{"title":"Romantisme Perempuan Muda Sasak dalam Antologi Puisi Eulogi","authors":"Johan Mahyudi, Agusman Agusman","doi":"10.22219/SATWIKA.VOL2.NO1.58-67","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Tujuan utama tulisan ini ialah menguraikan kombinasi pendekatan penelitian impresionistik, estetik, dan romantik sebagai metode yang memadai untuk menguraikan ideologi yang termuat di dalam sebuah antologi puisi. Metode estetik-romantik digunakan untuk mengeksplorasi bahasa-bahasa khas yang ditemukan dalam antologi Eulogi, yang jika dikaitkan dengan gagasan Shelley, Ingarden, dan Eagleton, optimalisasi bahasanya hanya bisa dinilai dari seberapa mampu puisi tersebut mendorong pembacanya berkontemplasi dengan menghadirkan bahasa yang indah. Hasil penelitian menunjukkan, Karwayu menulis puisi-puisi dalam antologi Eulogi bertujuan mengungkapkan perikehidupan rahasianya. Ungkapan rahasia kehidupan peribadi dengan bahasa yang indah tersebut, kian mudah dipahami berkat pengaturan urutan puisi oleh editor yang mudah menuntun pembaca untuk menemukan narasi pemberontakan jiwa perempuan Sasak dalam plot yang bergerak maju menuju akhir yang mengejutkan. Dari kelima puluh puisi yang terjalin kuat membangun romantisme perempuan Sasak, puisi-puisi tertentu bergerak pada level romantik yang lebih tinggi, yaitu pengungkapan prinsip-prinsip filosofis. Salah satu prinsip ideologis yang menonjol ialah pernyataan tegas Karwayu menolak segala upaya merusak perdamaian, apalagi jika dilakukan oleh pemuka agama dengan memanfaatkan mimbar di rumah ibadah. Mimbar dari seribu masjid di Pulau Lombok, menurutnya hal itu harus tetap dijaga agar menjadi sumber energi perdamaian di nusantara.","PeriodicalId":150903,"journal":{"name":"JURNAL SATWIKA","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-11-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"JURNAL SATWIKA","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22219/SATWIKA.VOL2.NO1.58-67","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
Abstract
Tujuan utama tulisan ini ialah menguraikan kombinasi pendekatan penelitian impresionistik, estetik, dan romantik sebagai metode yang memadai untuk menguraikan ideologi yang termuat di dalam sebuah antologi puisi. Metode estetik-romantik digunakan untuk mengeksplorasi bahasa-bahasa khas yang ditemukan dalam antologi Eulogi, yang jika dikaitkan dengan gagasan Shelley, Ingarden, dan Eagleton, optimalisasi bahasanya hanya bisa dinilai dari seberapa mampu puisi tersebut mendorong pembacanya berkontemplasi dengan menghadirkan bahasa yang indah. Hasil penelitian menunjukkan, Karwayu menulis puisi-puisi dalam antologi Eulogi bertujuan mengungkapkan perikehidupan rahasianya. Ungkapan rahasia kehidupan peribadi dengan bahasa yang indah tersebut, kian mudah dipahami berkat pengaturan urutan puisi oleh editor yang mudah menuntun pembaca untuk menemukan narasi pemberontakan jiwa perempuan Sasak dalam plot yang bergerak maju menuju akhir yang mengejutkan. Dari kelima puluh puisi yang terjalin kuat membangun romantisme perempuan Sasak, puisi-puisi tertentu bergerak pada level romantik yang lebih tinggi, yaitu pengungkapan prinsip-prinsip filosofis. Salah satu prinsip ideologis yang menonjol ialah pernyataan tegas Karwayu menolak segala upaya merusak perdamaian, apalagi jika dilakukan oleh pemuka agama dengan memanfaatkan mimbar di rumah ibadah. Mimbar dari seribu masjid di Pulau Lombok, menurutnya hal itu harus tetap dijaga agar menjadi sumber energi perdamaian di nusantara.