Perbandingan Daya Hambat Chlorhexidine Gluconate 0.2% dan Ekstrak Ethanol Bunga Kecicang (Etlingera elatior) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus secara In Vitro
Kim Henadi, I Gusti Ayu Fienna Novianthi Sidiartha, I Gusti Agung Sri Pradnyani
{"title":"Perbandingan Daya Hambat Chlorhexidine Gluconate 0.2% dan Ekstrak Ethanol Bunga Kecicang (Etlingera elatior) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus secara In Vitro","authors":"Kim Henadi, I Gusti Ayu Fienna Novianthi Sidiartha, I Gusti Agung Sri Pradnyani","doi":"10.51559/bdj.v5i2.152","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Introduction: Staphylococcus aureus is part of the normal human flora in the oral cavity which is often found as a pathogen in multi-cases of dental and systemic diseases. Management infection of this bacteria, generally uses β-lactam antibiotics group. However, nowadays there were often cases of Staphylococcus aureus antibiotic resistance thus Chlorhexidine gluconate (CHX) 0.2% is used. CHX has extensive antibacterial power with relatively low toxicity. Furthermore, the latest research has shown that there are even present CHX-resistant Staphylococcus aureus strains. Kecicang (Etlingera elatior) is a plant that is often used as herbs and traditional medicine in Bali. Kecicang has been shown to contain antibacterial compounds, so it is expected to be an antibacterial alternative to avoid cases of antibiotic resistance. The aim of the study is to determine the ratio of 0.2% CHX inhibition and 10%, 20%, 30%, 40%, and 50% kecicang extracts. \nMethod: Post Test Only Control Group Design study design is used in this study, comparing the inhibitory power of kecicang flower extract with 0.2% CHX against Staphylococcus aureus (ATCC 35923). The extract is made using the maceration method, using 96% ethanol solvent, 10%, 20%, 30%, 40%, and 50% concentration then analyzed using qualitative-phytochemical analysis. The bacterial test is using the Kirby-Bauer method in MHA and observed by two examiners. Vancomycin is used as positive control and distilled water is used as a negative control. \nResults: Kecicang extract then detected positive for saponins, triterpenoids, steroids, phenols, and flavonoids, while alkaloids were detected negatively. The mean CHX inhibition zone is 0.2% (13,875 mm). The mean inhibition zone is 10% (5.5 mm), 20% (6 mm), 30% (6.4 mm), 40% (7.125 mm), 50% (7.5 mm). There is an increase in the inhibition zone along with increasing concentrations of kecicang extract (p <0.05) \nConclusion: Based on measurements by two examiners, the kecicang flower extract 10%, 20%, 30%, 40%, and 50% has smaller inhibitory power than the 0.2% CHX inhibition power (p <0.05). \n \nLatar Belakang: Staphylococcus aureus adalah normal flora rongga mulut yang sering menjadi pathogen kasus penyakit gigi dan sistemik. Penatalaksanaan umumnya menggunakan antibiotik golongan β-laktam. Namun, dewasa ini sering dijumpai kasus resistensi Staphylococcus aureus sehingga digunakan Chlorhexidine gluconate (CHX) 0.2%. CHX memiliki daya antibakteri luas dengan toksisitas relatif rendah. Namun, penelitian menunjukan bahkan terdapat strain Staphylococcus aureus resisten CHX. Kecicang (Etlingera elatior) adalah tumbuhan yang sering dimanfaatkan sebagai rempah serta obat tradisional di Bali. Kecicang terbukti mengandung komponen fitokimia-majemuk bersifat antibakteri, sehingga diharapkan menjadi alternatif antibakteri untuk menghindari kasus resistensi antibiotik. Tujuan penelitian: mengetahui perbandingan daya hambat CHX 0.2% dan ekstrak kecicang 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%. \nMetode: Penelitian menggunakan rancangan penelitian Post Test Only Control Group Design, membandingkan daya hambat ekstrak bunga kecicang dengan CHX 0.2% terhadap Staphylococcus aureus (ATCC 35923). Ekstrak dibuat dengan metode maserasi simplisia, pelarut ethanol 96%, variasi konsentrasi 10%,20%,30%,40%, dan 50% kemudian dilakukan analisis fitokimia-kualitatif. Pengujian bakteri menggunakan metode Kirby-Bauer pada MHA, diamati dua orang mata pengamat. Kontrol positif menggunakan Vancomycin dan kontrol negatif menggunakan aquades. \nHasil: Ekstrak kecicang terdeteksi positif saponin, triterpenoid, steroid, fenol, dan flavonoid, sedangkan alkaloid terdeteksi negatif. Mean zona hambat CHX 0.2% (13.875 mm). Mean zona hambat kecicang 10% (5.5 mm), 20% (6 mm), 30% (6.4 mm), 40% (7.125 mm), 50% (7.5 mm). Terlihat peningkatan zona hambat seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak bunga kecicang (p<0.05) \nKesimpulan: Berdasarkan pengukuran oleh dua orang mata pengamat, ekstrak bunga kecicang konsentrasi 10%,20%,30%,40%, dan 50% memiliki daya hambat lebih kecil daripada daya hambat CHX 0.2% (p<0.05).","PeriodicalId":447860,"journal":{"name":"Bali Dental Journal","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-11-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Bali Dental Journal","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.51559/bdj.v5i2.152","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Introduction: Staphylococcus aureus is part of the normal human flora in the oral cavity which is often found as a pathogen in multi-cases of dental and systemic diseases. Management infection of this bacteria, generally uses β-lactam antibiotics group. However, nowadays there were often cases of Staphylococcus aureus antibiotic resistance thus Chlorhexidine gluconate (CHX) 0.2% is used. CHX has extensive antibacterial power with relatively low toxicity. Furthermore, the latest research has shown that there are even present CHX-resistant Staphylococcus aureus strains. Kecicang (Etlingera elatior) is a plant that is often used as herbs and traditional medicine in Bali. Kecicang has been shown to contain antibacterial compounds, so it is expected to be an antibacterial alternative to avoid cases of antibiotic resistance. The aim of the study is to determine the ratio of 0.2% CHX inhibition and 10%, 20%, 30%, 40%, and 50% kecicang extracts.
Method: Post Test Only Control Group Design study design is used in this study, comparing the inhibitory power of kecicang flower extract with 0.2% CHX against Staphylococcus aureus (ATCC 35923). The extract is made using the maceration method, using 96% ethanol solvent, 10%, 20%, 30%, 40%, and 50% concentration then analyzed using qualitative-phytochemical analysis. The bacterial test is using the Kirby-Bauer method in MHA and observed by two examiners. Vancomycin is used as positive control and distilled water is used as a negative control.
Results: Kecicang extract then detected positive for saponins, triterpenoids, steroids, phenols, and flavonoids, while alkaloids were detected negatively. The mean CHX inhibition zone is 0.2% (13,875 mm). The mean inhibition zone is 10% (5.5 mm), 20% (6 mm), 30% (6.4 mm), 40% (7.125 mm), 50% (7.5 mm). There is an increase in the inhibition zone along with increasing concentrations of kecicang extract (p <0.05)
Conclusion: Based on measurements by two examiners, the kecicang flower extract 10%, 20%, 30%, 40%, and 50% has smaller inhibitory power than the 0.2% CHX inhibition power (p <0.05).
Latar Belakang: Staphylococcus aureus adalah normal flora rongga mulut yang sering menjadi pathogen kasus penyakit gigi dan sistemik. Penatalaksanaan umumnya menggunakan antibiotik golongan β-laktam. Namun, dewasa ini sering dijumpai kasus resistensi Staphylococcus aureus sehingga digunakan Chlorhexidine gluconate (CHX) 0.2%. CHX memiliki daya antibakteri luas dengan toksisitas relatif rendah. Namun, penelitian menunjukan bahkan terdapat strain Staphylococcus aureus resisten CHX. Kecicang (Etlingera elatior) adalah tumbuhan yang sering dimanfaatkan sebagai rempah serta obat tradisional di Bali. Kecicang terbukti mengandung komponen fitokimia-majemuk bersifat antibakteri, sehingga diharapkan menjadi alternatif antibakteri untuk menghindari kasus resistensi antibiotik. Tujuan penelitian: mengetahui perbandingan daya hambat CHX 0.2% dan ekstrak kecicang 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%.
Metode: Penelitian menggunakan rancangan penelitian Post Test Only Control Group Design, membandingkan daya hambat ekstrak bunga kecicang dengan CHX 0.2% terhadap Staphylococcus aureus (ATCC 35923). Ekstrak dibuat dengan metode maserasi simplisia, pelarut ethanol 96%, variasi konsentrasi 10%,20%,30%,40%, dan 50% kemudian dilakukan analisis fitokimia-kualitatif. Pengujian bakteri menggunakan metode Kirby-Bauer pada MHA, diamati dua orang mata pengamat. Kontrol positif menggunakan Vancomycin dan kontrol negatif menggunakan aquades.
Hasil: Ekstrak kecicang terdeteksi positif saponin, triterpenoid, steroid, fenol, dan flavonoid, sedangkan alkaloid terdeteksi negatif. Mean zona hambat CHX 0.2% (13.875 mm). Mean zona hambat kecicang 10% (5.5 mm), 20% (6 mm), 30% (6.4 mm), 40% (7.125 mm), 50% (7.5 mm). Terlihat peningkatan zona hambat seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak bunga kecicang (p<0.05)
Kesimpulan: Berdasarkan pengukuran oleh dua orang mata pengamat, ekstrak bunga kecicang konsentrasi 10%,20%,30%,40%, dan 50% memiliki daya hambat lebih kecil daripada daya hambat CHX 0.2% (p<0.05).
简介:金黄色葡萄球菌是口腔中正常人类菌群的一部分,在许多牙齿和全身性疾病中经常被发现为病原体。管理这种细菌的感染,一般采用β-内酰胺类抗生素组。然而,现在经常有金黄色葡萄球菌耐药的病例,因此使用葡萄糖酸氯己定(CHX) 0.2%。CHX具有广泛的抗菌能力,毒性较低。此外,最新的研究表明,甚至存在耐chx的金黄色葡萄球菌菌株。Kecicang (Etlingera elatia)是一种在巴厘岛经常被用作草药和传统药物的植物。研究表明,可可豆含有抗菌化合物,因此有望成为避免抗生素耐药性的抗菌替代品。本研究的目的是确定0.2% CHX抑制剂与10%、20%、30%、40%和50%可可豆提取物的比例。方法:本研究采用后验对照组设计,比较莪术花提取物与0.2% CHX对金黄色葡萄球菌(ATCC 35923)的抑制作用。提取液采用浸渍法,分别用96%乙醇溶剂,10%、20%、30%、40%、50%的浓度进行浸渍,然后进行定性植物化学分析。在MHA中采用Kirby-Bauer法进行细菌检测,并由两名检验员进行观察。万古霉素作为阳性对照,蒸馏水作为阴性对照。结果:莪术提取物中皂苷类、三萜类、甾体类、酚类、黄酮类化合物检出阳性,生物碱检出阴性。CHX的平均抑制带为0.2% (13,875 mm)。平均抑制区为10% (5.5 mm)、20% (6 mm)、30% (6.4 mm)、40% (7.125 mm)、50% (7.5 mm)。结论:经2位检查者测定,10%、20%、30%、40%、50%的莪术花提取物的抑菌力均小于0.2% CHX的抑菌力(p <0.05)。Latar Belakang:金黄色葡萄球菌adalah正常菌群rongga mulut yang提供menjadi病原体kasus penyakit gigi dan sistemik。戊二唑胺、乌蒙唑胺抗菌素、龙眼β-laktam。Namun, dewasa ini提供了耐药葡萄球菌,金黄色葡萄球菌,葡萄糖酸氯己定(CHX) 0.2%。CHX抗菌素是一种具有抗细菌活性的药物。耐药金黄色葡萄球菌(Staphylococcus aureus resistant CHX)。Kecicang (Etlingera关系)adalah tumbuhan yang sering dimanfaatkan sebagai rempaah serta obat传统的巴厘岛。Kecicang terbukti mengandung komponenfitokimia -majemuk bersifat anti - bakteri, sehinga diharapkan menjadi替代抗生素与menghindari kasenresistant抗菌素。土juan penelitian: mengetahui perbandingan daya hambat CHX 0.2% dan ekstrak kecicang 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%。方法:Penelitian menggunakan rancangan Penelitian Post Test Only Control Group Design,采用0.2% terhadap金黄色葡萄球菌(ATCC 35923)设计。Ekstrak dibuat dengan mede maserasi simplisia, perarut乙醇96%,variaskonsentras10%,20%,30%,40%,和50% kemudian dilakukan分析。企鹅bakteri menggunakan metode Kirby-Bauer pada MHA, diamati dua orang mata pengamat。孟古那坎万古霉素对照阳性,孟古那坎水对照阴性。哈希:赤芪皂苷正、三萜、甾体、酚醇、丹类黄酮、赤芪生物碱负。平均带habat CHX 0.2% (13.875 mm)。平均hambat区有10% (5.5 mm)、20% (6mm)、30% (6.4 mm)、40% (7.125 mm)、50% (7.5 mm)。Terlihat peningkatan zona hambat seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak bunga kecacang (p<0.05) kespulan: Berdasarkan penguin oleh dua orang mata pengamat, ekstrak bunga kecicang konsentrasi 10%、20%、30%、40%、50% memiliki daya hambat lebih kecil daripada daya hambat CHX 0.2% (p<0.05)。