{"title":"Analisis Efisiensi Teknis Penanganan Intervensi Stunting di Indonesia","authors":"Scholastica Nadya Almitha, Hastarini Dwi Atmanti","doi":"10.37058/wlfr.v3i1.3646","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"The purpose of this study is to analyze the technical efficiency of Stunting interventions in Indonesia, both in terms of technical costs and technical systems, and the relative efficiency between provinces. The data used in this study are 33 provinces data during the period 2015-2019. The research method used Two-Stage Data Envelopment Analysis (DEA) with DEAP. Government Integrated Special Allocation Fund (Intervention) as input variable. Health facilities and services, which are indicators of nutrition intervention, become intermediate output variables, and the percentage of normal nutritional status (Height/Age) for children under five as output variables. The results show that there are only two provinces (6.06%) that have achieved 100% technical efficiency in terms of costs. Meanwhile, technically in the system, only six provinces (18.18%) have achieved efficient conditions. Regions that were always relatively efficient compared to other provinces during the research year were only D.I.Y and Bali.This means that it is necessary to improve health facilities and services to reduce Stunting rates in children under five and maximize the budget. This study recommends not reducing the integrated funds, but optimizing output by increasing health facilities and services to the public.Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis efisiensi teknis intervensi stunting di Indonesia, baik dari segi biaya teknis maupun sistem teknis, dan efisiensi relatif antar provinsi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data 33 provinsi selama periode 2015-2019. Metode penelitian menggunakan Two-Stage Data Envelopment Analysis (DEA) dengan DEAP. Dana Alokasi Khusus Terintegrasi (Intervensi) pemerintah provinsi sebagai variabel input. Fasilitas dan layanan kesehatan yang merupakan indikator intervensi gizi menjadi variabel output intermediate, serta persentase status gizi (TB/U) normal pada balita sebagai variabel output. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya terdapat dua provinsi (6,06%) yang telah mencapai efisiensi 100% untuk teknis pada biaya. Sementara secara teknis pada sistem hanya enam provinsi (18,18%) yang telah mencapai kondisi efisien. Provinsi yang selalu relatif efisien terhadap provinsi lainnya selama tahun penelitian hanya D.I.Y dan Bali. Artinya, perlu dilakukan peningkatan fasilitas dan layanan kesehatan untuk menurunkan angka stunting pada balita dan memaksimalkan anggaran. Penelitian ini merekomendasikan untuk tidak mengurangi dana terintegrasi, namun pada optimalisasi output dengan peningkatan fasilitas dan layanan kesehatan kepada masyarakat.","PeriodicalId":369024,"journal":{"name":"WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi","volume":"67 6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-09-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.37058/wlfr.v3i1.3646","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
The purpose of this study is to analyze the technical efficiency of Stunting interventions in Indonesia, both in terms of technical costs and technical systems, and the relative efficiency between provinces. The data used in this study are 33 provinces data during the period 2015-2019. The research method used Two-Stage Data Envelopment Analysis (DEA) with DEAP. Government Integrated Special Allocation Fund (Intervention) as input variable. Health facilities and services, which are indicators of nutrition intervention, become intermediate output variables, and the percentage of normal nutritional status (Height/Age) for children under five as output variables. The results show that there are only two provinces (6.06%) that have achieved 100% technical efficiency in terms of costs. Meanwhile, technically in the system, only six provinces (18.18%) have achieved efficient conditions. Regions that were always relatively efficient compared to other provinces during the research year were only D.I.Y and Bali.This means that it is necessary to improve health facilities and services to reduce Stunting rates in children under five and maximize the budget. This study recommends not reducing the integrated funds, but optimizing output by increasing health facilities and services to the public.Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis efisiensi teknis intervensi stunting di Indonesia, baik dari segi biaya teknis maupun sistem teknis, dan efisiensi relatif antar provinsi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data 33 provinsi selama periode 2015-2019. Metode penelitian menggunakan Two-Stage Data Envelopment Analysis (DEA) dengan DEAP. Dana Alokasi Khusus Terintegrasi (Intervensi) pemerintah provinsi sebagai variabel input. Fasilitas dan layanan kesehatan yang merupakan indikator intervensi gizi menjadi variabel output intermediate, serta persentase status gizi (TB/U) normal pada balita sebagai variabel output. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya terdapat dua provinsi (6,06%) yang telah mencapai efisiensi 100% untuk teknis pada biaya. Sementara secara teknis pada sistem hanya enam provinsi (18,18%) yang telah mencapai kondisi efisien. Provinsi yang selalu relatif efisien terhadap provinsi lainnya selama tahun penelitian hanya D.I.Y dan Bali. Artinya, perlu dilakukan peningkatan fasilitas dan layanan kesehatan untuk menurunkan angka stunting pada balita dan memaksimalkan anggaran. Penelitian ini merekomendasikan untuk tidak mengurangi dana terintegrasi, namun pada optimalisasi output dengan peningkatan fasilitas dan layanan kesehatan kepada masyarakat.
本研究的目的是分析印度尼西亚发育迟缓干预措施的技术效率,包括技术成本和技术系统,以及省与省之间的相对效率。本研究使用的数据是2015-2019年33个省份的数据。研究方法采用两阶段数据包络分析(DEA)和DEAP。政府综合专项拨款(干预)作为输入变量。作为营养干预指标的保健设施和服务成为中间产出变量,五岁以下儿童正常营养状况(身高/年龄)的百分比成为产出变量。结果表明,从成本上看,只有两个省(6.06%)达到了100%的技术效率。与此同时,在技术上,只有6个省份(18.18%)达到了有效条件。在研究年度,与其他省份相比,效率一直相对较高的地区只有D.I.Y和巴厘岛。这意味着有必要改善保健设施和服务,以降低5岁以下儿童的发育迟缓率,并最大限度地利用预算。本研究建议不减少综合资金,而是通过增加卫生设施和向公众提供的服务来优化产出。图juan dari penelitian ini adalah menganalisiseisiisiteknis interintersi发育不良印度尼西亚,baikdari segi biaya teknis maupun系统teknis,和efisiensi相对省份。数据yang digunakan dalam penelitian ini adalah数据33个省份2015-2019年期间。方法penelitian menggunakan两阶段数据包络分析(DEA)Dana Alokasi Khusus Terintegrasi (interintersi)是一种省际变量输入。Fasilitas dan layanan kesehatan yang merupakan指标介入性gizi menjadi变量输出中间值,serta表示酶状态gizi (TB/U)正常pada balita sebagai变量输出。Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya terdapat dua province (6,06%) yang telah menunapai efisiensi 100% untuk teknis padbiaya。汉雅省Sementara secara teknis patada系统(18.18%)yang telah mencapai kondisi efisien。阳阳省相对来说比阳阳省更富有,阳阳省比阳阳省更富有,阳阳省比阳阳省更富有。Artinya, perlu dilakukan peningkatan fasilitas danlayanan, kesehatan untuk menurunkan angka,发育迟缓的pada balita danmeaksimalkan anggaran。Penelitian ini merekomendasikan untuk tidak mengurangi dana terintegrasi, namun pada optimalisasi输出,dengan peningkatan fasilitas dan layanan kesehatan kepada masyarakat。