Dampak Sawitisasi Terhadap Lingkungan di Aceh Utara

Teuku Kemal Fasya, Riyandhi Praza, Dedi Fariadi
{"title":"Dampak Sawitisasi Terhadap Lingkungan di Aceh Utara","authors":"Teuku Kemal Fasya, Riyandhi Praza, Dedi Fariadi","doi":"10.29103/ag.v7i1.8357","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Aceh Utara, sebagai salah satu kabupaten terbesar, baik dari segi luas dan penduduk, termasuk wilayah tutupan hutan, mengalami masalah lingkungan yang sama hebatnya seperti semua daerah yang memiliki lahan subur. Problem yang sama dimiliki oleh Aceh Utara adalah mulai hilangnya area hutan baik akibat illegal logging, legal logging baik oleh Hak Penguasan Hutan (HPH), Hak Guna Usaha (HGU), dan Hak Pengelolaan (HPL) sebagaimana diatur di dalam PP No 40 tahun 1996. Namun masalahnya, pengaturan agraria secara konstitusional tersebut melahirkan prahara di dalam praksisnya, apalagi ketika politik desentralisasi yang menjadikan lingkungan dan hutan yang dikuasai pemerintah daerah tingkat dua sebagai ruang yang dieksploitasi atas nama kesejahteraan dan kepentingan pendapatan asli daerah (PAD).Dari penelitian ini, diupayakan untuk menelisik masalah pengelolaan lingkungan yang telah melahirkan krisis ekologi tersebut. Salah satunya adalah masalah sawitisasi yang telah melahirkan dampak kerusakan lanjutan (collateral damage) yang menyebabkan terjadinya defisit sosial, ekonomi, antropologis, kultural, dan ekologis sendiri. Tentu kemudian berdampak pada defisit pembangunan secara keseluruhan yang menyebabkan indeks pembangunan manusia (human development index) ikut menurun.Banjir besar terakhir yang menimpa Aceh Utara pada awal Desember 2020 menyebabkan 23 kecamatan terdampak dan ribuan lahan pertanian menjadi terendam hingga menyebabkan gagal panen. Kejadian ini tidak dapat dianggap sebagai siklus alami, tapi memang kerusakan di wilayah hulu yang semakin parah dan menjadi tumbal bagi masyarakat yang tinggal di wilayah penyangga terutama masyarakat rural.Penelitian ini menunjukkan bahwa sawit telah menyebabkan krisis lingkungan dan kerugian yang diterima masyarakat akibat deforestasi dan munculnya perkebunan ilegal, termasuk yang dilakukan oleh perusahaan Satya Agung. Ada pola mafia dalam pemanfaatan lahan negara yang digunakan untuk industri sawit. ","PeriodicalId":269309,"journal":{"name":"Agrifo : Jurnal Agribisnis Universitas Malikussaleh","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-08-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Agrifo : Jurnal Agribisnis Universitas Malikussaleh","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.29103/ag.v7i1.8357","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Aceh Utara, sebagai salah satu kabupaten terbesar, baik dari segi luas dan penduduk, termasuk wilayah tutupan hutan, mengalami masalah lingkungan yang sama hebatnya seperti semua daerah yang memiliki lahan subur. Problem yang sama dimiliki oleh Aceh Utara adalah mulai hilangnya area hutan baik akibat illegal logging, legal logging baik oleh Hak Penguasan Hutan (HPH), Hak Guna Usaha (HGU), dan Hak Pengelolaan (HPL) sebagaimana diatur di dalam PP No 40 tahun 1996. Namun masalahnya, pengaturan agraria secara konstitusional tersebut melahirkan prahara di dalam praksisnya, apalagi ketika politik desentralisasi yang menjadikan lingkungan dan hutan yang dikuasai pemerintah daerah tingkat dua sebagai ruang yang dieksploitasi atas nama kesejahteraan dan kepentingan pendapatan asli daerah (PAD).Dari penelitian ini, diupayakan untuk menelisik masalah pengelolaan lingkungan yang telah melahirkan krisis ekologi tersebut. Salah satunya adalah masalah sawitisasi yang telah melahirkan dampak kerusakan lanjutan (collateral damage) yang menyebabkan terjadinya defisit sosial, ekonomi, antropologis, kultural, dan ekologis sendiri. Tentu kemudian berdampak pada defisit pembangunan secara keseluruhan yang menyebabkan indeks pembangunan manusia (human development index) ikut menurun.Banjir besar terakhir yang menimpa Aceh Utara pada awal Desember 2020 menyebabkan 23 kecamatan terdampak dan ribuan lahan pertanian menjadi terendam hingga menyebabkan gagal panen. Kejadian ini tidak dapat dianggap sebagai siklus alami, tapi memang kerusakan di wilayah hulu yang semakin parah dan menjadi tumbal bagi masyarakat yang tinggal di wilayah penyangga terutama masyarakat rural.Penelitian ini menunjukkan bahwa sawit telah menyebabkan krisis lingkungan dan kerugian yang diterima masyarakat akibat deforestasi dan munculnya perkebunan ilegal, termasuk yang dilakukan oleh perusahaan Satya Agung. Ada pola mafia dalam pemanfaatan lahan negara yang digunakan untuk industri sawit. 
卫星对亚齐北部环境的影响
作为最伟大的地区之一,包括森林覆盖地区在内的广大地区,亚齐北部经历了与所有肥沃土地一样严重的环境问题。亚齐北部的类似问题是,由于非法伐木、非法伐木、森林采伐权(HPH)、商业权利(HGU)和管理权利(HPL)在1996年第40条中规定的情况下,森林地区开始失去良好的森林面积。但问题是,宪法上的农业管理在其实践中引发了一场风暴,特别是在分散政治使二流政府控制的环境和森林成为以该地区的福利和本土收入利益(PAD)为名开发的空间时。本研究旨在探讨导致生态危机的环境管理问题。其中一个原因是组织化问题导致了附带损害的影响,导致了社会、经济、人类、文化和生态系统的丧失。当然,这将导致整个发展赤字,导致人类发展指数下跌。最近一次袭击北亚齐的大洪水导致23个地区和数千个农场被淹没,导致作物歉收。这些事件不能被认为是自然循环,但上游地区的破坏正在加剧,为生活在缓冲区特别是农村社区的社区做出牺牲。这项研究表明,萨瓦特造成了环境危机和森林砍伐和非法种植园的出现所造成的损失,包括萨蒂亚·阿贡(Satya Agung)的公司所做的。在这个国家用于棕榈油工业的土地利用中有黑手党的模式。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:604180095
Book学术官方微信