{"title":"工作压力和沟通对表现的影响","authors":"Yunda Ainayah, Fauzi Fauzi, Neni Sri Wahyuni","doi":"10.30743/jmb.v5i1.6788","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Kinerja pegawai Puskesmas Kerasaan masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya pekerjaan yang tidak selesai tepat waktunya, sikap pegawai yang kurang ramah terhadap tamu, dan pegawai kurang cepat dan cekatan dalam melayani permintaantamu. Pencapaian target pekerjaan tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Fenomena stress kerja dilihat dari beban kerja yang diberikan tidak sesuai dengan pekerjaan pegawai. Tingkat stres yang dialami pegawai berbeda-beda tergantung pada masing-masing level (jabatan) sesuai dengan beban kerja yang diterima. Tekanan dari atasan dan klien juga menambah beban pekerjaan pegawai. Tidak berimbangnya antara beban kerja dan imbalan yang diterima juga menjadi indikasi munculnya stress kerja, pegawai merasa pekerjaannya tidak dihargai oleh atasan. Minimnya pemberian pekerjaan kepada pegawai juga sering menimbulkan kecemasan dan rasa takut akan diberhentikan dari pekerjaan mereka saat ini. Faktor lain yang menjadi penyebab rendah nya kinerja adalah komunikasi sesame pegawai yang tidak berjalan dengan lancer sehingga sering kali menimbulkan kesalahpahaman. Terkadang berkomunikasi dengan nada bicara yang berbeda atau sedikit bernada tinggi dapat diartikan lain oleh orang lain, sehingga munculah kesalahpahaman tersebut. Rasa iri hati dan tidak suka antar pegawai menjadi masalah yang belum mendapatkan perhatian khusus oleh instansi, sementara hal tersebut justru yang mendasar terjadinya konflik. Sistem pembagian bonus atau upah lembur yang tidak sesuai juga sering memicu timbulnya konflik antar pegawai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh stress kerja dan komunikasi terhadap kinerja pegawai Puskesmas Kerasaan. Keseluruhannya akan dijadikan sebagai sampel dengan membagikan kuesioner. Hasil analisis dan uji hipotesis menyatakan bahwa stress kerja berkontribusi negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Puskesmas Kerasaan dengan nilai koefisien regresi -0,028 dan nilai signifikan 0,667. Komunikasi berkontribusi positif dan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Puskesmas Kerasaan dengan nilai koefisien regresi 0,365 dan nilai signifikan 0,007. Streskerja dan komunikasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai PuskesmasKerasaan, dengan nilai signifikan 0,016. Kemampuan stress kerja dan komunikasi adalah sebesar 17,5% dan sisanya 82,5% (100% - 17,5%) dapat dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.","PeriodicalId":55764,"journal":{"name":"Benefit Jurnal Manajemen dan Bisnis","volume":"100 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-03-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Pengaruh Stres Kerja Dan Komunikasi Terhadap Kinerja\",\"authors\":\"Yunda Ainayah, Fauzi Fauzi, Neni Sri Wahyuni\",\"doi\":\"10.30743/jmb.v5i1.6788\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Kinerja pegawai Puskesmas Kerasaan masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya pekerjaan yang tidak selesai tepat waktunya, sikap pegawai yang kurang ramah terhadap tamu, dan pegawai kurang cepat dan cekatan dalam melayani permintaantamu. Pencapaian target pekerjaan tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Fenomena stress kerja dilihat dari beban kerja yang diberikan tidak sesuai dengan pekerjaan pegawai. Tingkat stres yang dialami pegawai berbeda-beda tergantung pada masing-masing level (jabatan) sesuai dengan beban kerja yang diterima. Tekanan dari atasan dan klien juga menambah beban pekerjaan pegawai. Tidak berimbangnya antara beban kerja dan imbalan yang diterima juga menjadi indikasi munculnya stress kerja, pegawai merasa pekerjaannya tidak dihargai oleh atasan. Minimnya pemberian pekerjaan kepada pegawai juga sering menimbulkan kecemasan dan rasa takut akan diberhentikan dari pekerjaan mereka saat ini. Faktor lain yang menjadi penyebab rendah nya kinerja adalah komunikasi sesame pegawai yang tidak berjalan dengan lancer sehingga sering kali menimbulkan kesalahpahaman. Terkadang berkomunikasi dengan nada bicara yang berbeda atau sedikit bernada tinggi dapat diartikan lain oleh orang lain, sehingga munculah kesalahpahaman tersebut. Rasa iri hati dan tidak suka antar pegawai menjadi masalah yang belum mendapatkan perhatian khusus oleh instansi, sementara hal tersebut justru yang mendasar terjadinya konflik. Sistem pembagian bonus atau upah lembur yang tidak sesuai juga sering memicu timbulnya konflik antar pegawai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh stress kerja dan komunikasi terhadap kinerja pegawai Puskesmas Kerasaan. Keseluruhannya akan dijadikan sebagai sampel dengan membagikan kuesioner. Hasil analisis dan uji hipotesis menyatakan bahwa stress kerja berkontribusi negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Puskesmas Kerasaan dengan nilai koefisien regresi -0,028 dan nilai signifikan 0,667. Komunikasi berkontribusi positif dan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Puskesmas Kerasaan dengan nilai koefisien regresi 0,365 dan nilai signifikan 0,007. Streskerja dan komunikasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai PuskesmasKerasaan, dengan nilai signifikan 0,016. Kemampuan stress kerja dan komunikasi adalah sebesar 17,5% dan sisanya 82,5% (100% - 17,5%) dapat dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.\",\"PeriodicalId\":55764,\"journal\":{\"name\":\"Benefit Jurnal Manajemen dan Bisnis\",\"volume\":\"100 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-03-24\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Benefit Jurnal Manajemen dan Bisnis\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.30743/jmb.v5i1.6788\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Benefit Jurnal Manajemen dan Bisnis","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.30743/jmb.v5i1.6788","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Pengaruh Stres Kerja Dan Komunikasi Terhadap Kinerja
Kinerja pegawai Puskesmas Kerasaan masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya pekerjaan yang tidak selesai tepat waktunya, sikap pegawai yang kurang ramah terhadap tamu, dan pegawai kurang cepat dan cekatan dalam melayani permintaantamu. Pencapaian target pekerjaan tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Fenomena stress kerja dilihat dari beban kerja yang diberikan tidak sesuai dengan pekerjaan pegawai. Tingkat stres yang dialami pegawai berbeda-beda tergantung pada masing-masing level (jabatan) sesuai dengan beban kerja yang diterima. Tekanan dari atasan dan klien juga menambah beban pekerjaan pegawai. Tidak berimbangnya antara beban kerja dan imbalan yang diterima juga menjadi indikasi munculnya stress kerja, pegawai merasa pekerjaannya tidak dihargai oleh atasan. Minimnya pemberian pekerjaan kepada pegawai juga sering menimbulkan kecemasan dan rasa takut akan diberhentikan dari pekerjaan mereka saat ini. Faktor lain yang menjadi penyebab rendah nya kinerja adalah komunikasi sesame pegawai yang tidak berjalan dengan lancer sehingga sering kali menimbulkan kesalahpahaman. Terkadang berkomunikasi dengan nada bicara yang berbeda atau sedikit bernada tinggi dapat diartikan lain oleh orang lain, sehingga munculah kesalahpahaman tersebut. Rasa iri hati dan tidak suka antar pegawai menjadi masalah yang belum mendapatkan perhatian khusus oleh instansi, sementara hal tersebut justru yang mendasar terjadinya konflik. Sistem pembagian bonus atau upah lembur yang tidak sesuai juga sering memicu timbulnya konflik antar pegawai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh stress kerja dan komunikasi terhadap kinerja pegawai Puskesmas Kerasaan. Keseluruhannya akan dijadikan sebagai sampel dengan membagikan kuesioner. Hasil analisis dan uji hipotesis menyatakan bahwa stress kerja berkontribusi negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Puskesmas Kerasaan dengan nilai koefisien regresi -0,028 dan nilai signifikan 0,667. Komunikasi berkontribusi positif dan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Puskesmas Kerasaan dengan nilai koefisien regresi 0,365 dan nilai signifikan 0,007. Streskerja dan komunikasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai PuskesmasKerasaan, dengan nilai signifikan 0,016. Kemampuan stress kerja dan komunikasi adalah sebesar 17,5% dan sisanya 82,5% (100% - 17,5%) dapat dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.