{"title":"Identifikasi Keterdapatan Airtanah Dengan Electromagnetic Very Low Frequency (EM-VLF) di Non Cekungan Airtanah Kecamatan Ungaran Timur","authors":"Erik Febriarta, Setyawan Purnama","doi":"10.14710/jgt.3.2.2020.52-62","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Airtanah merupakan seluruh air yang berada di bawah permukaan tanah yang berada pada zona jenuh air. Keterdapatan airtanah dapat ketahui keberadaannya dengan metode geofisika. Metode geofiska berdasarkan elektromagnetik memiliki keunggulan untuk merambatkan gelombang pantul relatif lebih dalam dibanding metode geofiska yang lain. Hal tersebut dikarenakan oleh sifat geolmbang dengan rentang 0,2-30 kHz atau sepanjang hingga 20 km, jika dipancarkan (induksi) ke dalam tanah, sehingga mendapatkan sensitivitas terhadap setiap material lapisan batuan lebih dalam dengan satuan pengukuran nilai konduktivitas. Berdasarkan keunggulan tersebut induksi yang dalam, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keterdapatan airtanah di daerah non Cekungan Airtanah (Non CAT) dengan keberadaan airtanah yang relatif dalam, dengan metode Electromagnetic Very Low Frequency (EM-VLF). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 6 dari 35 titik pengukuran tidak ditemukan airtanah. Kedalaman airtanah rata-rata berada pada kedalaman 10 m dengan potensi debit rata-rata 1 m3/jam (0,27 liter/detik) pada Non CAT bagian utara, dengan penyusun litologi akuifer batupasir perselingan lempung. Kedalaman rata-rata pada Non CAT bagian selatan adalah 25 m dengan potensi debit rata-rata 3 m3/jam (0,83 liter/detik). Litologi akuifer bagian selatan tersusun atas batuanbeku perselingan pasiran. Secara keseluruhan nilai tersebut masuk kedalam kelas debit kecil (< 0,55 l/detik) dengan akuifer bersifat lokal.","PeriodicalId":385631,"journal":{"name":"Jurnal Geosains dan Teknologi","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-07-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Geosains dan Teknologi","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.14710/jgt.3.2.2020.52-62","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
Abstract
Airtanah merupakan seluruh air yang berada di bawah permukaan tanah yang berada pada zona jenuh air. Keterdapatan airtanah dapat ketahui keberadaannya dengan metode geofisika. Metode geofiska berdasarkan elektromagnetik memiliki keunggulan untuk merambatkan gelombang pantul relatif lebih dalam dibanding metode geofiska yang lain. Hal tersebut dikarenakan oleh sifat geolmbang dengan rentang 0,2-30 kHz atau sepanjang hingga 20 km, jika dipancarkan (induksi) ke dalam tanah, sehingga mendapatkan sensitivitas terhadap setiap material lapisan batuan lebih dalam dengan satuan pengukuran nilai konduktivitas. Berdasarkan keunggulan tersebut induksi yang dalam, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keterdapatan airtanah di daerah non Cekungan Airtanah (Non CAT) dengan keberadaan airtanah yang relatif dalam, dengan metode Electromagnetic Very Low Frequency (EM-VLF). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 6 dari 35 titik pengukuran tidak ditemukan airtanah. Kedalaman airtanah rata-rata berada pada kedalaman 10 m dengan potensi debit rata-rata 1 m3/jam (0,27 liter/detik) pada Non CAT bagian utara, dengan penyusun litologi akuifer batupasir perselingan lempung. Kedalaman rata-rata pada Non CAT bagian selatan adalah 25 m dengan potensi debit rata-rata 3 m3/jam (0,83 liter/detik). Litologi akuifer bagian selatan tersusun atas batuanbeku perselingan pasiran. Secara keseluruhan nilai tersebut masuk kedalam kelas debit kecil (< 0,55 l/detik) dengan akuifer bersifat lokal.