{"title":"Diagnosis Pertumbuhan Ekonomi dan Output Potensial Indonesia","authors":"Asep Nurwanda, Bakhtiar Rifai","doi":"10.31685/kek.v2i3.385","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"AbstrakSalah satu alat pendekatan yang digunakan dalam melakukan diagnosis posisi perekonomian suatu negara adalah analisis output gap yang merupakan selisih antara output aktual dan potensial. Hasil analisis tersebut menggambarkan kondisi siklus bisnis suatu perekonomian. Hal ini berguna sebagai dasar pertimbangan dalam penyusunan kerangka kebijakan ekonomi. Bertolak dari hal tersebut, tulisan ini menjelaskan hasil estimasi output potensial dan output gap Indonesia berdasarkan tiga pendekatan, yakni Hodrick-Prescott (HP) Filter, Band-Pass (BP) Filter, dan Pendekatan Fungsi Produksi (Growth Accounting). Ketiga metode tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa kondisi perekonomian Indonesia di tahun 2017 hanya sedikit di bawah level potensialnya. Selanjutnya dengan mengaplikasikan asumsi kinerja pertumbuhan tahun 2018 dan 2019 masing-masing sebesar 5,4 persen dan 5,6 persen, perekonomian Indonesia akan melampaui level potensialnya di tahun 2019. Kondisi tersebut perlu menjadi perhatian dalam pengambilan kebijakan, baik dalam jangka pendek maupun menengah. Dalam jangka pendek, output gap yang positif mendorong adanya tekanan inflasi (inflationary pressure) sehingga upaya pengendalian inflasi perlu menjadi prioritas pemerintah. Sementara itu dalam jangka menengah, upaya reformasi struktural harus terus dilakukan untuk meningkatkan output potensial, mencakup faktor tenaga kerja peningkatan partisipasi angkatan kerja, faktor kapital melalui investasi yang berkelanjutan, serta faktor produktivitas dengan peningkatan kualitas human capital dan penguasaan teknologi.","PeriodicalId":426920,"journal":{"name":"Kajian Ekonomi dan Keuangan","volume":"86 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-12-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Kajian Ekonomi dan Keuangan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.31685/kek.v2i3.385","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
Abstract
AbstrakSalah satu alat pendekatan yang digunakan dalam melakukan diagnosis posisi perekonomian suatu negara adalah analisis output gap yang merupakan selisih antara output aktual dan potensial. Hasil analisis tersebut menggambarkan kondisi siklus bisnis suatu perekonomian. Hal ini berguna sebagai dasar pertimbangan dalam penyusunan kerangka kebijakan ekonomi. Bertolak dari hal tersebut, tulisan ini menjelaskan hasil estimasi output potensial dan output gap Indonesia berdasarkan tiga pendekatan, yakni Hodrick-Prescott (HP) Filter, Band-Pass (BP) Filter, dan Pendekatan Fungsi Produksi (Growth Accounting). Ketiga metode tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa kondisi perekonomian Indonesia di tahun 2017 hanya sedikit di bawah level potensialnya. Selanjutnya dengan mengaplikasikan asumsi kinerja pertumbuhan tahun 2018 dan 2019 masing-masing sebesar 5,4 persen dan 5,6 persen, perekonomian Indonesia akan melampaui level potensialnya di tahun 2019. Kondisi tersebut perlu menjadi perhatian dalam pengambilan kebijakan, baik dalam jangka pendek maupun menengah. Dalam jangka pendek, output gap yang positif mendorong adanya tekanan inflasi (inflationary pressure) sehingga upaya pengendalian inflasi perlu menjadi prioritas pemerintah. Sementara itu dalam jangka menengah, upaya reformasi struktural harus terus dilakukan untuk meningkatkan output potensial, mencakup faktor tenaga kerja peningkatan partisipasi angkatan kerja, faktor kapital melalui investasi yang berkelanjutan, serta faktor produktivitas dengan peningkatan kualitas human capital dan penguasaan teknologi.