F. Faramayuda, J. Permana, Akhirul Kahfi Syam, E. Elfahmi
{"title":"愈伤组织次生代谢产物的鉴定","authors":"F. Faramayuda, J. Permana, Akhirul Kahfi Syam, E. Elfahmi","doi":"10.22373/ekw.v7i1.8630","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract: Javanese chili (Piper retrofractum Vahl) is a traditional medicinal plant originating from Indonesia and has many pharmacological activities, one of which is often used as a base for aphrodisiac herbal medicine. The population of P. retrofractum is limited, so it is necessary to design secondary metabolite production and propagation efforts using plant tissue culture techniques. The materials used in this study were explants of P. retrofractum leaves that were induced in Murashige and Skoog (MS) media and the ratio of growth regulators 2.4-dichlorophenoxyacetis acid (2,4-D): Benzyl Amino Purine (BAP) 0.5: 0.5. The results showed that the callus of P. retrofractum was formed in the growth regulator 2.4D: BAP (0.5: 0.5). TLC and spectrophotometry identified the secondary metabolite content of callus. Secondary metabolite analysis using the thin layer chromatography (TLC) method using the mobile phase ethyl acetate: n-hexane (7: 3) showed a terpenoid compound indicated by purple spots on the visual appearance after spraying 10% spotting vanillin. Identification using infrared spectrophotometry shows functional groups -CH, C = O, C = C, -CH2, and -CH3, characteristic of terpenoid compounds. Based on TLC data and spectrophotometry, callus P. retrofractum is thought to contain terpenoid compounds. This study's results are expected to be the basis for developing secondary metabolite production in P. retrofractum with cell suspension culture and P. retrofractum propagation by micropropagation.Abstrak: Cabai Jawa (Piper retrofractum Vahl) merupakan tanaman obat tradisional yang berasal dari Indonesia dan banyak memiliki aktivitas farmakologis salah satunya sering digunakan sebagai bahan dasar jamu afrodisiaka. Populasi tanaman cabai Jawa terbatas maka perlu dirancang upaya produksi metabolit sekunder dan upaya perbanyakan tanaman cabai Jawa salah satunya menggunakan teknik kultur jaringan tanaman. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah eksplan daun tanaman cabai Jawa yang diinduksi pada media Murashige and Skoog (MS) dan perbandingan zat pengatur tumbuh 2.4-dichlorophenoxyacetis acid (2,4-D) : Benzyl Amino Purine (BAP) 0,5 : 0,5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kalus cabai Jawa terbentuk dalam zat pengatur tumbuh 2,4D: BAP (0,5: 0,5). Kandungan metabolit sekunder dari kalus diidentifikasi dengan KLT dan spektrofotometri. Analisis metabolit sekunder menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan fasa gerak etil asetat: n-heksana (7: 3) menunjukkan adanya senyawa terpenoid yang ditunjukkan dengan adanya bercak ungu pada penampakan visual setelah disemprotkan spotting vanilin 10%. Hasil Identifikasi menggunakan spektrofotometri UV-Vis menunjukkan isolat mempunyai panjang gelombang maksimum 272,6 nm. Identifikasi menggunakan spektrofotometri inframerah menunjukkan adanya gugus fungsi -CH, C = O, C = C, -CH2, dan -CH3 yang merupakan ciri khas senyawa terpenoid . Berdasarkan data KLT dan spektrofotometri kalus cabai Jawa diduga mengandung senyawa terpenoid. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pemgembangan produksi metabolit sekunder dalam tanaman cabai Jawa dengan kultur suspensi sel dan perbanyakan tanaman cabai Jawa dengan mikropropagasi.","PeriodicalId":11527,"journal":{"name":"Elkawnie","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-07-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Identification Secondary Metabolites From Callus Piper retrofractum Vahl\",\"authors\":\"F. Faramayuda, J. Permana, Akhirul Kahfi Syam, E. Elfahmi\",\"doi\":\"10.22373/ekw.v7i1.8630\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Abstract: Javanese chili (Piper retrofractum Vahl) is a traditional medicinal plant originating from Indonesia and has many pharmacological activities, one of which is often used as a base for aphrodisiac herbal medicine. The population of P. retrofractum is limited, so it is necessary to design secondary metabolite production and propagation efforts using plant tissue culture techniques. The materials used in this study were explants of P. retrofractum leaves that were induced in Murashige and Skoog (MS) media and the ratio of growth regulators 2.4-dichlorophenoxyacetis acid (2,4-D): Benzyl Amino Purine (BAP) 0.5: 0.5. The results showed that the callus of P. retrofractum was formed in the growth regulator 2.4D: BAP (0.5: 0.5). TLC and spectrophotometry identified the secondary metabolite content of callus. Secondary metabolite analysis using the thin layer chromatography (TLC) method using the mobile phase ethyl acetate: n-hexane (7: 3) showed a terpenoid compound indicated by purple spots on the visual appearance after spraying 10% spotting vanillin. Identification using infrared spectrophotometry shows functional groups -CH, C = O, C = C, -CH2, and -CH3, characteristic of terpenoid compounds. Based on TLC data and spectrophotometry, callus P. retrofractum is thought to contain terpenoid compounds. This study's results are expected to be the basis for developing secondary metabolite production in P. retrofractum with cell suspension culture and P. retrofractum propagation by micropropagation.Abstrak: Cabai Jawa (Piper retrofractum Vahl) merupakan tanaman obat tradisional yang berasal dari Indonesia dan banyak memiliki aktivitas farmakologis salah satunya sering digunakan sebagai bahan dasar jamu afrodisiaka. Populasi tanaman cabai Jawa terbatas maka perlu dirancang upaya produksi metabolit sekunder dan upaya perbanyakan tanaman cabai Jawa salah satunya menggunakan teknik kultur jaringan tanaman. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah eksplan daun tanaman cabai Jawa yang diinduksi pada media Murashige and Skoog (MS) dan perbandingan zat pengatur tumbuh 2.4-dichlorophenoxyacetis acid (2,4-D) : Benzyl Amino Purine (BAP) 0,5 : 0,5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kalus cabai Jawa terbentuk dalam zat pengatur tumbuh 2,4D: BAP (0,5: 0,5). Kandungan metabolit sekunder dari kalus diidentifikasi dengan KLT dan spektrofotometri. Analisis metabolit sekunder menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan fasa gerak etil asetat: n-heksana (7: 3) menunjukkan adanya senyawa terpenoid yang ditunjukkan dengan adanya bercak ungu pada penampakan visual setelah disemprotkan spotting vanilin 10%. Hasil Identifikasi menggunakan spektrofotometri UV-Vis menunjukkan isolat mempunyai panjang gelombang maksimum 272,6 nm. Identifikasi menggunakan spektrofotometri inframerah menunjukkan adanya gugus fungsi -CH, C = O, C = C, -CH2, dan -CH3 yang merupakan ciri khas senyawa terpenoid . Berdasarkan data KLT dan spektrofotometri kalus cabai Jawa diduga mengandung senyawa terpenoid. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pemgembangan produksi metabolit sekunder dalam tanaman cabai Jawa dengan kultur suspensi sel dan perbanyakan tanaman cabai Jawa dengan mikropropagasi.\",\"PeriodicalId\":11527,\"journal\":{\"name\":\"Elkawnie\",\"volume\":null,\"pages\":null},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2021-07-19\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Elkawnie\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.22373/ekw.v7i1.8630\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Elkawnie","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22373/ekw.v7i1.8630","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
摘要:爪哇辣椒(Piper retrovahl)是一种原产于印度尼西亚的传统药用植物,具有多种药理活性,其中一种常被用作春药的基础草药。因此,有必要利用植物组织培养技术设计次生代谢物的生产和繁殖努力。本研究采用的材料是在Murashige和Skoog (MS)培养基上诱导的逆转录叶片外植体,生长调节剂2.4-二氯苯氧乙酸(2,4- d):苄基氨基嘌呤(BAP)的比例为0.5:0.5。结果表明,在生长调节剂2.4D: BAP(0.5: 0.5)中,愈伤组织形成;薄层色谱法和分光光度法测定愈伤组织次生代谢物含量。用流动相乙酸乙酯:正己烷(7:3)的薄层色谱(TLC)分析次生代谢物,发现喷10%点状香兰素后,在视觉上呈紫色斑点状的萜类化合物。红外分光光度法鉴定出萜类化合物的特征官能团-CH、C = O、C = C、-CH2和-CH3。根据薄层色谱(TLC)和分光光度(光度)测定,认为该愈伤组织含有萜类化合物。本研究的结果有望为利用细胞悬浮培养和微繁繁殖的方法开发紫杉树次生代谢物的生产奠定基础。摘要:卡巴伊爪哇(Piper retrovahl) merupakan tanaman obat traditional yang berasal dari Indonesia, anbanyak memiliki aktivitas farmakologis salah satunya sering digunakan sebagai bahan dasar jamu afrodisiaka。Populasi tanaman cabai爪哇terbatas maka perlu dirancang upaya产品代谢在danupaya perbanyakan tanaman cabai爪哇salah satunya menggunakan teknik文化jaringan tanaman。Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekplan daum tanaman cabai Jawa yang diinduksi pada media Murashige and Skoog (MS) dan perbandingan zat pengatur tumbuh 2.4-二氯苯氧乙酸(2,4- d):苄基氨基嘌呤(BAP) 0,5: 0,5。Hasil penelitian menunjukkan bahwa kalus cabai java terbentuk dalam zat pengatur tumbuh 2,4 - d: BAP(0,5: 0,5)。甘东柑代谢产物的光谱分析。孟古那坎方法下的代谢分析(KLT)孟古那坎fasa gerak etil asetat: n-heksana (7: 3) menunjukkan adanya senyawa萜类yang diununjukkan dengan adanya bercak ungu pada penampakan视觉setelah disemprotkan斑点香草10%。用紫外-可见光谱法鉴定孟山那干,孟山那干分离物,孟山那干,吉龙邦,maksimum 272,6 nm。用分光光度法鉴定孟山那寒菌-CH, C = O, C = C, -CH2, dan -CH3杨山那寒菌萜类化合物。Berdasarkan数据KLT和光谱测量,kalus cabai java diduga mengandung senyawa萜类化合物。Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pemgembangan producduksi metabolit sekunder dalam tanaman cabai Jawa dengan culture suspensi sel dan perbanyakan tanaman cabai Jawa dengan micropropagasi。
Identification Secondary Metabolites From Callus Piper retrofractum Vahl
Abstract: Javanese chili (Piper retrofractum Vahl) is a traditional medicinal plant originating from Indonesia and has many pharmacological activities, one of which is often used as a base for aphrodisiac herbal medicine. The population of P. retrofractum is limited, so it is necessary to design secondary metabolite production and propagation efforts using plant tissue culture techniques. The materials used in this study were explants of P. retrofractum leaves that were induced in Murashige and Skoog (MS) media and the ratio of growth regulators 2.4-dichlorophenoxyacetis acid (2,4-D): Benzyl Amino Purine (BAP) 0.5: 0.5. The results showed that the callus of P. retrofractum was formed in the growth regulator 2.4D: BAP (0.5: 0.5). TLC and spectrophotometry identified the secondary metabolite content of callus. Secondary metabolite analysis using the thin layer chromatography (TLC) method using the mobile phase ethyl acetate: n-hexane (7: 3) showed a terpenoid compound indicated by purple spots on the visual appearance after spraying 10% spotting vanillin. Identification using infrared spectrophotometry shows functional groups -CH, C = O, C = C, -CH2, and -CH3, characteristic of terpenoid compounds. Based on TLC data and spectrophotometry, callus P. retrofractum is thought to contain terpenoid compounds. This study's results are expected to be the basis for developing secondary metabolite production in P. retrofractum with cell suspension culture and P. retrofractum propagation by micropropagation.Abstrak: Cabai Jawa (Piper retrofractum Vahl) merupakan tanaman obat tradisional yang berasal dari Indonesia dan banyak memiliki aktivitas farmakologis salah satunya sering digunakan sebagai bahan dasar jamu afrodisiaka. Populasi tanaman cabai Jawa terbatas maka perlu dirancang upaya produksi metabolit sekunder dan upaya perbanyakan tanaman cabai Jawa salah satunya menggunakan teknik kultur jaringan tanaman. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah eksplan daun tanaman cabai Jawa yang diinduksi pada media Murashige and Skoog (MS) dan perbandingan zat pengatur tumbuh 2.4-dichlorophenoxyacetis acid (2,4-D) : Benzyl Amino Purine (BAP) 0,5 : 0,5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kalus cabai Jawa terbentuk dalam zat pengatur tumbuh 2,4D: BAP (0,5: 0,5). Kandungan metabolit sekunder dari kalus diidentifikasi dengan KLT dan spektrofotometri. Analisis metabolit sekunder menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan fasa gerak etil asetat: n-heksana (7: 3) menunjukkan adanya senyawa terpenoid yang ditunjukkan dengan adanya bercak ungu pada penampakan visual setelah disemprotkan spotting vanilin 10%. Hasil Identifikasi menggunakan spektrofotometri UV-Vis menunjukkan isolat mempunyai panjang gelombang maksimum 272,6 nm. Identifikasi menggunakan spektrofotometri inframerah menunjukkan adanya gugus fungsi -CH, C = O, C = C, -CH2, dan -CH3 yang merupakan ciri khas senyawa terpenoid . Berdasarkan data KLT dan spektrofotometri kalus cabai Jawa diduga mengandung senyawa terpenoid. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pemgembangan produksi metabolit sekunder dalam tanaman cabai Jawa dengan kultur suspensi sel dan perbanyakan tanaman cabai Jawa dengan mikropropagasi.