{"title":"Mencari Makna Terbaik Pandemi Bagi Hidup Manusia, Melalui Filsafat Eksistensial Soren A. Kierkergaard","authors":"Hendro Setiawan","doi":"10.55076/rerum.v1i1.2","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Lebih dari setahun pandemi Covid 19 telah melanda dunia. Lebih dari 100 juta orang telah terpapar dan lebih dari dua juta orang meninggal dunia diseluruh dunia. Angka-angka ini masih akan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Selain bencana kesehatan, pandemi Covid 19 telah memicu bencana multidimensi global terbesar dalam satu abad terakhir. Selain dampak kesehatan, pandemi telah memicu dampak ekonomi, psikologi, sosial, pendidikan, dst. Dimulainya program vaksinasi, walau masih terbatas dan belum merata, telah memberikan harapan baru bagi masyarakat dunia untuk keluar dari krisis ini. Ditengah situasi ini, sebuah studi tentang: bagaimana seharusnya manusia memaknai pandemi ini adalah perlu dan mendesak. Pemaknaan atas suatu situasi, menentukan cara manusia bereaksi terhadapnya. Pemaknaan yang baik, membawa manusia pada tindakan positif yang membaharui. Sebaliknya, pemaknaan yang buruk berdampak destruktif bagi kehidupan. Faktanya walaupun pandemi telah berlangsung lama, penolakan terhadap keberadaannya masih berlangsung di banyak negara. Demonstrasi dan kerusuhan menyikapi penanganan pandemi terjadi dimana-mana, bahkan juga di negara-negara yang memiliki tingkat ekonomi dan kebahagiaan tinggi. Ini membuktikan bahwa pemaknaan atas pandemi yang tepat, masih sangat dibutuhkan. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, digunakan pendekatan filsafat eksistensial pemikiran S. A. Kierkergaard sebagai landasan pemikiran. Penelitian dilakukan lewat metode studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibalik dampak buruk yang ditimbulkannya, pandemi Covid 19 juga mengajarkan kearifan-kearifan baru yang dibutuhkan bagi perbaikan dunia di masa depan. Kemampuan manusia untuk mampu melewati dan menangkap pelajaran berharga dari pandemi, ternyata sangat dipengaruhi oleh sikapnya dalam memaknai pandemi. Sikap religius, dalam pengertian filsafat eksistensial Kierkegaard, adalah sikap terbaik untuk memaknai pandemi ini.","PeriodicalId":291777,"journal":{"name":"RERUM: Journal of Biblical Practice","volume":"95 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-10-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"RERUM: Journal of Biblical Practice","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.55076/rerum.v1i1.2","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Lebih dari setahun pandemi Covid 19 telah melanda dunia. Lebih dari 100 juta orang telah terpapar dan lebih dari dua juta orang meninggal dunia diseluruh dunia. Angka-angka ini masih akan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Selain bencana kesehatan, pandemi Covid 19 telah memicu bencana multidimensi global terbesar dalam satu abad terakhir. Selain dampak kesehatan, pandemi telah memicu dampak ekonomi, psikologi, sosial, pendidikan, dst. Dimulainya program vaksinasi, walau masih terbatas dan belum merata, telah memberikan harapan baru bagi masyarakat dunia untuk keluar dari krisis ini. Ditengah situasi ini, sebuah studi tentang: bagaimana seharusnya manusia memaknai pandemi ini adalah perlu dan mendesak. Pemaknaan atas suatu situasi, menentukan cara manusia bereaksi terhadapnya. Pemaknaan yang baik, membawa manusia pada tindakan positif yang membaharui. Sebaliknya, pemaknaan yang buruk berdampak destruktif bagi kehidupan. Faktanya walaupun pandemi telah berlangsung lama, penolakan terhadap keberadaannya masih berlangsung di banyak negara. Demonstrasi dan kerusuhan menyikapi penanganan pandemi terjadi dimana-mana, bahkan juga di negara-negara yang memiliki tingkat ekonomi dan kebahagiaan tinggi. Ini membuktikan bahwa pemaknaan atas pandemi yang tepat, masih sangat dibutuhkan. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, digunakan pendekatan filsafat eksistensial pemikiran S. A. Kierkergaard sebagai landasan pemikiran. Penelitian dilakukan lewat metode studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibalik dampak buruk yang ditimbulkannya, pandemi Covid 19 juga mengajarkan kearifan-kearifan baru yang dibutuhkan bagi perbaikan dunia di masa depan. Kemampuan manusia untuk mampu melewati dan menangkap pelajaran berharga dari pandemi, ternyata sangat dipengaruhi oleh sikapnya dalam memaknai pandemi. Sikap religius, dalam pengertian filsafat eksistensial Kierkegaard, adalah sikap terbaik untuk memaknai pandemi ini.