Metode Dakwah: Syiar Islam Ala Masyarakat Nusantara Abad 9-15 M

Dewi Fatimah Leppa
{"title":"Metode Dakwah: Syiar Islam Ala Masyarakat Nusantara Abad 9-15 M","authors":"Dewi Fatimah Leppa","doi":"10.14421/JKII.V5I2.1145","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Bukti arkeologi meninggalkan jejak, termasuk jejak untuk menelusuri awal mula agama Islam masuk ke Indonesia, antara abad ke-7 hingga ke-8 Masehi. Arkeolog Uka Tjandrasasmita menegaskan pentingnya bukti-bukti arkeologi dalam karyanya ‘Arkeologi Islam Nusantara’. Dalam karya tersebut, Uka mengungkapkan data-data arkeologi baik berupa makam-makam batu nisan, pecahan keramik dan ragam hiasan maupun arsitektur bangunan keraton yang merupakan material penting sebagai sumber sejarah. Semua itu bisa dimanfaatkan untuk mengetahui dan merekonstruksi bagaimana kedatangan Islam ke Tanah Air. Misalnya, makam di Nusantara memiliki persamaan tulisan dengan makam Islam yang ada di Gujarat, India. Persamaan tersebut dapat ditemukan pada makam Malik Ibrahim dibuat tahun 1419 H di Gresik, Jawa Timur dan makam Samudra Pasai pada tahun 882 H. Makam-makam yang ada di Gujarat dan Tanah Air juga memiliki bahan baku yang sama yaitu batu pualam. Dengan adanya persamaan tersebut bisa disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang aktif, terutama hubungan dagang antara Gujarat, Samudra Pasai, dan Jawa Timur. Melalui perdagangan tercipta interaksi antara penduduk Tanah Air dan para pedagang Muslim dari Gujarat. Melalui interaksi ini juga para pedagang Muslim dari Gujarat tak hanya melakukan aktivitas dagang tetapi juga menyebarkan ajaran agama Islam di Tanah Air. Sejak zaman sebelum Islam Pelabuhan Banten merupakan Pelabuhan terpenting di tanah Sunda. Hal itu disebabkan oleh letak geografisnya yang berada di tengah-tengah teluk Banten dengan jaringan Sungai Cibanten dan beberapa anak sungainya. Faktor alamiah ini merupakan hal yang sangat menguntungkan bagi pihak yang mengelola pelabuhan para pedagang. Keadaan ini yang mengakibatkan Pelabuhan Banten menempatkan diri dalam dunia perdagangan internasional di Asia.[Archaeological evidence always leaves a trail, and these include traces to track earlier times when Islam arrived in Indonesia between the 7th and the 8th centuries (CE). Archaeologist Uka Tjandrasasmita stressed the importance of the archaeological pieces of evidence in his work ‘Archaeology of Islam Nusantara’, which reveals some archaeological data in tombs decorated with ceramic fragments and palace architecture, which were considered essential materials as historical sources. All of these can be used to find out and reconstruct how Islam came to Indonesia. For example. The tombs have the same writings as the Islamic tombs in Gujarat, India. The similarities are found in Malik Ibrahim’s tombs, created in 1419 H in Gresik, East Java, and the tomb of Samudra Pasai of Aceh in 882 H. The tombs in Gujarat and Indonesia have the same raw material made from marble. Given these facts, there is a historical relationship between Gujarat, India, and Indonesia, and this could happen due to trade relations between Gujarat and Samudra Pasai and East Jawa. Through trades, interactions between the Muslim traders of Gujarat and Muslim Indonesians took place, and through these interactions, Muslim Gujarati not only carried out trading activities but also spread the teachings of Islam in Indonesia. Some historical facts show that for a long, Banten Port had become the most important port in the land of Sunda. This is due to its geographical location is in the middle of Banten Bay connected with Cibanten River networking and some of its tributaries. This natural factor is very profitable for the Sultan in managing the trades. As a result, the Banten port played a significant role in international trade in Asia.]","PeriodicalId":435834,"journal":{"name":"Jurnal Kajian Islam Interdisipliner","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Kajian Islam Interdisipliner","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.14421/JKII.V5I2.1145","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Bukti arkeologi meninggalkan jejak, termasuk jejak untuk menelusuri awal mula agama Islam masuk ke Indonesia, antara abad ke-7 hingga ke-8 Masehi. Arkeolog Uka Tjandrasasmita menegaskan pentingnya bukti-bukti arkeologi dalam karyanya ‘Arkeologi Islam Nusantara’. Dalam karya tersebut, Uka mengungkapkan data-data arkeologi baik berupa makam-makam batu nisan, pecahan keramik dan ragam hiasan maupun arsitektur bangunan keraton yang merupakan material penting sebagai sumber sejarah. Semua itu bisa dimanfaatkan untuk mengetahui dan merekonstruksi bagaimana kedatangan Islam ke Tanah Air. Misalnya, makam di Nusantara memiliki persamaan tulisan dengan makam Islam yang ada di Gujarat, India. Persamaan tersebut dapat ditemukan pada makam Malik Ibrahim dibuat tahun 1419 H di Gresik, Jawa Timur dan makam Samudra Pasai pada tahun 882 H. Makam-makam yang ada di Gujarat dan Tanah Air juga memiliki bahan baku yang sama yaitu batu pualam. Dengan adanya persamaan tersebut bisa disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang aktif, terutama hubungan dagang antara Gujarat, Samudra Pasai, dan Jawa Timur. Melalui perdagangan tercipta interaksi antara penduduk Tanah Air dan para pedagang Muslim dari Gujarat. Melalui interaksi ini juga para pedagang Muslim dari Gujarat tak hanya melakukan aktivitas dagang tetapi juga menyebarkan ajaran agama Islam di Tanah Air. Sejak zaman sebelum Islam Pelabuhan Banten merupakan Pelabuhan terpenting di tanah Sunda. Hal itu disebabkan oleh letak geografisnya yang berada di tengah-tengah teluk Banten dengan jaringan Sungai Cibanten dan beberapa anak sungainya. Faktor alamiah ini merupakan hal yang sangat menguntungkan bagi pihak yang mengelola pelabuhan para pedagang. Keadaan ini yang mengakibatkan Pelabuhan Banten menempatkan diri dalam dunia perdagangan internasional di Asia.[Archaeological evidence always leaves a trail, and these include traces to track earlier times when Islam arrived in Indonesia between the 7th and the 8th centuries (CE). Archaeologist Uka Tjandrasasmita stressed the importance of the archaeological pieces of evidence in his work ‘Archaeology of Islam Nusantara’, which reveals some archaeological data in tombs decorated with ceramic fragments and palace architecture, which were considered essential materials as historical sources. All of these can be used to find out and reconstruct how Islam came to Indonesia. For example. The tombs have the same writings as the Islamic tombs in Gujarat, India. The similarities are found in Malik Ibrahim’s tombs, created in 1419 H in Gresik, East Java, and the tomb of Samudra Pasai of Aceh in 882 H. The tombs in Gujarat and Indonesia have the same raw material made from marble. Given these facts, there is a historical relationship between Gujarat, India, and Indonesia, and this could happen due to trade relations between Gujarat and Samudra Pasai and East Jawa. Through trades, interactions between the Muslim traders of Gujarat and Muslim Indonesians took place, and through these interactions, Muslim Gujarati not only carried out trading activities but also spread the teachings of Islam in Indonesia. Some historical facts show that for a long, Banten Port had become the most important port in the land of Sunda. This is due to its geographical location is in the middle of Banten Bay connected with Cibanten River networking and some of its tributaries. This natural factor is very profitable for the Sultan in managing the trades. As a result, the Banten port played a significant role in international trade in Asia.]
Dakwah方法:公元9-15世纪的shaar伊斯兰教
考古证据留下了一条线索,包括追溯伊斯兰教进入印尼的起源,可以追溯到公元7世纪到8世纪。考古学家Uka Tjandrasasmita强调了考古证据在他的著作《努桑塔拉伊斯兰考古学》中的重要性。在这项工作中,Uka揭示了考古数据,包括墓碑、陶器碎片,以及作为历史来源的著名装饰和建筑。所有这些都可以用来了解和重建伊斯兰教是如何来到这个国家的。例如,努桑塔拉的坟墓与印度古吉拉特邦的伊斯兰墓有相似之处。在东爪哇省格里什克和帕赛海古墓的1419年,也可以在马利克·易卜拉欣的坟墓中找到相似之处。有了这些相似之处,我们可以得出结论,在古吉拉特邦、帕赛海和东爪哇之间存在着活跃的贸易关系。通过贸易建立了当地居民和古吉拉特邦穆斯林商人之间的互动。通过这些互动,古吉拉特邦的穆斯林商人不仅从事商业活动,而且在国内传播伊斯兰教教义。从伊斯兰教时期起,班腾港就一直是巽他地区最重要的港口。这是因为它的地理位置位于班腾湾的中央,周围有西班腾河及其支流。对于负责管理人贩子港口的人来说,这些自然因素是非常有利的。这种情况导致班腾港进入亚洲国际贸易世界。[考古证据总是留下线索,这些线索可能早于伊斯兰教在7世纪和8世纪期间抵达印尼的时间。考古学家Uka Tjandrasasmita强调了他的工作“伊斯兰努萨帕塔考古发掘”中证据的重要性,这揭示了一些考古数据在博物馆和宫殿建筑中被解构,这些数据被认为是对历史材料的本质本质的本质。所有这些都可以用来了解伊斯兰教是如何来到印尼的。为了操作。印度古吉拉特邦的伊斯兰厕所也有同样的文字。类似的发现发生在马利克·易卜拉欣的遗产,建于1419 H的希腊,东爪哇,以及882 H从这些事实中了解到,古吉拉特邦、印度和印度尼西亚之间有一种历史上的联系,这可能会导致古吉拉特邦、帕赛海和爪哇东部的贸易关系。通过贸易,古吉拉特邦穆斯林和印尼穆斯林之间的互动,通过这些互动,古吉拉特邦穆斯林不仅被视为交易活动,还向印尼传播伊斯兰教的教义。班腾港的一些历史事实表明,它已经成为巽他地区最重要的港口。这是由于它的地理位置在班腾湾的中央与西班腾河连接以及它的一些贡品。这一自然因素对管理贸易的苏丹来说非常有利。正如提议的那样,班腾港扮演了亚洲国际贸易中有意义的角色。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信