that have been processed and presented in a systematic form as a separate Sufism teaching. Abdus Shamad is clearly concerned with the characteristics of his ideas which tend to be dominated by mysticism, so he studied Sufism with Al-Sammani. While the characteristics of the ideas possessed by Sheikh Nawawi are more emphasis on the balance among sharia, tarekat, and essence. As with Sheikh Nawawi in analogizing the framework of Sufism, the Shari'a is like a sailing ship, the tarekat is like the ocean, while the essence is like the pearl.Keywords: Movement, Sufism, Nusantara.Abstrak: Pola gerakan ulama-ulama Nusantara pada abad 18-19 khususnya di wilayah Sumatra dan Jawa, telah menemukan romantismenya dalam jalur keilmuan tasawuf melalui pertemuan para ulama yang belajar di Mekah. Di antaranya tokoh tasawuf yang pernah mengembara ke Timur Tengah ialah Syekh Abdus Shamad al-Palimbani dan Syekh Nawawi al-Bantani. Dari kedua tokoh tersebut, membuktikan bahwa dinamika keilmuan tasawuf menjadi diskursus yang banyak diminati oleh para ulama-ulama Nusantara pada abad 18-19 bahkan hingga hari ini. Karakteristik gagasan tasawuf yang dimiliki kedua tokoh, memiliki karakteristik yang berbeda meskipun keduanya sama-sama menimbah ilmu di Haromain. Syekh Abdus Shamad memahami tasawuf sebagai jalan tengah antara gagasa tasawuf Al Gazali dan Ibn Arabi yang telah diolah dan disajikan dalam bentuk sistematis sebagai ajaran tasasawuf tersendiri. Abdus Shamad tampak terlihat jelas atas karakteristik gagasannya yang cenderung didominasi oleh mistisme sehingga ia mempelajari tasawuf terutama dengan Al-Sammani. Sedangkan karakterik gagasan yang dimiliki Syekh Nawawi, memiliki karakteristik tasawuf yang lebih menekanan pada keseimbangan antara syariat, tarekat, dan hakikat. Seperti halnya Syekh Nawawi dalam menganalogikan kerangka tasawuf, syariat ibaratkan kapal yang berlayar, tarekat ibarat lautan, sedangkan hakikat ibarat mutiaranya.Kata kunci: Gerakan, Tasawuf, Nusantara.
摘要:18-19世纪群岛学者,特别是苏门答腊和爪哇地区的学者的关系运动,通过在麦加学习的学者的一次会议,在苏菲主义的道路上找到了它的浪漫。前往中东的苏菲派人物包括谢赫·阿卜杜勒·沙马德·帕利姆巴尼和谢赫·纳瓦维·班滕。这两个数字证明,苏菲主义的动态成为了一种话语,在18-19世纪甚至今天,努沙塔学者都非常需要这种话语。尽管他们都在哈罗曼学习,但他们的苏菲主义思想特征有所不同。谢赫·阿卜杜勒·沙马德将苏非主义理解为介于Al Gazali和伊本·阿拉比的苏非主义思想之间的中间道路,这些思想已经被处理并以系统的形式呈现为独立的苏非主义教学。很明显,Abdus Shamad很关心他的思想的特点,这些特点往往是由神秘主义主导的,所以他和Al-Sammani一起研究苏非主义。而Sheikh Nawawi所拥有的思想的特点是更强调伊斯兰教法,tarekat和本质之间的平衡。正如Sheikh Nawawi在苏菲主义的框架中所类比的那样,伊斯兰教法就像一艘帆船,tarekat就像海洋,而精髓就像珍珠。关键词:运动,苏菲主义,努桑塔拉摘要:祝福语:祝福语:祝福语:祝福语:祝福语:祝福语:祝福语:祝福语:祝福语:祝福语:祝福语:祝福语:祝福语:祝福语diantaranya tokoh tasawuf yang pernah mengembara ke Timur Tengah sheikh Abdus Shamad al-Palimbani和sheikh Nawawi al-Bantani。Dari kedua tokoh tersebut, membuktikan bahwa dinamika keilmuan tasawuf menjadi diskursus yang banyak diminati oleh para ulama-ulama Nusantara pada abad 18-19 bakan hingga hari ini。Karakteristik gagasan tasawuf yang dimiliki kedua tokoh, memoriliki Karakteristik yang berbeda meskipun keduya sama-sama menimbah ilmu di Haromain。Syekh Abdus Shamad memahami tasawuf sebagai道路tengah安塔拉gagasa tasawuf Al Gazali丹伊本而杨telah diolah丹disajikan dalam bentuk sistematis sebagai ajaran tasasawuf tersendiri。Abdus Shamad tampak terlihat jelas atas karakteristik gagasannya yang cenderung didominis olh mistisme sehingia mempelajari tasawu terutama dengan Al-Sammani。Sedangkan karakterik gagasan yang dimiliki Syekh Nawawi, memiliki karakteristik tasawuf yang lebih menekanan pada kesimbangan antara叙利亚,tarekat, dan hakikat。Seperti halnya Syekh Nawawi dalam menganalogikan kerangka tasawuf, syarikat ibarat kapal yang berlayar, tarekat ibarat lautan, sedangkan hakikat ibarat mutiaranya。Kata kunci:民政党,Tasawuf,努桑塔拉。