{"title":"梅对宗教多元化的看法","authors":"M. Nasir","doi":"10.22373/sinthop.v1i1.2336","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Religious pluralisme among Muslims itself raises pros and cons, acceptance on the one hand and resistance on the other. Supporters of religious pluralisme argue that this idea is a necessity in the midst of Indonesia's pluralistic condition. Opponents of religious pluralisme are of the view that this idea is misleading, because it tends to mix up religious teachings and assumes that all religions are true. The climax of the conflict over the notion of religious pluralisme was the issuance of a fatwa by the Indonesian Ulema Council (MUI) regarding the prohibition of pluralisme, secularism and religious liberalism. This research was conducted to examine more deeply the MUI's views on religious pluralisme. This study aims to find out why some issues of religious pluralisme have received a response from the MUI and how the MUI views religious pluralisme. To examine this problem, a descriptive analysis method was used, namely a problem solving that includes recording, interpreting and analyzing MUI's views on religious pluralisme and writings related to it. The results of the research are: The issue of religious pluralisme and the development of secular and liberal thinking in Indonesia received a firm response from the MUI because pluralisme, secularism and religious liberalism were seen by the MUI as having distorted Islamic teachings and had raised people's doubts about the Islamic creed and sharia. The MUI's view of pluralisme, secularism and religious liberalism is an understanding that is contrary to the teachings of Islam. It is forbidden for Muslims to follow the notions of pluralisme, secularism and religious liberalism. In matters of aqidah and worship, Muslims must be exclusive, in the sense that it is forbidden to mix the aqeedah and worship of Muslims with the aqeedah and worship of followers of other religions. For Muslim communities who live with adherents of other religions (religious plurality), in sosial issues that are not related to faith and worship, Muslims are inclusive, in the sense that they continue to engage in sosial relations with adherents of other religions as long as they do not harm each other. \nAbstrak \nPluralisme agama di kalangan Islam sendiri menimbulkan pro dan kontra, penerimaan di satu sisi dan resistensi di sisi lain. Para pendukung pluralisme agama berpendapat, ide tersebut adalah sebuah keniscayaan di tengah kondisi Indonesia yang majemuk. Para penentang pluralisme agama berpandangan bahwa ide tersebut menyesatkan, karena cenderung mencampuradukkan ajaran agama dan menganggap semua agama benar. Puncak pertentangan atas paham pluralisme agama adalah dengan keluarnya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang haramnya paham pluralisme, sekularisme, dan liberalisme agama. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji lebih dalam mengenai pandangan MUI terhadap pluralisme agama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa sebagian isu pluralisme agama mendapat respons MUI dan bagaimana pandangan MUI terhadap pluralisme agama. Untuk meneliti masalah ini digunakan metode deskriptif analisis yaitu suatu pemecahan masalah yang meliputi pencatatan, penafsiran dan analisa terhadap pandangan MUI terhadap pluralisme agama dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengannya. Adapun hasil dari penelitian adalah: Isu pluralisme agama dan berkembangnya pemikiran sekuler dan liberal di Indonesia mendapat respons MUI dengan tegas karena pluralisme, sekularisme dan liberalisme agama dipandang oleh MUI telah membelokkan ajaran Islam dan telah menimbulkan keraguan umat terhadap akidah dan syariat Islam. Adapun pandangan MUI terhadap pluralisme, sekularisme dan liberalisme agama adalah paham yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Umat Islam haram mengikuti paham pluralisme, sekularisme dan liberalisme agama. Dalam masalah aqidah dan ibadah, umat Islam wajib bersikap eksklusif, dalam arti haram mencampuradukkan aqidah dan ibadah umat Islam dengan aqidah dan ibadah pemeluk agama lain. Bagi masyarakat Muslim yang tinggal bersama pemeluk agama lain (pluralitas agama), dalam masalah sosial yang tidak berkaitan dengan aqidah dan ibadah, umat Islam bersikap inklusif, dalam arti tetap melakukan pergaulan sosial dengan pemeluk agama lain sepanjang tidak saling merugikan. \n \n ","PeriodicalId":34697,"journal":{"name":"Fikri","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Pandangan MUI terhadap Pluralisme Agama\",\"authors\":\"M. Nasir\",\"doi\":\"10.22373/sinthop.v1i1.2336\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Religious pluralisme among Muslims itself raises pros and cons, acceptance on the one hand and resistance on the other. Supporters of religious pluralisme argue that this idea is a necessity in the midst of Indonesia's pluralistic condition. Opponents of religious pluralisme are of the view that this idea is misleading, because it tends to mix up religious teachings and assumes that all religions are true. The climax of the conflict over the notion of religious pluralisme was the issuance of a fatwa by the Indonesian Ulema Council (MUI) regarding the prohibition of pluralisme, secularism and religious liberalism. This research was conducted to examine more deeply the MUI's views on religious pluralisme. This study aims to find out why some issues of religious pluralisme have received a response from the MUI and how the MUI views religious pluralisme. To examine this problem, a descriptive analysis method was used, namely a problem solving that includes recording, interpreting and analyzing MUI's views on religious pluralisme and writings related to it. The results of the research are: The issue of religious pluralisme and the development of secular and liberal thinking in Indonesia received a firm response from the MUI because pluralisme, secularism and religious liberalism were seen by the MUI as having distorted Islamic teachings and had raised people's doubts about the Islamic creed and sharia. The MUI's view of pluralisme, secularism and religious liberalism is an understanding that is contrary to the teachings of Islam. It is forbidden for Muslims to follow the notions of pluralisme, secularism and religious liberalism. In matters of aqidah and worship, Muslims must be exclusive, in the sense that it is forbidden to mix the aqeedah and worship of Muslims with the aqeedah and worship of followers of other religions. For Muslim communities who live with adherents of other religions (religious plurality), in sosial issues that are not related to faith and worship, Muslims are inclusive, in the sense that they continue to engage in sosial relations with adherents of other religions as long as they do not harm each other. \\nAbstrak \\nPluralisme agama di kalangan Islam sendiri menimbulkan pro dan kontra, penerimaan di satu sisi dan resistensi di sisi lain. Para pendukung pluralisme agama berpendapat, ide tersebut adalah sebuah keniscayaan di tengah kondisi Indonesia yang majemuk. Para penentang pluralisme agama berpandangan bahwa ide tersebut menyesatkan, karena cenderung mencampuradukkan ajaran agama dan menganggap semua agama benar. Puncak pertentangan atas paham pluralisme agama adalah dengan keluarnya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang haramnya paham pluralisme, sekularisme, dan liberalisme agama. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji lebih dalam mengenai pandangan MUI terhadap pluralisme agama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa sebagian isu pluralisme agama mendapat respons MUI dan bagaimana pandangan MUI terhadap pluralisme agama. Untuk meneliti masalah ini digunakan metode deskriptif analisis yaitu suatu pemecahan masalah yang meliputi pencatatan, penafsiran dan analisa terhadap pandangan MUI terhadap pluralisme agama dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengannya. Adapun hasil dari penelitian adalah: Isu pluralisme agama dan berkembangnya pemikiran sekuler dan liberal di Indonesia mendapat respons MUI dengan tegas karena pluralisme, sekularisme dan liberalisme agama dipandang oleh MUI telah membelokkan ajaran Islam dan telah menimbulkan keraguan umat terhadap akidah dan syariat Islam. Adapun pandangan MUI terhadap pluralisme, sekularisme dan liberalisme agama adalah paham yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Umat Islam haram mengikuti paham pluralisme, sekularisme dan liberalisme agama. Dalam masalah aqidah dan ibadah, umat Islam wajib bersikap eksklusif, dalam arti haram mencampuradukkan aqidah dan ibadah umat Islam dengan aqidah dan ibadah pemeluk agama lain. Bagi masyarakat Muslim yang tinggal bersama pemeluk agama lain (pluralitas agama), dalam masalah sosial yang tidak berkaitan dengan aqidah dan ibadah, umat Islam bersikap inklusif, dalam arti tetap melakukan pergaulan sosial dengan pemeluk agama lain sepanjang tidak saling merugikan. \\n \\n \",\"PeriodicalId\":34697,\"journal\":{\"name\":\"Fikri\",\"volume\":\"1 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-06-30\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Fikri\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.22373/sinthop.v1i1.2336\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Fikri","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22373/sinthop.v1i1.2336","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
穆斯林内部的宗教多元化本身就有正反两面,一方面是接受,另一方面是抵制。宗教多元主义的支持者认为,在印尼的多元主义条件下,这一理念是必要的。宗教多元主义的反对者认为这种观点具有误导性,因为它倾向于混淆宗教教义,并假设所有宗教都是正确的。关于宗教多元主义概念的冲突的高潮是印度尼西亚乌里玛理事会发布了一项关于禁止多元主义、世俗主义和宗教自由主义的法特瓦。本研究是为了更深入地探讨穆兄会对宗教多元主义的看法。本研究旨在了解为何宗教多元主义的某些议题得到了MUI的回应,以及MUI是如何看待宗教多元主义的。为了研究这个问题,我们使用了一种描述性的分析方法,即解决问题的方法,包括记录、解释和分析MUI对宗教多元主义的看法以及与之相关的著作。研究结果表明:印度尼西亚宗教多元主义和世俗自由主义思想的发展问题得到了MUI的坚决回应,因为MUI认为多元主义、世俗主义和宗教自由主义扭曲了伊斯兰教义,引起了人们对伊斯兰教义和伊斯兰教法的怀疑。MUI对多元主义、世俗主义和宗教自由主义的观点是一种与伊斯兰教教义相反的理解。穆斯林被禁止遵循多元主义、世俗主义和宗教自由主义的观念。在aqidah和崇拜的问题上,穆斯林必须是排他性的,也就是说,禁止将穆斯林的aqidah和崇拜与其他宗教信徒的aqidah和崇拜混为一谈。对于与其他宗教信徒生活在一起的穆斯林社区(宗教多元化)来说,在与信仰和崇拜无关的社会问题上,穆斯林是包容性的,也就是说,只要他们不互相伤害,他们就会继续与其他宗教的信徒保持社会关系。【摘要】多元主义是伊斯兰教的一个重要组成部分,是伊斯兰教的一个重要组成部分,是伊斯兰教的一个重要组成部分。Para pendukung pluralme agama berpendapat, ide tersebut adalah sebuah keniscayaan and di tengah kondisi Indonesia yang majemuk。Para penentang pluralme agama berpandangan bahawa,意思是“我是一个人”,意思是“我是一个人”,意思是“我是一个人”,意思是“我是一个人”,意思是“我是一个人”。印尼多元主义,世俗主义,自由主义,印尼多元主义(MUI)Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji lebih dalam mengenai pandangan MUI terhadap pluralism agama。Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa sebagian isu pluralme agama menagama回应MUI danbagaimana pandangan MUI terhadap pluralme agama。Untuk meneliti masalah ini digunakan方法描述分析yitu suatu pemecahan masalah yang meliputi penatatan, penafsiran dananalisa terhadap pandangan MUI terhadap pluralme agama dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengannya。印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义,印尼多元主义。Adapun pandangan MUI terhadap多元主义,世俗主义和自由主义agama adalah paham yang bertentenangan dengan agama伊斯兰教。Umat Islam haram mengikuti paham多元主义,世俗主义和自由主义。Dalam masalah aqidah dan ibadah, umat Islam wajib bersikap eksklusif, Dalam arti haram mencampuradukkan aqidah dan ibadah umat Islam dengan aqidah dan ibadah pemeluk agama lain。Bagi masyarakat Muslim yang tinggal bersama pemeluk agama (pluralitas agama), dalam masalah social yang tidak berkaitan dengan aqidah dan ibada, umat Islam bersikap inklusif, dalam arti tetap melakukan pergaulan social dengan pemeluk agama lain sepanjang tidak saling merugikan。
Religious pluralisme among Muslims itself raises pros and cons, acceptance on the one hand and resistance on the other. Supporters of religious pluralisme argue that this idea is a necessity in the midst of Indonesia's pluralistic condition. Opponents of religious pluralisme are of the view that this idea is misleading, because it tends to mix up religious teachings and assumes that all religions are true. The climax of the conflict over the notion of religious pluralisme was the issuance of a fatwa by the Indonesian Ulema Council (MUI) regarding the prohibition of pluralisme, secularism and religious liberalism. This research was conducted to examine more deeply the MUI's views on religious pluralisme. This study aims to find out why some issues of religious pluralisme have received a response from the MUI and how the MUI views religious pluralisme. To examine this problem, a descriptive analysis method was used, namely a problem solving that includes recording, interpreting and analyzing MUI's views on religious pluralisme and writings related to it. The results of the research are: The issue of religious pluralisme and the development of secular and liberal thinking in Indonesia received a firm response from the MUI because pluralisme, secularism and religious liberalism were seen by the MUI as having distorted Islamic teachings and had raised people's doubts about the Islamic creed and sharia. The MUI's view of pluralisme, secularism and religious liberalism is an understanding that is contrary to the teachings of Islam. It is forbidden for Muslims to follow the notions of pluralisme, secularism and religious liberalism. In matters of aqidah and worship, Muslims must be exclusive, in the sense that it is forbidden to mix the aqeedah and worship of Muslims with the aqeedah and worship of followers of other religions. For Muslim communities who live with adherents of other religions (religious plurality), in sosial issues that are not related to faith and worship, Muslims are inclusive, in the sense that they continue to engage in sosial relations with adherents of other religions as long as they do not harm each other.
Abstrak
Pluralisme agama di kalangan Islam sendiri menimbulkan pro dan kontra, penerimaan di satu sisi dan resistensi di sisi lain. Para pendukung pluralisme agama berpendapat, ide tersebut adalah sebuah keniscayaan di tengah kondisi Indonesia yang majemuk. Para penentang pluralisme agama berpandangan bahwa ide tersebut menyesatkan, karena cenderung mencampuradukkan ajaran agama dan menganggap semua agama benar. Puncak pertentangan atas paham pluralisme agama adalah dengan keluarnya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang haramnya paham pluralisme, sekularisme, dan liberalisme agama. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji lebih dalam mengenai pandangan MUI terhadap pluralisme agama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa sebagian isu pluralisme agama mendapat respons MUI dan bagaimana pandangan MUI terhadap pluralisme agama. Untuk meneliti masalah ini digunakan metode deskriptif analisis yaitu suatu pemecahan masalah yang meliputi pencatatan, penafsiran dan analisa terhadap pandangan MUI terhadap pluralisme agama dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengannya. Adapun hasil dari penelitian adalah: Isu pluralisme agama dan berkembangnya pemikiran sekuler dan liberal di Indonesia mendapat respons MUI dengan tegas karena pluralisme, sekularisme dan liberalisme agama dipandang oleh MUI telah membelokkan ajaran Islam dan telah menimbulkan keraguan umat terhadap akidah dan syariat Islam. Adapun pandangan MUI terhadap pluralisme, sekularisme dan liberalisme agama adalah paham yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Umat Islam haram mengikuti paham pluralisme, sekularisme dan liberalisme agama. Dalam masalah aqidah dan ibadah, umat Islam wajib bersikap eksklusif, dalam arti haram mencampuradukkan aqidah dan ibadah umat Islam dengan aqidah dan ibadah pemeluk agama lain. Bagi masyarakat Muslim yang tinggal bersama pemeluk agama lain (pluralitas agama), dalam masalah sosial yang tidak berkaitan dengan aqidah dan ibadah, umat Islam bersikap inklusif, dalam arti tetap melakukan pergaulan sosial dengan pemeluk agama lain sepanjang tidak saling merugikan.