{"title":"Hubungan Kualitas Tidur dengan Kualitas Hidup Lansia dengan Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2","authors":"Berthiana Berthiana, Wijaya Atmaja Kasuma","doi":"10.32528/IJHS.V12I1.4851","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Latar Belakang dan Tujuan: Salah satu tanda dan gejala Diabetes Mellitus (DM) yaitu sering buang air kecil dalam jumlah banyak pada malam hari sehingga berdampak pada kualitas tidur. Tidur yang efektif pada pasien DM sangat dibutuhkan untuk memperbaiki sel-sel yang rusak termasuk sel beta yang berfungsi untuk memproduksi insulin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan kualitas hidup pada lansia dengan penyakit DM tipe 2. Metode: Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Prolanis Sanang Barigas Palangka Raya. Jumlah responden yaitu 33 responden. Teknik pengambilan data dilakukan secara simultan atau pada suatu waktu (point time approach). Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil: Mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu 20 orang (60,6%), usia hampir seluruhnya sekitar 60-74 tahun yaitu 29 responden (87,9%), pekerjaan mayoritas pensiunan sebanyak 20 responden (60,6%), tingkat pendidikan paling banyak adalah lulusan SMA 15 responden (45,5%), mayoritas kualitas tidur buruk dengan jumlah 19 responden (57,6%), dan sebagian besar kualitas hidup buruk dengan jumlah 19 responden (57,6%). Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan kualitas hidup lansia dengan DM tipe 2 (p-value 0,000 0,05). Simpulan dan Implikasi: Kualitas tidur menentukan kualitas hidup lansia dengan penyakit DM tipe 2. Semakin buruk kualitas tidur lansia maka semakin buruk pula kualitas hidupnya. Dengan demikian intervensi lebih lanjut mengenai perbaikan kualitas tidur diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dengan penyakit DM tipe 2. ","PeriodicalId":120047,"journal":{"name":"The Indonesian Journal of Health Science","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-06-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"3","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"The Indonesian Journal of Health Science","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.32528/IJHS.V12I1.4851","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 3
Abstract
Latar Belakang dan Tujuan: Salah satu tanda dan gejala Diabetes Mellitus (DM) yaitu sering buang air kecil dalam jumlah banyak pada malam hari sehingga berdampak pada kualitas tidur. Tidur yang efektif pada pasien DM sangat dibutuhkan untuk memperbaiki sel-sel yang rusak termasuk sel beta yang berfungsi untuk memproduksi insulin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan kualitas hidup pada lansia dengan penyakit DM tipe 2. Metode: Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Prolanis Sanang Barigas Palangka Raya. Jumlah responden yaitu 33 responden. Teknik pengambilan data dilakukan secara simultan atau pada suatu waktu (point time approach). Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil: Mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu 20 orang (60,6%), usia hampir seluruhnya sekitar 60-74 tahun yaitu 29 responden (87,9%), pekerjaan mayoritas pensiunan sebanyak 20 responden (60,6%), tingkat pendidikan paling banyak adalah lulusan SMA 15 responden (45,5%), mayoritas kualitas tidur buruk dengan jumlah 19 responden (57,6%), dan sebagian besar kualitas hidup buruk dengan jumlah 19 responden (57,6%). Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan kualitas hidup lansia dengan DM tipe 2 (p-value 0,000 0,05). Simpulan dan Implikasi: Kualitas tidur menentukan kualitas hidup lansia dengan penyakit DM tipe 2. Semakin buruk kualitas tidur lansia maka semakin buruk pula kualitas hidupnya. Dengan demikian intervensi lebih lanjut mengenai perbaikan kualitas tidur diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dengan penyakit DM tipe 2.