{"title":"MEANING OF LIFE REMAJA DENGAN KONDISI BROKEN FAMILY","authors":"Mutmainnah Budiman","doi":"10.31001/j.psi.v14i2.1708","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstrak Keharmonisan dalam keluarga merupakan hal yang diinginkan oleh setiap individu. Namun, terdapat beberapa keluarga yang mengalami perceraian karena konflik atau perselisihan, sehingga lahirlah istilah broken home. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengalaman dan pemaknaan remaja terhadap kondisi broken home yang dialami karena orang tua bercerai. Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Responden penelitian diambil melalui teknik purposive sampling berjumlah tiga orang yang berusia 15-21 tahun dengan orang tua bercerai. Data yang diperoleh dari wawancara kemudian dianalisis menggunakan Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Adapun hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi broken home karena orang tua memilih untuk bercerai berpengaruh pada kondisi remaja dalam pencarian jati diri dan penyelesaian tugas perkembangannya. Ketiga responden mengatakan bahwa terdapat perubahan pada perilaku ke arah negatif, emosi tidak terkendali, dan kondisi psikologis dengan trauma. Selain itu, mereka mengatakan bahwa orang tua kurang memberikan perhatian dan kasih sayang setelah perceraian. Adapun pemaknaan mereka terhadap perceraian orang tua secara positif sebagai proses pendewasaan diri, disamping dimaknai secara negatif sebagai masa kelam dan titik terendah dalam hidup. Kata Kunci: Broken Home; Psikologis; Remaja","PeriodicalId":308510,"journal":{"name":"Jurnal Psikohumanika","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Psikohumanika","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.31001/j.psi.v14i2.1708","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Abstrak Keharmonisan dalam keluarga merupakan hal yang diinginkan oleh setiap individu. Namun, terdapat beberapa keluarga yang mengalami perceraian karena konflik atau perselisihan, sehingga lahirlah istilah broken home. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengalaman dan pemaknaan remaja terhadap kondisi broken home yang dialami karena orang tua bercerai. Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Responden penelitian diambil melalui teknik purposive sampling berjumlah tiga orang yang berusia 15-21 tahun dengan orang tua bercerai. Data yang diperoleh dari wawancara kemudian dianalisis menggunakan Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Adapun hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi broken home karena orang tua memilih untuk bercerai berpengaruh pada kondisi remaja dalam pencarian jati diri dan penyelesaian tugas perkembangannya. Ketiga responden mengatakan bahwa terdapat perubahan pada perilaku ke arah negatif, emosi tidak terkendali, dan kondisi psikologis dengan trauma. Selain itu, mereka mengatakan bahwa orang tua kurang memberikan perhatian dan kasih sayang setelah perceraian. Adapun pemaknaan mereka terhadap perceraian orang tua secara positif sebagai proses pendewasaan diri, disamping dimaknai secara negatif sebagai masa kelam dan titik terendah dalam hidup. Kata Kunci: Broken Home; Psikologis; Remaja