{"title":"Kajian Atas Pemikiran Albert Schweitzer Tentang Kesejarahan Yesus Dan Implikasinya dalam Pendidikan Agama Kristen","authors":"Roedy Silitonga","doi":"10.47304/jl.v8i2.243","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract: Albert Schweitzer's thoughts were formed from his childhood from home to university, related to his search for the historicity of Jesus in the Bible, theology, and philosophy. This search was formulated with Schweitzer’s fundamental thought that Jesus is a moral teacher, on an equal footing with other moral teachers. This is not entirely true, even though the descriptions of his books refer to the four Gospels and the Pauline epistles. He concentrated only on the humanity of Jesus and did not write an introduction to the divinity of Jesus. The thought that Jesus is a Moral Teacher became the basis of strength for Schweitzer to carry out missionary services in Lambarene, Africa, among people who were suffering and had not received formal education. This paper uses qualitative methods and literature studies with descriptive studies and theological reflection. It is hoped that this writing will be useful for every Christian to know Jesus in His status as the Son of God and man while at the same time encouraging a Bible-based and Christ-centered Christian Religious Education learning process and the formation of godly character to serve fellow human beings.\nAbstrak: Pemikiran Albert Schweitzer terbentuk sejak kecil dari rumahnya sampai ke perguruan tinggi, berkaitan pencariannya tentang kesejarahan Yesus secara biblika, teologi, dan filosofi. Pencarian itu melahirkan pemikiran mendasar bagi Schweitzer bahwa Yesus adalah Guru Moral, disejajarkan dengan guru moral lainnya. Hal itu tidak sepenuhnya benar, sekalipun uraian dari buku-bukunya merujuk pada empat kitab Injil dan Surat-Surat Paulus. Ia hanya memperhatikan kemanusiaan Yesus dan belum menuliskan pengenalannya akan keilahian Yesus. Pemikiran Yesus adalah Guru Moral menjadi dasar kekuatan bagi Schweitzer melakukan pelayanan misi di Lambarene, Afrika di antara orang-orang yang menderita dan yang belum mendapatkan pendidikan formal. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif dan studi Pustaka dengan kajian deskriptif dan refleksi teologis. Tulisan ini diharapkan bermanfaat bagi setiap orang Kristen untuk mengenal Yesus dalam keadaan-Nya sebagai Anak Allah dan manusia, sekaligus mendorong adanya proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen yang berbasiskan Alkitab, berpusatkan Kristus, dan pembentukan karakter yang saleh untuk melayani sesama manusia.","PeriodicalId":228336,"journal":{"name":"JURNAL LUXNOS","volume":"129 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"JURNAL LUXNOS","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.47304/jl.v8i2.243","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Abstract: Albert Schweitzer's thoughts were formed from his childhood from home to university, related to his search for the historicity of Jesus in the Bible, theology, and philosophy. This search was formulated with Schweitzer’s fundamental thought that Jesus is a moral teacher, on an equal footing with other moral teachers. This is not entirely true, even though the descriptions of his books refer to the four Gospels and the Pauline epistles. He concentrated only on the humanity of Jesus and did not write an introduction to the divinity of Jesus. The thought that Jesus is a Moral Teacher became the basis of strength for Schweitzer to carry out missionary services in Lambarene, Africa, among people who were suffering and had not received formal education. This paper uses qualitative methods and literature studies with descriptive studies and theological reflection. It is hoped that this writing will be useful for every Christian to know Jesus in His status as the Son of God and man while at the same time encouraging a Bible-based and Christ-centered Christian Religious Education learning process and the formation of godly character to serve fellow human beings.
Abstrak: Pemikiran Albert Schweitzer terbentuk sejak kecil dari rumahnya sampai ke perguruan tinggi, berkaitan pencariannya tentang kesejarahan Yesus secara biblika, teologi, dan filosofi. Pencarian itu melahirkan pemikiran mendasar bagi Schweitzer bahwa Yesus adalah Guru Moral, disejajarkan dengan guru moral lainnya. Hal itu tidak sepenuhnya benar, sekalipun uraian dari buku-bukunya merujuk pada empat kitab Injil dan Surat-Surat Paulus. Ia hanya memperhatikan kemanusiaan Yesus dan belum menuliskan pengenalannya akan keilahian Yesus. Pemikiran Yesus adalah Guru Moral menjadi dasar kekuatan bagi Schweitzer melakukan pelayanan misi di Lambarene, Afrika di antara orang-orang yang menderita dan yang belum mendapatkan pendidikan formal. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif dan studi Pustaka dengan kajian deskriptif dan refleksi teologis. Tulisan ini diharapkan bermanfaat bagi setiap orang Kristen untuk mengenal Yesus dalam keadaan-Nya sebagai Anak Allah dan manusia, sekaligus mendorong adanya proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen yang berbasiskan Alkitab, berpusatkan Kristus, dan pembentukan karakter yang saleh untuk melayani sesama manusia.
摘要:阿尔伯特·史怀哲的思想形成于他的童年,从家庭到大学,与他在圣经、神学和哲学中对耶稣历史性的探索有关。史怀哲的基本思想是:耶稣是一位道德导师,与其他道德导师地位平等。这并不完全正确,尽管对他的书的描述参考了四福音书和保罗书信。他只关注耶稣的人性,而没有写关于耶稣神性的介绍。耶稣是一位道德导师的想法,成为施韦策在非洲的兰巴雷开展传教服务的力量基础,在那些遭受苦难和没有接受过正规教育的人中间。本文采用定性研究和文献研究相结合的方法,结合描述性研究和神学反思。希望这篇文章能够帮助每一个基督徒认识耶稣作为神和人之子的地位,同时鼓励以圣经为基础和以基督为中心的基督教宗教教育学习过程,并形成敬虔的品格来服务人类同胞。摘要:Pemikiran Albert Schweitzer terbentuk sejak kecil dari rumahnya sampai ke perguruan tinggi, berkaitan pencariannya tentang kesejarahan Yesus secara biblika, technology, dan filosofi。Pencarian itu melahirkan pemikiran mendasar bagi Schweitzer bahwa Yesus adalah Guru Moral, disejajarkan dengan Guru Moral lainnyahalitu tidak sepenuhnya benar, sekalipun uraian dari buku-bukunya merujuk pada empat kitab Injil dan Surat-Surat Paulus。在汉雅,我们的信徒是耶稣,我们的门徒是耶稣,我们的门徒是耶稣。Pemikiran Yesus adalah Guru Moral menjadi dasar kekuatan bagi Schweitzer melakukan pelayanan misi di Lambarene, Afrika di antara orange - orangang yang menderita danyang belum mendapatkan pendidikan formal。图里萨尼·蒙古纳坎方法定性丹的研究;普斯塔卡·登古纳坎方法定性丹的反映学。图里桑尼diharapkan bermanfaat bagi setiap orang Kristen untuk mengenal Yesus dalam keadaan-Nya sebagai Anak Allah danumasia, sekaligus mendoong adanya penbelajan Pendidikan Agama Kristen yang berbasiskan Alkitab, berpusatkan kristas, dan pembentukan karakter yang saleh untuk melayani sesamasia。