{"title":"KAJIAN BENTUK DAN SIMBOL KUJANG SUNDA","authors":"Hendri Saifulhayat","doi":"10.34010/artic.v2i0.2524","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Kujang dikenal dan dianggap sebagai senjata tradisi yang merepresentasikan budaya masyarakat Sunda. Melihat ke belakang, bahwa sebilah pisau merupakan pengembangan dari temuan sisi tajam yang terbentuk atas serpihan batu sejenis kalsedon yang menjadikan manusia menduduki peringkat utama dalam mata rantai makanan di atas muka bumi. Pisau bertransformasi memanjang menjadi pedang, dilontarkan menjadi tombak, bergerigi menjadi gergaji, dihimpitkan dengan sumbu menjadi gunting dan masih banyak fungsi lain yang semakin spesifik menjadi berbagai alat bantu karena tuntutan kebutuhan hidup yang semakin berkembang. Kujang berasal dari kata Kudi Hyang. Kudi secara fungsi merupakan perkakas pertanian yang dipersiapkan untuk menghormati dan memuja Hyang, penguasa tertinggi alam semesta. Konsep perupaan Kujang jauh dari kebutuhan fungsi utilitas sebuah alat bantu ataupun sebilah senjata. Kujang merupakan artefak simbolis yang berfungsi intrinsik, dan bukan senjata, karena perencanaan sejak awal dapat dibedakan dengan membuat senjata. Kemudian Kujang secara bentuk mengikuti fungsi terbukti tidak memenuhi kebutuhan utilitas. Kujang yang diidentikan dengan istilah “nyumput buni dinu caang” atau tersembunyi di tempat yang terlihat / terang, dapat diungkap secara lengkap melalui pisau bedah ajaran budaya Sunda yaitu Panca Niti atau lima tahapan pemahaman. Ajaran ini memberi petunjuk untuk memahami sesuatu secara lebih mendalam, mulai dari arti, makna, alamiah, ketuhanan dan pemahaman secara menyeluruh. Kujang sarat dengan muatan tontonan, tuntunan, ajaran atau edukasi hingga ke-tata-negaraan, dan potensial akan dapat diungkap lebih banyak lagi hal positif dibalik perupaannya.","PeriodicalId":72417,"journal":{"name":"Birth defects original article series","volume":"4 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-09-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Birth defects original article series","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.34010/artic.v2i0.2524","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Kujang dikenal dan dianggap sebagai senjata tradisi yang merepresentasikan budaya masyarakat Sunda. Melihat ke belakang, bahwa sebilah pisau merupakan pengembangan dari temuan sisi tajam yang terbentuk atas serpihan batu sejenis kalsedon yang menjadikan manusia menduduki peringkat utama dalam mata rantai makanan di atas muka bumi. Pisau bertransformasi memanjang menjadi pedang, dilontarkan menjadi tombak, bergerigi menjadi gergaji, dihimpitkan dengan sumbu menjadi gunting dan masih banyak fungsi lain yang semakin spesifik menjadi berbagai alat bantu karena tuntutan kebutuhan hidup yang semakin berkembang. Kujang berasal dari kata Kudi Hyang. Kudi secara fungsi merupakan perkakas pertanian yang dipersiapkan untuk menghormati dan memuja Hyang, penguasa tertinggi alam semesta. Konsep perupaan Kujang jauh dari kebutuhan fungsi utilitas sebuah alat bantu ataupun sebilah senjata. Kujang merupakan artefak simbolis yang berfungsi intrinsik, dan bukan senjata, karena perencanaan sejak awal dapat dibedakan dengan membuat senjata. Kemudian Kujang secara bentuk mengikuti fungsi terbukti tidak memenuhi kebutuhan utilitas. Kujang yang diidentikan dengan istilah “nyumput buni dinu caang” atau tersembunyi di tempat yang terlihat / terang, dapat diungkap secara lengkap melalui pisau bedah ajaran budaya Sunda yaitu Panca Niti atau lima tahapan pemahaman. Ajaran ini memberi petunjuk untuk memahami sesuatu secara lebih mendalam, mulai dari arti, makna, alamiah, ketuhanan dan pemahaman secara menyeluruh. Kujang sarat dengan muatan tontonan, tuntunan, ajaran atau edukasi hingga ke-tata-negaraan, dan potensial akan dapat diungkap lebih banyak lagi hal positif dibalik perupaannya.