A. Susanto, Ridho Pawenang, Ike Kurniawati, Jody Adhitya, Ropi Darmansyah, Widiyani Widiyani
{"title":"RESILIENSI TERHADAP BENCANA BANJIR DAN TOPAN DI KOTA NAGA: PENDEKATAN BUDAYA SEBAGAI SOLUSI DESAIN","authors":"A. Susanto, Ridho Pawenang, Ike Kurniawati, Jody Adhitya, Ropi Darmansyah, Widiyani Widiyani","doi":"10.24167/tesa.v20i2.4591","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Filipina sering mengalami bencana alam, seperti banjir dan angin topan, yang mengakibatkan kerusakan pada infrastruktur publik dan lahan pertanian. Hal ini juga dialami oleh Kota Naga, kota yang sedang berkembang di Filipina. Proses pemulihan pascabencana seringkali dilakukan secara terpusat dan menggunakan pendekatan top-down, sehingga terkadang bantuan yang diberikan hanya beroperasi pada kurun waktu tertentu saja dan selanjutnya terbengkalai. Ketidakefisienan tersebut timbul akibat tidak adanya partisipasi masyarakat dalam proses pemulihan pascabecana. Pendekatan budaya yang melibatkan masyarakat pada proses pemulihan lebih ideal untuk mewujudkan resiliensi masyarakat. Di Kota Naga sendiri, masyarakat memiliki semangat gotong-royong yang kuat, yang disebut bayanihan. Budaya masyarakat tersebut tercermin dalam tipologi bangunan khas lokal, Barangay Hall, yang berfungsi sebagai kantor administrasi dan tempat kegiatan komunal. Pada studi ini, potensi budaya Kota Naga akan dieksplorasi untuk merancang fasilitas pascabencana berupa bangunan pusat evakuasi. Melalui kajian literatur, studi ini memasukkan budaya bayanihan dan prinsip-prinsip bangunan tanggap bencana untuk mengusulkan tipologi Barangay Hall yang baru sebagai fasilitas pascabencana. Studi ini menghasilkan perancangan Barangay Hall yang mewadahi kegiatan komunitas untuk meningkatkan kerja sama masyarakat, memberikan tempat yang aman untuk berlindung saat evakuasi, serta mampu mendukung keberlanjutan bangunan dan lingkungan secara mandiri.","PeriodicalId":274853,"journal":{"name":"Tesa Arsitektur","volume":"22 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-01-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Tesa Arsitektur","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24167/tesa.v20i2.4591","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Filipina sering mengalami bencana alam, seperti banjir dan angin topan, yang mengakibatkan kerusakan pada infrastruktur publik dan lahan pertanian. Hal ini juga dialami oleh Kota Naga, kota yang sedang berkembang di Filipina. Proses pemulihan pascabencana seringkali dilakukan secara terpusat dan menggunakan pendekatan top-down, sehingga terkadang bantuan yang diberikan hanya beroperasi pada kurun waktu tertentu saja dan selanjutnya terbengkalai. Ketidakefisienan tersebut timbul akibat tidak adanya partisipasi masyarakat dalam proses pemulihan pascabecana. Pendekatan budaya yang melibatkan masyarakat pada proses pemulihan lebih ideal untuk mewujudkan resiliensi masyarakat. Di Kota Naga sendiri, masyarakat memiliki semangat gotong-royong yang kuat, yang disebut bayanihan. Budaya masyarakat tersebut tercermin dalam tipologi bangunan khas lokal, Barangay Hall, yang berfungsi sebagai kantor administrasi dan tempat kegiatan komunal. Pada studi ini, potensi budaya Kota Naga akan dieksplorasi untuk merancang fasilitas pascabencana berupa bangunan pusat evakuasi. Melalui kajian literatur, studi ini memasukkan budaya bayanihan dan prinsip-prinsip bangunan tanggap bencana untuk mengusulkan tipologi Barangay Hall yang baru sebagai fasilitas pascabencana. Studi ini menghasilkan perancangan Barangay Hall yang mewadahi kegiatan komunitas untuk meningkatkan kerja sama masyarakat, memberikan tempat yang aman untuk berlindung saat evakuasi, serta mampu mendukung keberlanjutan bangunan dan lingkungan secara mandiri.