The Existence of Pesantren in The Dutch East Indies Government Pressure

F. Fahruddin
{"title":"The Existence of Pesantren in The Dutch East Indies Government Pressure","authors":"F. Fahruddin","doi":"10.21154/CENDEKIA.V18I2.1854","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Academic anxiety in this article is that pesantren, as the oldest Islamic religious education institution in the Nusantara, experienced a lot of pressure during the Dutch East Indies Government through the policies it enforced. So the first problem formulation will explain the Zending school policy imposed by the Dutch East Indies Government to compete with pesantren. The second problem formulation will explain the Teacher Ordinance policy to limit pesantren scholars’ movement in teaching Islam. From the formulation of the first problem, it is explained that the Dutch East Indies Government’s efforts by providing large financial subsidies for priests and zending school students experienced success at the beginning of the period, but failed in the next period. Whereas the second problem formulation explains the imposition of strict administrative requirements before undergoing learning activities, the prohibition of study activities if the pesantren does not meet the stipulated conditions produces more students who dare to oppose colonialism, so the Dutch East Indies Government revoked the Teacher Ordinance in 1928. Abstrak: Kegelisahan akademik dalam artikel ini adalah pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam tertua di Nusantara mengalami banyak tekanan pada masa Pemerintah Hindia Belanda melalui kebijakan-kebijakan yang diberlakukan. Maka rumusan masalah yang pertama akan menjelaskan kebijakan Sekolah Zending yang diberlakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk menyaingi pesantren. Rumusan masalah yang kedua akan menjelaskan kebijakan Ordonansi Guru untuk membatasi gerak bagi para sarjana pesantren dalam mengajarkan agama Islam. Dari rumusan masalah yang pertama menjelaskan bahwa usaha Pemerintah Hindia Belanda dengan memberikan subsidi keuangan yang besar untuk pendeta dan siswa sekolah zending mengalami keberhasilan di awal periode, namun mengalami kegagalan di periode selanjutnya. Sedangkan rumusan masalah yang kedua menjelaskan pemberlakuan persyaratan administrasi yang ketat sebelum menjalani kegiatan belajar, pelarangan kegiatan studi jika pesantren tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan justru melahirkan lebih banyak siswa yang berani menentang kolonialisme, sehingga Pemerintah Hindia Belanda mencabut Ordonansi Guru pada tahun 1928.","PeriodicalId":165060,"journal":{"name":"Cendekia: Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan","volume":"148 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-12-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"6","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Cendekia: Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21154/CENDEKIA.V18I2.1854","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 6

Abstract

Academic anxiety in this article is that pesantren, as the oldest Islamic religious education institution in the Nusantara, experienced a lot of pressure during the Dutch East Indies Government through the policies it enforced. So the first problem formulation will explain the Zending school policy imposed by the Dutch East Indies Government to compete with pesantren. The second problem formulation will explain the Teacher Ordinance policy to limit pesantren scholars’ movement in teaching Islam. From the formulation of the first problem, it is explained that the Dutch East Indies Government’s efforts by providing large financial subsidies for priests and zending school students experienced success at the beginning of the period, but failed in the next period. Whereas the second problem formulation explains the imposition of strict administrative requirements before undergoing learning activities, the prohibition of study activities if the pesantren does not meet the stipulated conditions produces more students who dare to oppose colonialism, so the Dutch East Indies Government revoked the Teacher Ordinance in 1928. Abstrak: Kegelisahan akademik dalam artikel ini adalah pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam tertua di Nusantara mengalami banyak tekanan pada masa Pemerintah Hindia Belanda melalui kebijakan-kebijakan yang diberlakukan. Maka rumusan masalah yang pertama akan menjelaskan kebijakan Sekolah Zending yang diberlakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk menyaingi pesantren. Rumusan masalah yang kedua akan menjelaskan kebijakan Ordonansi Guru untuk membatasi gerak bagi para sarjana pesantren dalam mengajarkan agama Islam. Dari rumusan masalah yang pertama menjelaskan bahwa usaha Pemerintah Hindia Belanda dengan memberikan subsidi keuangan yang besar untuk pendeta dan siswa sekolah zending mengalami keberhasilan di awal periode, namun mengalami kegagalan di periode selanjutnya. Sedangkan rumusan masalah yang kedua menjelaskan pemberlakuan persyaratan administrasi yang ketat sebelum menjalani kegiatan belajar, pelarangan kegiatan studi jika pesantren tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan justru melahirkan lebih banyak siswa yang berani menentang kolonialisme, sehingga Pemerintah Hindia Belanda mencabut Ordonansi Guru pada tahun 1928.
荷属东印度群岛Pesantren的存在:政府压力
本文的学术焦虑是,作为努沙塔拉最古老的伊斯兰宗教教育机构,pesantren在荷兰东印度政府期间通过其实施的政策承受了很大的压力。因此,第一个问题的提法将解释荷兰东印度政府为与学生竞争而实施的增定学校政策。第二个问题的提法将解释《教师条例》的政策,以限制伊斯兰教学者的运动。从第一个问题的提法解释了荷兰东印度政府为牧师和增宗学生提供大量财政补贴的努力在初期取得了成功,但在下一个时期失败了。而第二个问题的表述解释了在进行学习活动之前有严格的行政要求,如果学生不符合规定的条件就禁止学习活动,会产生更多敢于反对殖民主义的学生,因此荷兰东印度政府于1928年撤销了教师条例。摘要:kegelishan akademik dalam artikel ini adalah pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam tertua di Nusantara mengalami banyak tekanan pada masa Pemerintah Hindia Belanda melalui kebijakan-kebijakan yang diberlakukan。Maka rumusan masalah yang pertama akan menjelaskan kebijakan Sekolah Zending yang diberlakukan oleh permerintah hinindia Belanda untuk menyingi pesanteren。鲁马桑·马萨拉,杨可达,阿肯·梅杰拉斯,阿肯·梅杰拉斯,阿肯·阿肯拉斯,阿肯·阿肯拉斯,阿肯拉斯,阿肯拉斯,阿肯拉斯,阿肯拉斯。Dari rumusan masalah yang pertamama menjelaskan bahwa usaha Pemerintah Hindia Belanda dengan成员suban keuangan yang besar untuk pendeta dan siswa sekolah zending mengalami keberhasilan di awal时期,namun mengalami kegagalan di periode selanjutya。在此之前,我曾说过:“我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国。”
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信