Anak Agung Ngurah Putra Riana Prasetya, Ni Luh Putu Silvia Andaresta, I Gusti Ayu Putu Priyanti, Ni Ketut Kristina Dewi, Adinda Amalia, Ni Kadek Ayu Widhyanti, Ni Luh Putu Damayanti, Ni Luh Sukma Widiastuti
{"title":"Penyuluhan Kesehatan Mengenai Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) untuk Kesehatan di Desa Gunung Salak","authors":"Anak Agung Ngurah Putra Riana Prasetya, Ni Luh Putu Silvia Andaresta, I Gusti Ayu Putu Priyanti, Ni Ketut Kristina Dewi, Adinda Amalia, Ni Kadek Ayu Widhyanti, Ni Luh Putu Damayanti, Ni Luh Sukma Widiastuti","doi":"10.36928/jrt.v5i3.1287","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pemanfaatan tanaman obat keluarga atau dikenal dengan TOGA sebagai pengobatan telah dikenal sejak zaman dahulu. Hingga saat ini, pemanfaatan TOGA secara ilmiah belum banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia salah satunya, yaitu masyarakat di Desa Gunung Salak, Tabanan, Bali. Sebagian masyarakat di Desa Gunung Salak diketahui telah membudidayakan beberapa jenis TOGA, akan tetapi mayoritas masyarakat di desa tersebut belum mengetahui fungsi dan cara pemanfaatan TOGA untuk kesehatan. Kegiatan penyuluhan kesehatan mengenai pemanfaatan TOGA dilakukan dengan tujuan untuk menambah wawasan masyarakat khususnya Banjar Kemetug dan Banjar Apit Yeh, serta peningkatan respon dari pihak perangkat desa untuk mendukung upaya pembudidayaan dan pemanfaatan TOGA secara ilmiah dan masif. Pemberian kuesioner kepada masyarakat di kedua Banjar digunakan sebagai bahan evaluasi dari kegiatan penyuluhan kesehatan ini. Dilakukan analisis statistik terhadap tiap item pertanyaan kuesioner dan pemahaman masing-masing responden yang telah mengisi kuesioner, baik sebelum dan sesudah penyuluhan dengan menggunakan uji Mc Nemar. Mayoritas responden yang hadir berusia 41-50 tahun (40%) dan memiliki tingkat pemahaman tinggi terkait TOGA baik sebelum (76%) dan setelah penyuluhan (100%). Berdasarkan analisis Mc Nemar, didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada responden yang telah mengisi kuesioner sebelum dan setelah penyuluhan (p=0,004). Secara keseluruhan terdapat perbedaan yang signifikan per item pertanyaan pada kuesioner (p<0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan penyuluhan yang telah dilaksanakan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat di Desa Gunung Salak serta peningkatan upaya pembudidayaan dan pemanfaatan TOGA.","PeriodicalId":191234,"journal":{"name":"Randang Tana - Jurnal Pengabdian Masyarakat","volume":"141 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Randang Tana - Jurnal Pengabdian Masyarakat","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.36928/jrt.v5i3.1287","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Pemanfaatan tanaman obat keluarga atau dikenal dengan TOGA sebagai pengobatan telah dikenal sejak zaman dahulu. Hingga saat ini, pemanfaatan TOGA secara ilmiah belum banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia salah satunya, yaitu masyarakat di Desa Gunung Salak, Tabanan, Bali. Sebagian masyarakat di Desa Gunung Salak diketahui telah membudidayakan beberapa jenis TOGA, akan tetapi mayoritas masyarakat di desa tersebut belum mengetahui fungsi dan cara pemanfaatan TOGA untuk kesehatan. Kegiatan penyuluhan kesehatan mengenai pemanfaatan TOGA dilakukan dengan tujuan untuk menambah wawasan masyarakat khususnya Banjar Kemetug dan Banjar Apit Yeh, serta peningkatan respon dari pihak perangkat desa untuk mendukung upaya pembudidayaan dan pemanfaatan TOGA secara ilmiah dan masif. Pemberian kuesioner kepada masyarakat di kedua Banjar digunakan sebagai bahan evaluasi dari kegiatan penyuluhan kesehatan ini. Dilakukan analisis statistik terhadap tiap item pertanyaan kuesioner dan pemahaman masing-masing responden yang telah mengisi kuesioner, baik sebelum dan sesudah penyuluhan dengan menggunakan uji Mc Nemar. Mayoritas responden yang hadir berusia 41-50 tahun (40%) dan memiliki tingkat pemahaman tinggi terkait TOGA baik sebelum (76%) dan setelah penyuluhan (100%). Berdasarkan analisis Mc Nemar, didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada responden yang telah mengisi kuesioner sebelum dan setelah penyuluhan (p=0,004). Secara keseluruhan terdapat perbedaan yang signifikan per item pertanyaan pada kuesioner (p<0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan penyuluhan yang telah dilaksanakan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat di Desa Gunung Salak serta peningkatan upaya pembudidayaan dan pemanfaatan TOGA.