{"title":"Sasak文化中稻米的象征与神话:龙目岛混合伊斯兰的肖像","authors":"Saharudin Saharudin","doi":"10.14421/AJIS.2019.572.425-458","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This article aims at discussing two important points of rice ethnophilosophy in Sasak society. First, it explains how various symbols of language and culture and local mythos of rice in agricultural Sasak society experienced reinterpretation over key concepts of Islamic Worldview. Second, it illuminates how those modified symbols and mythos in Sasak society contains similarities with the ones in Malay culture as recorded in Hikayat Asay Pade manuscript and Kitab Berladang. The study uses ethnohermeneutic method in reading the text in the context of Sasak culture. The result shows some points of transformation in the symbols and mythos about rice in Sasak culture after being adapted to Islamic Worldview. The reinterpretation clarifies a spirited ethnophilosophy about harmony and equilibration of human life with nature and God. Adaptation conducted by the Islamic carrier among the agricultural Sasak society at the beginning of Islamic influence exemplifies how the spreading of Islam was undertaken peacefully through the confirmation of symbols and local mythos to maintain stability and harmony. [Tulisan ini mendiskusikan tentang simbol (bahasa dan budaya) dan mitos padi lokal dalam masyarakat Sasak agraris yang mengalami reinterpretasi setelah konsep-konsep kunci Islamic worldview mulai diadaptasi dan disebarkan oleh para penyebar Islam awal di kalangan petani tradisional. Selanjutnya, didiskusikan pula tentang persinggungan simbol dan mitos lokal Sasak tersebut (setelah mengalami reinterpretasi dengan konsep-konsep kunci Islam) dengan budaya Melayu yang terekam dalam manuskrip Hikayat Asay Pade dan Kitab Berladang. Berdasarkan hasil pembacaan dengan metode etnohermeneutik dapat dipahami tentang apa saja hasil reinterpretasi masyarakat Sasak agraris mengenai simbol dan mitos padi lokal setelah mengalami persentuhan dan penyesuaian dengan Islamic worldview. Hasil reinterpretasi tersebut menjelaskan pandangan budaya (etnofilosofi) yang sangat bernas tentang harmonisasi dan keseimbangan hidup manusia dengan Tuhan dan alam. Selain itu, adaptasi yang dilakukan oleh penyebar Islam awal di kalangan masyarakat Sasak agaris ini merupakan contoh bagaimana Islam disebarkan dengan damai dan adaptif terhadap simbol dan mitos lokal supaya keseimbangan dan keharmonian tetap terjaga.]","PeriodicalId":42231,"journal":{"name":"Al-Jamiah-Journal of Islamic Studies","volume":"54 1","pages":"425-458"},"PeriodicalIF":0.3000,"publicationDate":"2019-12-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"7","resultStr":"{\"title\":\"The Symbols and Myths of Rice in Sasak’s Culture: A Portrait of Hybrid Islam in Lombok\",\"authors\":\"Saharudin Saharudin\",\"doi\":\"10.14421/AJIS.2019.572.425-458\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"This article aims at discussing two important points of rice ethnophilosophy in Sasak society. First, it explains how various symbols of language and culture and local mythos of rice in agricultural Sasak society experienced reinterpretation over key concepts of Islamic Worldview. Second, it illuminates how those modified symbols and mythos in Sasak society contains similarities with the ones in Malay culture as recorded in Hikayat Asay Pade manuscript and Kitab Berladang. The study uses ethnohermeneutic method in reading the text in the context of Sasak culture. The result shows some points of transformation in the symbols and mythos about rice in Sasak culture after being adapted to Islamic Worldview. The reinterpretation clarifies a spirited ethnophilosophy about harmony and equilibration of human life with nature and God. Adaptation conducted by the Islamic carrier among the agricultural Sasak society at the beginning of Islamic influence exemplifies how the spreading of Islam was undertaken peacefully through the confirmation of symbols and local mythos to maintain stability and harmony. [Tulisan ini mendiskusikan tentang simbol (bahasa dan budaya) dan mitos padi lokal dalam masyarakat Sasak agraris yang mengalami reinterpretasi setelah konsep-konsep kunci Islamic worldview mulai diadaptasi dan disebarkan oleh para penyebar Islam awal di kalangan petani tradisional. Selanjutnya, didiskusikan pula tentang persinggungan simbol dan mitos lokal Sasak tersebut (setelah mengalami reinterpretasi dengan konsep-konsep kunci Islam) dengan budaya Melayu yang terekam dalam manuskrip Hikayat Asay Pade dan Kitab Berladang. Berdasarkan hasil pembacaan dengan metode etnohermeneutik dapat dipahami tentang apa saja hasil reinterpretasi masyarakat Sasak agraris mengenai simbol dan mitos padi lokal setelah mengalami persentuhan dan penyesuaian dengan Islamic worldview. Hasil reinterpretasi tersebut menjelaskan pandangan budaya (etnofilosofi) yang sangat bernas tentang harmonisasi dan keseimbangan hidup manusia dengan Tuhan dan alam. Selain itu, adaptasi yang dilakukan oleh penyebar Islam awal di kalangan masyarakat Sasak agaris ini merupakan contoh bagaimana Islam disebarkan dengan damai dan adaptif terhadap simbol dan mitos lokal supaya keseimbangan dan keharmonian tetap terjaga.]\",\"PeriodicalId\":42231,\"journal\":{\"name\":\"Al-Jamiah-Journal of Islamic Studies\",\"volume\":\"54 1\",\"pages\":\"425-458\"},\"PeriodicalIF\":0.3000,\"publicationDate\":\"2019-12-24\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"7\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Al-Jamiah-Journal of Islamic Studies\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.14421/AJIS.2019.572.425-458\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"0\",\"JCRName\":\"RELIGION\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Al-Jamiah-Journal of Islamic Studies","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.14421/AJIS.2019.572.425-458","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"0","JCRName":"RELIGION","Score":null,"Total":0}
引用次数: 7
摘要
本文旨在探讨Sasak社会中水稻民族哲学的两个重要观点。首先,它解释了在农业萨萨克社会中,语言和文化的各种符号以及水稻的当地神话如何在伊斯兰世界观的关键概念上经历了重新解释。其次,它阐明了Sasak社会中修改的符号和神话与Hikayat Asay Pade手稿和Kitab Berladang中记录的马来文化中的符号和神话有何相似之处。本研究运用民族解释学方法在萨萨克文化语境下解读文本。结果表明,在适应伊斯兰世界观后,萨萨克文化中有关大米的符号和神话发生了一些变化。重新诠释澄清了一个充满活力的民族哲学,关于人类生活与自然和上帝的和谐与平衡。伊斯兰教的载体在伊斯兰教影响之初对农业萨萨克社会的适应体现了伊斯兰教是如何通过对象征和地方神话的确认来和平地传播的,以保持稳定与和谐。[图里桑尼mendiskusikan tentang符号(bahasa dan budaya) dan mitos padi当地的dalam masyarakat Sasak agraris yang mengalami重新解释setelah konsep-konsep kunci伊斯兰世界观mulai diadaptasi dan disebarkan oleh para penyebar伊斯兰教awal di kalangan petani传统的。Selanjutnya, didiskusikan pula tentang persinggungan象征dan mitos当地的萨萨克语(setelah mengalami重新解释为dengan konsep-konsep kunci Islam) dengan budaya Melayu yang terekam dalam manuskrip Hikayat Asay Pade dan Kitab Berladang。Berdasarkan hasil pembacaan dengan方法,etnohermeneutik dapat dipahami tentang apa saja hasil重新解释masyarakat Sasak agararis mengenai符号dan mitos padi当地setelah mengalami代表dan penyessuan dengan伊斯兰世界观。Hasil重新解释tersebut menjelaskan pandangan budaya (etnofilosofi) yang sangat bernas tentang harmonisasi dan keseimbangan hidup manusia dengan Tuhan dan alam。[Selain itu, adapttasi yang dilakukan oleh penyebar Islam, awal di kalangan masyarakat Sasak agaris ini merupakan contoh bagaimana Islam disebarkan dengan damai dan adaptif terhadap象征着dan mitas当地的supaya keseimbangan dan keharmonian tetap terjaga。]
The Symbols and Myths of Rice in Sasak’s Culture: A Portrait of Hybrid Islam in Lombok
This article aims at discussing two important points of rice ethnophilosophy in Sasak society. First, it explains how various symbols of language and culture and local mythos of rice in agricultural Sasak society experienced reinterpretation over key concepts of Islamic Worldview. Second, it illuminates how those modified symbols and mythos in Sasak society contains similarities with the ones in Malay culture as recorded in Hikayat Asay Pade manuscript and Kitab Berladang. The study uses ethnohermeneutic method in reading the text in the context of Sasak culture. The result shows some points of transformation in the symbols and mythos about rice in Sasak culture after being adapted to Islamic Worldview. The reinterpretation clarifies a spirited ethnophilosophy about harmony and equilibration of human life with nature and God. Adaptation conducted by the Islamic carrier among the agricultural Sasak society at the beginning of Islamic influence exemplifies how the spreading of Islam was undertaken peacefully through the confirmation of symbols and local mythos to maintain stability and harmony. [Tulisan ini mendiskusikan tentang simbol (bahasa dan budaya) dan mitos padi lokal dalam masyarakat Sasak agraris yang mengalami reinterpretasi setelah konsep-konsep kunci Islamic worldview mulai diadaptasi dan disebarkan oleh para penyebar Islam awal di kalangan petani tradisional. Selanjutnya, didiskusikan pula tentang persinggungan simbol dan mitos lokal Sasak tersebut (setelah mengalami reinterpretasi dengan konsep-konsep kunci Islam) dengan budaya Melayu yang terekam dalam manuskrip Hikayat Asay Pade dan Kitab Berladang. Berdasarkan hasil pembacaan dengan metode etnohermeneutik dapat dipahami tentang apa saja hasil reinterpretasi masyarakat Sasak agraris mengenai simbol dan mitos padi lokal setelah mengalami persentuhan dan penyesuaian dengan Islamic worldview. Hasil reinterpretasi tersebut menjelaskan pandangan budaya (etnofilosofi) yang sangat bernas tentang harmonisasi dan keseimbangan hidup manusia dengan Tuhan dan alam. Selain itu, adaptasi yang dilakukan oleh penyebar Islam awal di kalangan masyarakat Sasak agaris ini merupakan contoh bagaimana Islam disebarkan dengan damai dan adaptif terhadap simbol dan mitos lokal supaya keseimbangan dan keharmonian tetap terjaga.]