{"title":"LIVING QUR‘AN DALAM TRADISI SELAWATAN DI MAJELIS SELAWAT AR-RIZQY CIREBON: Pendekatan Fenomenologi","authors":"Nela Safana Aufa, M. Maimun, Didi Junaedi","doi":"10.24235/diyaafkar.v8i02.7395","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"The understanding of the Qur’an produces a variety of cultural practices, which are the results of the reception of Muslims to the Qur’an. One of them is the practice of reciting selawat which is carried out at Ar-Rizqy Selawat Majlis, Buntet Village, Astanajapura District, Cirebon Regency. It is the reception of QS. al-A ḥ zâb verse 56. There are two results of this study. The first one is that the background of the selawat tradition was a part of the practices of the QS. Al-A ḥ zab’s command (verse 56). In addition, the recitation of the Qur'an as dhikr was believed to have strength or virtue. Another form of Living Qur'an practices was reciting the Qur’an by reading it as much as one nis}f (half of a juz), then reading QS al-Fâti ḥ a ḥ once, and then reading QS al-Ikhlâs}, al-Falaq, al-Nâs, and al-Kursiy Verse 70 times. The number of the counts (70) was based on the ijazah (certificate) given by the teacher. Besides, the number 70 is an odd number and Allah favors odd numbers. The second result is the reception to the Qur'an was a functional reception which consisted of 3 functions. The first function was to protect oneself from the disturbance by supernatural creatures. Qur’an’s verses considered as verses that could protect oneself from the disturbance by supernatural creatures were found in the sixth verse of QS al-Nâs, the third verse of QS al-Falaq, and in “ya'lamu ma baina aidihim wa makhalfahum” in al-Kursi. The second function was to use water as medicine. And the last one was to provide a psychological effect, namely to reassure the soul. Keywords : selawat tradition, reception and phenomenology. Pemahaman terhadap Alquran menghasilkan beragam perilaku kultural. Perilaku kultural merupakan hasil dari resepsi umat Islam terhadap al-Qur’ân. Salah satu praktiknya ialah resepsi terhadap QS. al-Aḥzab ayat 56 yakni praktik pembacaan selawat atau disebut dengan selawatan yang dilakukan di Majelis Selawat Ar-Rizqy Desa Buntet kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon. Hasil dari penulisan tersebut adalah pertama latar belakang tradisi selawatan bagian dari perilaku dari perintah QS. Al-Aḥzab ayat 56 dan pembacaan Alquran dijadikan sebagai bacaan dzikir dipercaya memiliki kekuatan atau keutamaan. Bentuk praktik Living Qur’an lainnya ialah pembacaan Alquran antara lain membaca Alquran sebanyak satu nishfu (setengah juz). Kemudian membaca surat al-Fâtiḥaḥ 1 Kali, dan membaca surat al-Ikhlâs, al-Falaq, an-Nâs, dan ayat Kursi sebanyak 70 Kali. Banyaknya jumlah hitungan 70 kali berdasarkan hasil ijazah dari gurunya. Selain itu, angka 70 merupakan angka ganjil, dan Allah menyukai angka yang ganjil. Kedua, resepsi terhadap Alquran yaitu resepsi fungsional, 1) melindungi diri dari gangguan makhluk. Ayat Alquran yang dianggap sebagai ayat yang dapat melindungi diri dari gangguan makhluk menurut para pelaku ialah terdapat dalam ayat ke-6 surat an-Nâs, ayat ke 3 surat al-Falaq dan pada lafaz ya’lamu mâ bayna aydihim wa mâ khalfahum dalam ayat kursi. 2) Penggunaan media air sebagai obat. 3) dapat memberikan efek psikologis yakni menentramkan jiwa. Kata Kunci: Tradisi selawatan, Resepsi dan Fenomenologi","PeriodicalId":53103,"journal":{"name":"Jurnal Studi AlQuran","volume":"5 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Studi AlQuran","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24235/diyaafkar.v8i02.7395","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
摘要
对《古兰经》的理解产生了各种各样的文化习俗,这是穆斯林接受《古兰经》的结果。其中之一是背诵selawat,这是在西里本县Astanajapura区Buntet村的Ar-Rizqy selawat Majlis进行的。这是QS的接待处。al-A ā z b第56节。这项研究有两个结果。第一,selawat传统的背景是QS实践的一部分。真主的命令(56节)。此外,诵读《古兰经》被认为具有力量或美德。另一种诵读《古兰经》的形式是诵读《古兰经》,诵读一nis}f(半个juz),然后诵读一次QS al- fti ā a ā,然后诵读QS al- ikhlls}、al-Falaq、al- n s和al-Kursiy经70遍。计数的数量(70)是基于老师给的ijazah(证书)。此外,数字70是奇数,而安拉喜欢奇数。第二个结果是对《古兰经》的接受是一种功能性的接受,它包括三种功能。第一个功能是保护自己不受超自然生物的干扰。《古兰经》中被认为可以保护自己免受超自然生物干扰的经文见于《QS al- n》的第六节、《QS al-Falaq》的第三节,以及《al-Kursi》中的“ya'lamu ma baina aidihim wa makhalfahum”。第二个功能是用水作药。最后一种是提供心理效果,也就是让灵魂安心。关键词:selawat传统、接受与现象学。古兰经,孟哈西尔坎,古兰经文化。pereraku culture merupakan hasil dari resepsi umat Islam terhadap al-Qur ' n。萨拉赫(Salah satu praktiknya)说:“萨拉赫(Salah satu praktiknya)是一名高级官员。”al-Aḥzab ayat 56 yakni praktik pembacaan selawat atau disebut dengan selawatan yang dilakukan di Majelis selawat Ar-Rizqy Desa Buntet kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon。Hasil dari penulistersebut adalah perama latar belakang tradisi selawatan bagian dari peraku dari perintah QS。Al-Aḥzab ayat 56 dan pembacaan Alquran dijadikan sebagai bacaan dzikir dipercaya memiliki kekuatan atau keutamaan。本图克·帕拉克提克《古兰经》,《古兰经》,《古兰经》,《古兰经》,《古兰经》,《古兰经》。Kemudian membaca surat al-Fâtiḥaḥ 1 Kali, dan membaca surat al- ikhl, al-Falaq, an- n, dan ayat Kursi sebanyak 70 Kali。Banyaknya jumlah hitungan 70 kali berdasarkan hasil ijazah dari gurunya。Selain itu, angka 70 merupakan angka ganjil, dan Allah menyukai angka yang ganjil。[2][郭德华,陈德华,陈德华,陈德华,等。]Ayat Alquran yang dianggap sebagai Ayat yang dapat melindungi diri dari gangguan makhluk menurut para pelaku ialah terdapat dalam Ayat ke-6 surat an- n, Ayat ke 3 surat al-Falaq dan afaz ya 'lamu mbayna aydihim wa m khalfahum dalam Ayat kursi。2)彭古南媒体航空公司。3)研究对象的生理特征。Kata Kunci: Tradisi selawatan, Resepsi dan phenomenology
LIVING QUR‘AN DALAM TRADISI SELAWATAN DI MAJELIS SELAWAT AR-RIZQY CIREBON: Pendekatan Fenomenologi
The understanding of the Qur’an produces a variety of cultural practices, which are the results of the reception of Muslims to the Qur’an. One of them is the practice of reciting selawat which is carried out at Ar-Rizqy Selawat Majlis, Buntet Village, Astanajapura District, Cirebon Regency. It is the reception of QS. al-A ḥ zâb verse 56. There are two results of this study. The first one is that the background of the selawat tradition was a part of the practices of the QS. Al-A ḥ zab’s command (verse 56). In addition, the recitation of the Qur'an as dhikr was believed to have strength or virtue. Another form of Living Qur'an practices was reciting the Qur’an by reading it as much as one nis}f (half of a juz), then reading QS al-Fâti ḥ a ḥ once, and then reading QS al-Ikhlâs}, al-Falaq, al-Nâs, and al-Kursiy Verse 70 times. The number of the counts (70) was based on the ijazah (certificate) given by the teacher. Besides, the number 70 is an odd number and Allah favors odd numbers. The second result is the reception to the Qur'an was a functional reception which consisted of 3 functions. The first function was to protect oneself from the disturbance by supernatural creatures. Qur’an’s verses considered as verses that could protect oneself from the disturbance by supernatural creatures were found in the sixth verse of QS al-Nâs, the third verse of QS al-Falaq, and in “ya'lamu ma baina aidihim wa makhalfahum” in al-Kursi. The second function was to use water as medicine. And the last one was to provide a psychological effect, namely to reassure the soul. Keywords : selawat tradition, reception and phenomenology. Pemahaman terhadap Alquran menghasilkan beragam perilaku kultural. Perilaku kultural merupakan hasil dari resepsi umat Islam terhadap al-Qur’ân. Salah satu praktiknya ialah resepsi terhadap QS. al-Aḥzab ayat 56 yakni praktik pembacaan selawat atau disebut dengan selawatan yang dilakukan di Majelis Selawat Ar-Rizqy Desa Buntet kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon. Hasil dari penulisan tersebut adalah pertama latar belakang tradisi selawatan bagian dari perilaku dari perintah QS. Al-Aḥzab ayat 56 dan pembacaan Alquran dijadikan sebagai bacaan dzikir dipercaya memiliki kekuatan atau keutamaan. Bentuk praktik Living Qur’an lainnya ialah pembacaan Alquran antara lain membaca Alquran sebanyak satu nishfu (setengah juz). Kemudian membaca surat al-Fâtiḥaḥ 1 Kali, dan membaca surat al-Ikhlâs, al-Falaq, an-Nâs, dan ayat Kursi sebanyak 70 Kali. Banyaknya jumlah hitungan 70 kali berdasarkan hasil ijazah dari gurunya. Selain itu, angka 70 merupakan angka ganjil, dan Allah menyukai angka yang ganjil. Kedua, resepsi terhadap Alquran yaitu resepsi fungsional, 1) melindungi diri dari gangguan makhluk. Ayat Alquran yang dianggap sebagai ayat yang dapat melindungi diri dari gangguan makhluk menurut para pelaku ialah terdapat dalam ayat ke-6 surat an-Nâs, ayat ke 3 surat al-Falaq dan pada lafaz ya’lamu mâ bayna aydihim wa mâ khalfahum dalam ayat kursi. 2) Penggunaan media air sebagai obat. 3) dapat memberikan efek psikologis yakni menentramkan jiwa. Kata Kunci: Tradisi selawatan, Resepsi dan Fenomenologi