{"title":"Romantisme Pendidikan Pesantren di Era Milenial dan Revolusi Industri 4.0","authors":"Abas Abas, Hilyatul Auliya","doi":"10.59966/setyaki.v1i2.253","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pesantren yang merupakan pilar utama pendidikan asli nusantara, saat ini justru kerap dianggap sebagai pendidikan yang kolot dan ketinggalan zaman, terutama pada era milenial ini. Kemajuan teknologi di era revolusi industri 4.0, serta masifnya globalisasi dan westernisasi menjadi tantangan sekaligus peluang untuk para kiai dan santri dalam menyebarkan dakwah yang ramah dan universal. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah library research. Penulis mengumpulkan berbagai data kepustakaan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan yang diajukan penulis. Melalui data yang telah penulis kumpulkan, penulis menemukan berbagai fakta. Pertama, era milenial dapat disebut era post-modern. Era ini oleh sebagian pakar diartikan sebagai era back to spiritual and moral atau back to religion. Sementara Revolusi Industri 4.0 merupakan transformasi komprehensif dari keseluruhan aspek produksi di industri melalui penggabungan teknologi digital dan internet dengan industri konvensional. Pada era tersebut, sebuah informasi dapat tersebar dengan cepat karena seluruh entitasnya selalu terhubung satu sama lain. Kedua, pesantren mengalami berbagai dinamika, baik sosial maupun ekonomi. Pesantren yang merupakan blue print pendidikan asli Indonesia sejak ratusan tahun lalu tidak lantas menjadikannya sebagai lembaga pendidikan yang jumud dan terbelakang. Pada perkembangannya, pesantren tidak hanya mengajarkan kitab kuning semata. Pesantren pada saat ini justru menjadi lembaga pendidikan Islam yang inklusif dan mengikuti perkembangan zaman. Pesantren berupaya untuk selalu membuka ruang dialog dengan mengadopsi nilai-nilai baru yang lebih relevan dan membawa maslahat juga lebih sempurna dalam menjaga eksistensi pesantren. Hal tersebut selaras dengan kaidah Al-Muhafadatu ‘ala al-Qadimi al-Shalih wa al-Akhdu bi al-Jadid al-Ashlah.","PeriodicalId":358263,"journal":{"name":"SETYAKI : Jurnal Studi Keagamaan Islam","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"SETYAKI : Jurnal Studi Keagamaan Islam","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.59966/setyaki.v1i2.253","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Pesantren yang merupakan pilar utama pendidikan asli nusantara, saat ini justru kerap dianggap sebagai pendidikan yang kolot dan ketinggalan zaman, terutama pada era milenial ini. Kemajuan teknologi di era revolusi industri 4.0, serta masifnya globalisasi dan westernisasi menjadi tantangan sekaligus peluang untuk para kiai dan santri dalam menyebarkan dakwah yang ramah dan universal. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah library research. Penulis mengumpulkan berbagai data kepustakaan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan yang diajukan penulis. Melalui data yang telah penulis kumpulkan, penulis menemukan berbagai fakta. Pertama, era milenial dapat disebut era post-modern. Era ini oleh sebagian pakar diartikan sebagai era back to spiritual and moral atau back to religion. Sementara Revolusi Industri 4.0 merupakan transformasi komprehensif dari keseluruhan aspek produksi di industri melalui penggabungan teknologi digital dan internet dengan industri konvensional. Pada era tersebut, sebuah informasi dapat tersebar dengan cepat karena seluruh entitasnya selalu terhubung satu sama lain. Kedua, pesantren mengalami berbagai dinamika, baik sosial maupun ekonomi. Pesantren yang merupakan blue print pendidikan asli Indonesia sejak ratusan tahun lalu tidak lantas menjadikannya sebagai lembaga pendidikan yang jumud dan terbelakang. Pada perkembangannya, pesantren tidak hanya mengajarkan kitab kuning semata. Pesantren pada saat ini justru menjadi lembaga pendidikan Islam yang inklusif dan mengikuti perkembangan zaman. Pesantren berupaya untuk selalu membuka ruang dialog dengan mengadopsi nilai-nilai baru yang lebih relevan dan membawa maslahat juga lebih sempurna dalam menjaga eksistensi pesantren. Hal tersebut selaras dengan kaidah Al-Muhafadatu ‘ala al-Qadimi al-Shalih wa al-Akhdu bi al-Jadid al-Ashlah.
寄宿学校是原始教育的主要支柱,如今通常被认为是保守和过时的教育,尤其是在这个千年时代。工业革命4.0的技术进步,以及全球化和西方化的大规模发展,给kiai和santri带来了挑战和机会。作者使用的研究方法是图书馆研究。作者收集文学数据以找到作者提出的问题的答案。通过作者收集的数据,作者发现了许多事实。首先,千禧年可以称为后现代。一些学者认为,这个时代被定义为精神和道德的回归或宗教的回归。虽然4.0工业革命是通过数字技术和互联网与传统工业的结合,彻底改变了行业生产的方方面面。在那个时代,信息可以迅速传播,因为所有的信息都是相互联系的。其次,寄宿学校经历了一系列的动力,包括社会和经济。寄宿学校是几百年前印尼本土教育的蓝光印刷所,但这并不能使它成为一个落后的、丑陋的教育机构。随着时间的推移,寄宿学校不仅教授黄书。如今的寄宿学校已经成为一个包容并跟上时代发展的伊斯兰教育机构。寄宿学校努力开放对话空间,采用更相关的新价值观,并为寄宿学校的存在带来更完美的发展。这与Al-Muhafadatu ' ala al-Qadimi al- shaarai wa al-Akhdu bi al- hak d al- aslah法典是一致的。