{"title":"Teologi Keagamaan Kwok Pui-lan: Dari Hermeneutika Asia Menuju Keadilan Gender (Sebuah Peta Pemikiran Teologi Kontekstual Asia)","authors":"Andreas Kristianto","doi":"10.37196/kenosis.v8i2.499","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This study refers to Kwok Pui-lan's thoughts on her shift from religious pluralism to gender justice in Asia. Asia experiences a syndrome known as the colonial syndrome, so that postcolonial hermeneutics is needed in the life of the church. The main ideas are as follows, namely a shift from Western hermeneutics to Asian hermeneutics (dialogical interpretation model), from textual interpretation to oral hermeneutics, from Asian interpretation to religious pluralism (multifaith hermeneutics) and from religious pluralism to gender justice. Kwok Pui-lan's theology brings dimensions of intersectionality (cross) between colonialism, gender and religion, which is a fresh material to build a postcolonial theology of religious and gender diversity in Indonesia. The contribution of this article is that Kwok Pui-lan's thoughts build awareness of “multiplicity”, namely about the existence of many identities and layers of domination from the analysis of colonial history, race, class, culture, sexual orientation and gender.Abstrak Studi ini merujuk pada pemikiran Kwok Pui-lan tentang pergeserannya dari Pluralisme agama menuju keadilan gender di Asia. Asia mengalami sindrom yang disebut sebagai sindrom kolonial, sehingga dibutuhkan hermeneutika postkolonial dalam kehidupan menggereja. Pokok-pokok pemikirannya adalah sebagai berikut yaitu adanya pergeseran dari hermeneutika Barat menuju hermeneutika Asia (model penafsiran dialogis), dari intepretasi tekstual menuju hermeneutika lisan (oral), dari intepretasi Asia menuju pluralisme agama (multifaith hermeneutics) dan dari pluralisme agama menuju keadilan gender. Teologi keagamaan Kwok Pui-lan membawa dimensi interseksionalitas (persilangan) antara kolonialisme, gender dan agama, yang mana menjadi bahan segar untuk membangun teologi postkolonialisme di Indonesia. Kontribusi artikel ini adalah bahwa pemikiran Kwok Pui-lan membangun kesadaran akan “multiplisitas”, yaitu adanya banyak identitas dan lapisan dominasi dari analisis sejarah kolonial, ras, kelas, budaya, orientasi seksual dan gender.","PeriodicalId":423837,"journal":{"name":"KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-01-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.37196/kenosis.v8i2.499","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
This study refers to Kwok Pui-lan's thoughts on her shift from religious pluralism to gender justice in Asia. Asia experiences a syndrome known as the colonial syndrome, so that postcolonial hermeneutics is needed in the life of the church. The main ideas are as follows, namely a shift from Western hermeneutics to Asian hermeneutics (dialogical interpretation model), from textual interpretation to oral hermeneutics, from Asian interpretation to religious pluralism (multifaith hermeneutics) and from religious pluralism to gender justice. Kwok Pui-lan's theology brings dimensions of intersectionality (cross) between colonialism, gender and religion, which is a fresh material to build a postcolonial theology of religious and gender diversity in Indonesia. The contribution of this article is that Kwok Pui-lan's thoughts build awareness of “multiplicity”, namely about the existence of many identities and layers of domination from the analysis of colonial history, race, class, culture, sexual orientation and gender.Abstrak Studi ini merujuk pada pemikiran Kwok Pui-lan tentang pergeserannya dari Pluralisme agama menuju keadilan gender di Asia. Asia mengalami sindrom yang disebut sebagai sindrom kolonial, sehingga dibutuhkan hermeneutika postkolonial dalam kehidupan menggereja. Pokok-pokok pemikirannya adalah sebagai berikut yaitu adanya pergeseran dari hermeneutika Barat menuju hermeneutika Asia (model penafsiran dialogis), dari intepretasi tekstual menuju hermeneutika lisan (oral), dari intepretasi Asia menuju pluralisme agama (multifaith hermeneutics) dan dari pluralisme agama menuju keadilan gender. Teologi keagamaan Kwok Pui-lan membawa dimensi interseksionalitas (persilangan) antara kolonialisme, gender dan agama, yang mana menjadi bahan segar untuk membangun teologi postkolonialisme di Indonesia. Kontribusi artikel ini adalah bahwa pemikiran Kwok Pui-lan membangun kesadaran akan “multiplisitas”, yaitu adanya banyak identitas dan lapisan dominasi dari analisis sejarah kolonial, ras, kelas, budaya, orientasi seksual dan gender.
本研究旨在探讨郭培兰在亚洲从宗教多元主义转向性别正义的思考。亚洲经历了一种被称为殖民综合症的综合症,因此教会生活需要后殖民解释学。主要思想有:从西方解释学转向亚洲解释学(对话解释学模式),从文本解释学转向口头解释学,从亚洲解释学转向宗教多元主义(多信仰解释学),从宗教多元主义转向性别正义。郭培兰的神学带来了殖民主义、性别和宗教的交叉性(交叉)维度,为构建印尼宗教和性别多样性的后殖民神学提供了新的材料。本文的贡献在于郭培兰的思想从殖民历史、种族、阶级、文化、性取向和性别的分析中构建了“多重性”意识,即多重身份和统治层次的存在。[摘要]亚洲多元文化与性别研究:郭培兰、邓培兰、邓培兰、邓培兰、邓培兰、邓培兰、邓培兰、邓培兰、邓培兰、邓培兰、邓培兰、邓培兰、邓培兰、邓培兰、邓培兰等。亚洲孟格拉米综合征杨病但孟格拉米综合征殖民地,sehinga dibutuhkan hermeneutika后殖民地dalam kehidupan孟格拉米综合征。Pokok-pokok pemikirannya adalah sebagai berikut yitya adanya pergeseran dari menmeneutika Barat menuju hermeneutika Asia(模范半岛对话),dari interpretasi tekstual menmeneutika lisan(口头),dari interpretasi Asia menuju pluralisme agama(多信仰解释学)和dari pluralisme agama menuju keadilan gender。地理学keagamaan郭碧兰(kwi -lan)的成员,维度interseksionalitas (persilangan) antara殖民主义,性别dan agama, yang mana menjadi bahan segar untuk成员,地质学后殖民主义di印度尼西亚。Kontribusi artikel ini adalah bahwa pemikiran郭佩兰成员bangunn kesadaran akan " multiplisitas ", yitu adanya banyak identitas dan lapisan dominasi dari分析sejarah kolial, ras, kelas, budaya, orientasi seksual dan gender。