{"title":"Dualism and Unworthy Legal Practice: The Marginalization of Women's Rights in Sirri and Early Marriages","authors":"Abi Hasan, Achmad Musyahid, A. Asman","doi":"10.14421/ajish.v56i1.1006","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract: Marriage is a constitutional right of Indonesian citizens, but not all marriages end in favour to women. From a legal and normative standpoint, this study examines how sirri and early marriage marginalize women. This article is library research. Datas were collected by conducting study of primary and secondary legal materials. The findings of this study demonstrate that sirri marriage is manifestly ineffective and contrary to the Indonesian Marriage Law. Women in sirri marriages do not have proper inheritance rights because sirri marriages are not recognized by state law, despite the fact that they are valid under religious law. In a similar vein, it appears that women's rights are not guaranteed in early marriage because couples in general lack the capacity and maturity to manage rights, obligations, and roles within the household; even early marriage appears to be \"forced.\"Abstrak: Pernikahan merupakan hak konstitusional warga negara Indonesia. Akan tetapi, tidak semua pernikahan, baik praktik maupun aturan hukumnya menguntungkan bagi semua pihak, terutama bagi perempuan. Artikel ini mengkaji marginalisasi perempuan dalam kasus nikah sirri dan nikah dini dengan perspektif yuridis-normatif. Data-data dikumpulkan dari bahan hukum primer dan sekunder. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pernikahan sirri jelas tidak efektif dan cukup menyimpang dari ketentuan Undang-undang Perkawinan Indonesia. Kaum perempuan dalam pernikahan sirri tidak diuntungkan dalam pembagian harta warisan karena pernikahan mereka tidak dikuatkan dengan akta nikah, walaupun pernikahan tersebut dinilai sah menurut hukum agama. Hal yang sama juga terjadi pada pernikahan dini karena hak-hak perempuan pada kenyataannya tidak terjamin. Hal ini disebabkan para pasangan dalam pernikahan dini, umumnya, belum memiliki kapasitas dan kedewasaan yang cukup dalam manajemen hak, kewajiban, dan peran dalam rumah tangga. Pernikahan dini bahkan terkesan sebagai pernikahan yang “dipaksakan”.","PeriodicalId":138405,"journal":{"name":"Asy-Syir'ah: Jurnal Ilmu Syari'ah dan Hukum","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-06-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Asy-Syir'ah: Jurnal Ilmu Syari'ah dan Hukum","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.14421/ajish.v56i1.1006","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Abstract: Marriage is a constitutional right of Indonesian citizens, but not all marriages end in favour to women. From a legal and normative standpoint, this study examines how sirri and early marriage marginalize women. This article is library research. Datas were collected by conducting study of primary and secondary legal materials. The findings of this study demonstrate that sirri marriage is manifestly ineffective and contrary to the Indonesian Marriage Law. Women in sirri marriages do not have proper inheritance rights because sirri marriages are not recognized by state law, despite the fact that they are valid under religious law. In a similar vein, it appears that women's rights are not guaranteed in early marriage because couples in general lack the capacity and maturity to manage rights, obligations, and roles within the household; even early marriage appears to be "forced."Abstrak: Pernikahan merupakan hak konstitusional warga negara Indonesia. Akan tetapi, tidak semua pernikahan, baik praktik maupun aturan hukumnya menguntungkan bagi semua pihak, terutama bagi perempuan. Artikel ini mengkaji marginalisasi perempuan dalam kasus nikah sirri dan nikah dini dengan perspektif yuridis-normatif. Data-data dikumpulkan dari bahan hukum primer dan sekunder. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pernikahan sirri jelas tidak efektif dan cukup menyimpang dari ketentuan Undang-undang Perkawinan Indonesia. Kaum perempuan dalam pernikahan sirri tidak diuntungkan dalam pembagian harta warisan karena pernikahan mereka tidak dikuatkan dengan akta nikah, walaupun pernikahan tersebut dinilai sah menurut hukum agama. Hal yang sama juga terjadi pada pernikahan dini karena hak-hak perempuan pada kenyataannya tidak terjamin. Hal ini disebabkan para pasangan dalam pernikahan dini, umumnya, belum memiliki kapasitas dan kedewasaan yang cukup dalam manajemen hak, kewajiban, dan peran dalam rumah tangga. Pernikahan dini bahkan terkesan sebagai pernikahan yang “dipaksakan”.
摘要:婚姻是印尼公民的一项宪法权利,但并非所有的婚姻都以有利于女性收场。从法律和规范的角度来看,本研究考察了sirri和早婚如何使妇女边缘化。这篇文章是图书馆研究。通过对一级和二级法律材料的研究收集数据。本研究的结果表明,sirri婚姻是明显无效的,违反了印尼婚姻法。sirri婚姻中的妇女没有适当的继承权,因为尽管根据宗教法,sirri婚姻是有效的,但国家法律不承认这种婚姻。同样,妇女的权利在早婚中似乎得不到保障,因为夫妻一般缺乏管理家庭中的权利、义务和角色的能力和成熟度;甚至早婚似乎也是“被迫的”。[摘要]印尼宪法之战。Akan tetapi, tidak semua pernikahan, baik praktik maupun aturan hukumnya menguntunkan bagi semua pihak, terutama bagi perempuan。Artikel ini mengkaji边缘化,perempuan dalam kasus nikah sirri dannikah dini denengan perspective - normatim。Data-data dikumpulkan dari bahan hukum primer dan sekunder。Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pernikahan sirri jelas tidak ektif dan cuup menyimpang dari ketentuan undang undang Perkawinan Indonesia。kam perempuan dalam pernikahan sirri tidak diuntunkan dalam pembagian harta warisan karena pernikahan mereka dikuatkan dengan akta nikah, walaupun pernikahan tersebut dinilai sah menuut hukum agama。Hal yang sama juga terjadi pada pernikahan dini karena hak-hak perempuan pada kenyataannya tiak terjamin。halini disebabkan para pasangan dalam pernikahan dini, umumnya, belum memiliki kapasitas dan kedewasaan yang cukup dalam managajemen hak, kewajiban, dan peran dalam rumah tangga。Pernikahan dini bahkan terkesan sebagai Pernikahan yang " dipaksakan "。