{"title":"可可豆水螅虫(学名Conopomorpha cramerella)利用黑蚂蚁(学名Dolichoderus thoracicus)","authors":"Mihwan Sataral, Hendra Heri Robika, Z. A. Masese","doi":"10.52045/JCA.V1I1.17","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan produksi kakao yaitu serangan hama penggerek buah kakao. Semut hitam (Dolichoderus thoracicus) diketahui sebagai agen hayati pengendali hama penggerek buah kakao. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kemampuan memangsa semut hitam pada larva penggerek buah kakao, dan menghitung persentase larva penggerek buah kakao yang dimangsa serta mengukur potensi semut hitam sebagai agen hayati penggerek buah kakao. Penelitian ini di laksanakan di Desa Jaya Makmur Kecamatan Nuhon Kabupaten Banggai. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan, dengan masing-masing perlakuan sebagai berikut : P1 (20 larva:10 predator), P2 (20 larva:15 predator), P3 (20 larva:20 predator), P4 (20 larva:25 predator), P5 (20 larva:30 predator), P6 (20 larva:35 predator). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan semut hitam pada larva penggerek buah kakaoSalah satu faktor yang menyebabkan penurunan produksi kakao yaitu serangan hama penggerek buah kakao. Semut hitam (Dolichoderus thoracicus) diketahui sebagai agen hayati pengendali hama penggerek buah kakao. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kemampuan memangsa semut hitam pada larva penggerek buah kakao, dan menghitung persentase larva penggerek buah kakao yang dimangsa serta mengukur potensi semut hitam sebagai agen hayati penggerek buah kakao. Penelitian ini di laksanakan di Desa Jaya Makmur Kecamatan Nuhon Kabupaten Banggai. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan, dengan masing-masing perlakuan sebagai berikut : P1 (20 larva:10 predator), P2 (20 larva:15 predator), P3 (20 larva:20 predator), P4 (20 larva:25 predator), P5 (20 larva:30 predator), P6 (20 larva:35 predator). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan semut hitam pada larva penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella) berpengaruh sangat nyata terhadap larva penggerek buah kakao. Jumlah larva penggerek yang dimangsa tertinggi pada perlakuan P6 (20 larva:35 predator) dua minggu setelah aplikasi dengan nilai rata-rata 16,3 kemudian satu minggu setelah aplikasi dengan nilai rata-rata 14,3. Persentase jumlah larva penggerek yang dimangsa tertinggi pada perlakuan P6 yaitu 81% pada saat dua minggu setelah aplikasi dan 0,71% pada saat satu minggu setelah aplikasi. (Conopomorpha cramerella) berpengaruh sangat nyata terhadap larva penggerek buah kakao. Jumlah larva penggerek yang dimangsa tertinggi pada perlakuan P6 (20 larva:35 predator) dua minggu setelah aplikasi dengan nilai rata-rata 16,3 kemudian satu minggu setelah aplikasi dengan nilai rata-rata 14,3. Persentase jumlah larva penggerek yang dimangsa tertinggi pada perlakuan P6 yaitu 81% pada saat dua minggu setelah aplikasi dan 0,71% pada saat satu minggu setelah aplikasi.\nOne of the factors that caused the decline in cocoa production was the attack of cocoa pod borer. Black ants (Dolichoderus thoracicus) are known to be biological agents to control cocoa pod borer. This study aims to calculated the ability to prey on black ants in the cocoa pod borer larvae, the percentage of cocoa pod borer larvae that are eaten and to measured the potential of black ants as biological agents of cocoa pod borer. This research was conducted in Jaya Makmur Village, Nuhon District, Banggai Regency. The research used a completely randomized design consisted of 6 treatments and 3 replications, with each treatment as follows : P1 (20 larvae: 10 predators), P2 (20 larvae: 15 predators), P3 (20 larvae: 20 predators), P4 (20 larvae: 25 predators), P5 (20 larvae: 30 predators), and P6 (20 larvae : 35 predators). The results showed that the treatment of black ants on cocoa pod borer larvae (Conopomorpha cramerella) had a very significant effected on the cocoa pod borer larvae. The highest number of dead borer larvae was in the P6 treatment (20 larvae: 35 predators) two weeks after application with an average value of 16.3 then one week after application with an average value of 14.3. The highest percentage of borer larvae preyed on the P6 treatment was 81% at two weeks after application and 0.71% at one week after application.","PeriodicalId":9663,"journal":{"name":"CELEBES Agricultural","volume":"24 5-6","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-09-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Pengendalian Hayati Hama Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella) Menggunakan Semut Hitam (Dolichoderus thoracicus)\",\"authors\":\"Mihwan Sataral, Hendra Heri Robika, Z. A. Masese\",\"doi\":\"10.52045/JCA.V1I1.17\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan produksi kakao yaitu serangan hama penggerek buah kakao. Semut hitam (Dolichoderus thoracicus) diketahui sebagai agen hayati pengendali hama penggerek buah kakao. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kemampuan memangsa semut hitam pada larva penggerek buah kakao, dan menghitung persentase larva penggerek buah kakao yang dimangsa serta mengukur potensi semut hitam sebagai agen hayati penggerek buah kakao. Penelitian ini di laksanakan di Desa Jaya Makmur Kecamatan Nuhon Kabupaten Banggai. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan, dengan masing-masing perlakuan sebagai berikut : P1 (20 larva:10 predator), P2 (20 larva:15 predator), P3 (20 larva:20 predator), P4 (20 larva:25 predator), P5 (20 larva:30 predator), P6 (20 larva:35 predator). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan semut hitam pada larva penggerek buah kakaoSalah satu faktor yang menyebabkan penurunan produksi kakao yaitu serangan hama penggerek buah kakao. Semut hitam (Dolichoderus thoracicus) diketahui sebagai agen hayati pengendali hama penggerek buah kakao. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kemampuan memangsa semut hitam pada larva penggerek buah kakao, dan menghitung persentase larva penggerek buah kakao yang dimangsa serta mengukur potensi semut hitam sebagai agen hayati penggerek buah kakao. Penelitian ini di laksanakan di Desa Jaya Makmur Kecamatan Nuhon Kabupaten Banggai. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan, dengan masing-masing perlakuan sebagai berikut : P1 (20 larva:10 predator), P2 (20 larva:15 predator), P3 (20 larva:20 predator), P4 (20 larva:25 predator), P5 (20 larva:30 predator), P6 (20 larva:35 predator). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan semut hitam pada larva penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella) berpengaruh sangat nyata terhadap larva penggerek buah kakao. Jumlah larva penggerek yang dimangsa tertinggi pada perlakuan P6 (20 larva:35 predator) dua minggu setelah aplikasi dengan nilai rata-rata 16,3 kemudian satu minggu setelah aplikasi dengan nilai rata-rata 14,3. Persentase jumlah larva penggerek yang dimangsa tertinggi pada perlakuan P6 yaitu 81% pada saat dua minggu setelah aplikasi dan 0,71% pada saat satu minggu setelah aplikasi. (Conopomorpha cramerella) berpengaruh sangat nyata terhadap larva penggerek buah kakao. Jumlah larva penggerek yang dimangsa tertinggi pada perlakuan P6 (20 larva:35 predator) dua minggu setelah aplikasi dengan nilai rata-rata 16,3 kemudian satu minggu setelah aplikasi dengan nilai rata-rata 14,3. Persentase jumlah larva penggerek yang dimangsa tertinggi pada perlakuan P6 yaitu 81% pada saat dua minggu setelah aplikasi dan 0,71% pada saat satu minggu setelah aplikasi.\\nOne of the factors that caused the decline in cocoa production was the attack of cocoa pod borer. Black ants (Dolichoderus thoracicus) are known to be biological agents to control cocoa pod borer. This study aims to calculated the ability to prey on black ants in the cocoa pod borer larvae, the percentage of cocoa pod borer larvae that are eaten and to measured the potential of black ants as biological agents of cocoa pod borer. This research was conducted in Jaya Makmur Village, Nuhon District, Banggai Regency. The research used a completely randomized design consisted of 6 treatments and 3 replications, with each treatment as follows : P1 (20 larvae: 10 predators), P2 (20 larvae: 15 predators), P3 (20 larvae: 20 predators), P4 (20 larvae: 25 predators), P5 (20 larvae: 30 predators), and P6 (20 larvae : 35 predators). The results showed that the treatment of black ants on cocoa pod borer larvae (Conopomorpha cramerella) had a very significant effected on the cocoa pod borer larvae. The highest number of dead borer larvae was in the P6 treatment (20 larvae: 35 predators) two weeks after application with an average value of 16.3 then one week after application with an average value of 14.3. The highest percentage of borer larvae preyed on the P6 treatment was 81% at two weeks after application and 0.71% at one week after application.\",\"PeriodicalId\":9663,\"journal\":{\"name\":\"CELEBES Agricultural\",\"volume\":\"24 5-6\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2020-09-10\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"CELEBES Agricultural\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.52045/JCA.V1I1.17\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"CELEBES Agricultural","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.52045/JCA.V1I1.17","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Pengendalian Hayati Hama Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella) Menggunakan Semut Hitam (Dolichoderus thoracicus)
Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan produksi kakao yaitu serangan hama penggerek buah kakao. Semut hitam (Dolichoderus thoracicus) diketahui sebagai agen hayati pengendali hama penggerek buah kakao. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kemampuan memangsa semut hitam pada larva penggerek buah kakao, dan menghitung persentase larva penggerek buah kakao yang dimangsa serta mengukur potensi semut hitam sebagai agen hayati penggerek buah kakao. Penelitian ini di laksanakan di Desa Jaya Makmur Kecamatan Nuhon Kabupaten Banggai. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan, dengan masing-masing perlakuan sebagai berikut : P1 (20 larva:10 predator), P2 (20 larva:15 predator), P3 (20 larva:20 predator), P4 (20 larva:25 predator), P5 (20 larva:30 predator), P6 (20 larva:35 predator). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan semut hitam pada larva penggerek buah kakaoSalah satu faktor yang menyebabkan penurunan produksi kakao yaitu serangan hama penggerek buah kakao. Semut hitam (Dolichoderus thoracicus) diketahui sebagai agen hayati pengendali hama penggerek buah kakao. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kemampuan memangsa semut hitam pada larva penggerek buah kakao, dan menghitung persentase larva penggerek buah kakao yang dimangsa serta mengukur potensi semut hitam sebagai agen hayati penggerek buah kakao. Penelitian ini di laksanakan di Desa Jaya Makmur Kecamatan Nuhon Kabupaten Banggai. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan, dengan masing-masing perlakuan sebagai berikut : P1 (20 larva:10 predator), P2 (20 larva:15 predator), P3 (20 larva:20 predator), P4 (20 larva:25 predator), P5 (20 larva:30 predator), P6 (20 larva:35 predator). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan semut hitam pada larva penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella) berpengaruh sangat nyata terhadap larva penggerek buah kakao. Jumlah larva penggerek yang dimangsa tertinggi pada perlakuan P6 (20 larva:35 predator) dua minggu setelah aplikasi dengan nilai rata-rata 16,3 kemudian satu minggu setelah aplikasi dengan nilai rata-rata 14,3. Persentase jumlah larva penggerek yang dimangsa tertinggi pada perlakuan P6 yaitu 81% pada saat dua minggu setelah aplikasi dan 0,71% pada saat satu minggu setelah aplikasi. (Conopomorpha cramerella) berpengaruh sangat nyata terhadap larva penggerek buah kakao. Jumlah larva penggerek yang dimangsa tertinggi pada perlakuan P6 (20 larva:35 predator) dua minggu setelah aplikasi dengan nilai rata-rata 16,3 kemudian satu minggu setelah aplikasi dengan nilai rata-rata 14,3. Persentase jumlah larva penggerek yang dimangsa tertinggi pada perlakuan P6 yaitu 81% pada saat dua minggu setelah aplikasi dan 0,71% pada saat satu minggu setelah aplikasi.
One of the factors that caused the decline in cocoa production was the attack of cocoa pod borer. Black ants (Dolichoderus thoracicus) are known to be biological agents to control cocoa pod borer. This study aims to calculated the ability to prey on black ants in the cocoa pod borer larvae, the percentage of cocoa pod borer larvae that are eaten and to measured the potential of black ants as biological agents of cocoa pod borer. This research was conducted in Jaya Makmur Village, Nuhon District, Banggai Regency. The research used a completely randomized design consisted of 6 treatments and 3 replications, with each treatment as follows : P1 (20 larvae: 10 predators), P2 (20 larvae: 15 predators), P3 (20 larvae: 20 predators), P4 (20 larvae: 25 predators), P5 (20 larvae: 30 predators), and P6 (20 larvae : 35 predators). The results showed that the treatment of black ants on cocoa pod borer larvae (Conopomorpha cramerella) had a very significant effected on the cocoa pod borer larvae. The highest number of dead borer larvae was in the P6 treatment (20 larvae: 35 predators) two weeks after application with an average value of 16.3 then one week after application with an average value of 14.3. The highest percentage of borer larvae preyed on the P6 treatment was 81% at two weeks after application and 0.71% at one week after application.