{"title":"PERUBAHAN ELEMEN FASAD BANGUNAN CAGAR BUDAYA EKS KOLONIAL","authors":"Muhammad Rifqi Fadhlurrohman, Nurtati Soewarno","doi":"10.59970/jas.v14i2.92","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Indonesia adalah salah satu Negara koloni Belanda di Asia Tenggara. Lamanya pemerintah Belanda tinggal di Indonesia dapat diidentifikasi dari bangunan-bangunan peninggalannya yang bergaya Indische. Saat ini sebagian besar dari bangunan tersebut telah dinyatakan sebagai bangunan cagar budaya. Sebagai kota yang direncanakan akan menjadi ibu kota Hindia Belanda, Pemerintah kota Bandung meminta para Arsitek Belanda untuk mendesain bangunan dan kawasan, salah satunya adalah A.F Aalbers. Karya-karya Aalbers sangat adaptif terhadap iklim tropis Indonesia, memiliki tipe spesifik, baik yang diterapkan pada desain Hotel, Bank maupun pada bangunan hunian. Makalah ini akan memaparkan tipologi bangunan hunian karya Aalbers yang berlokasi di kawasan Gedung Sate. Apa ciri spesifik dari karya Aalbers dan bagaimana perkembangannya terkait dengan perubahan pada kawasan bekas kolonial menjadi kawasan komersial. Observasi ke lapangan diperlukan untuk mendata keberadaan bangunan karya Aalbers dan mengetahui kondisi terkini. Selain itu untuk mengetahui gaya dan bentuk originalnya dipelajari literatur mengenai karya-karya Aalbers, baik yang berada di Indonesia maupun di Negara lain. Diharapkan perubahan fungsi kawasan tidak mengganggu keberadaan bangunan cagar budaya bahkan keelokan dan potensinya dapat menjadi daya tarik tersendiri. Diharapkan pula bangunan cagar budaya dapat beradaptasi terhadap fungsi baru sehingga bangunan, sebagai warisan bangsa dapat tetap digunakan dan dilestarikan.","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.59970/jas.v14i2.92","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
PERUBAHAN ELEMEN FASAD BANGUNAN CAGAR BUDAYA EKS KOLONIAL
Indonesia adalah salah satu Negara koloni Belanda di Asia Tenggara. Lamanya pemerintah Belanda tinggal di Indonesia dapat diidentifikasi dari bangunan-bangunan peninggalannya yang bergaya Indische. Saat ini sebagian besar dari bangunan tersebut telah dinyatakan sebagai bangunan cagar budaya. Sebagai kota yang direncanakan akan menjadi ibu kota Hindia Belanda, Pemerintah kota Bandung meminta para Arsitek Belanda untuk mendesain bangunan dan kawasan, salah satunya adalah A.F Aalbers. Karya-karya Aalbers sangat adaptif terhadap iklim tropis Indonesia, memiliki tipe spesifik, baik yang diterapkan pada desain Hotel, Bank maupun pada bangunan hunian. Makalah ini akan memaparkan tipologi bangunan hunian karya Aalbers yang berlokasi di kawasan Gedung Sate. Apa ciri spesifik dari karya Aalbers dan bagaimana perkembangannya terkait dengan perubahan pada kawasan bekas kolonial menjadi kawasan komersial. Observasi ke lapangan diperlukan untuk mendata keberadaan bangunan karya Aalbers dan mengetahui kondisi terkini. Selain itu untuk mengetahui gaya dan bentuk originalnya dipelajari literatur mengenai karya-karya Aalbers, baik yang berada di Indonesia maupun di Negara lain. Diharapkan perubahan fungsi kawasan tidak mengganggu keberadaan bangunan cagar budaya bahkan keelokan dan potensinya dapat menjadi daya tarik tersendiri. Diharapkan pula bangunan cagar budaya dapat beradaptasi terhadap fungsi baru sehingga bangunan, sebagai warisan bangsa dapat tetap digunakan dan dilestarikan.