{"title":"Pedagang jamu wanita Yogyakarta: mata pencaharian masyarakat Hindia Belanda tahun 1910-1930","authors":"D. Rahmawati, Najib Jauhari, Arif Subekti","doi":"10.17977/um081v3i22023p162-173","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"The purpose of this article to identify traditional medicine practices as women’s livelihood in 1910–1930 in Yogyakarta. Jamu was purchased from spice traders and Chinese traders. They are known as tukang jual obat or tukang jamu. Herbal medicine was sold in processed or raw form accompanied by instructions for use. Herbal medicine is believed as a treatment by the bumiputra community due to its fast-healing process. One of the factors causing the high demand for herbal medicine by bumiputra community is because of Western’s expensive and far health facilities. This study was conducted using the historical method with some stages of topic selection, heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The results of this study indicated that 1) women's popularity as herbal medicine traders were recognized as working women and 2) herbal medicine traders played an important role in helping the public health of bumiputra. In this case, herbal medicine aims to maintain a healthy body rather than treat disease. Thus, their presence is more recognized in the community as working women because of bumiputra's interest in herbal medicine sold by women. Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui pengobatan tradisional oleh kaum wanita sebagai salah satu mata pencaharian tahun 1910–1930 di Yogyakarta. Jamu dibeli melalui pedagang rempah-rempah dan pedagang Cina. Mereka dikenal dengan sebutan tukang jual obat atau tukang jamu. Jamu dijual dalam bentuk olahan maupun mentahan dan disertai dengan petunjuk penggunaan. Jamu dipercaya sebagai pengobatan oleh masyarakat bumiputra karena proses penyembuhannya yang cepat. Salah satu faktor penyebab tingginya permintaan masyarakat bumiputra terhadap jamu disebabkan karena fasilitas kesehatan Barat yang relatif jauh dan mahal. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sejarah melalui beberapa tahapan yaitu pemilihan topik, heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 1) kepopuleran mereka di tengah masyarakat sebagai tukang jamu diakui sebagai wanita pekerja 2) pedagang jamu memainkan peran penting dalam usaha membantu kesehatan masyarakat bumiputra. Wanita melakukan perdagangan jamu bertujuan untuk menjaga kesehatan tubuh daripada mengobati penyakit. Dengan demikian, kehadiran tukang jamu lebih diakui di tengah masyarakat sebagai wanita pekerja karena ketertarikan bumiputra terhadap jamu yang dijual oleh kaum wanita.","PeriodicalId":40352,"journal":{"name":"Journal of Modern Russian History and Historiography","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.1000,"publicationDate":"2023-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Journal of Modern Russian History and Historiography","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.17977/um081v3i22023p162-173","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"Q3","JCRName":"HISTORY","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
本文的目的是确定传统医学实践作为1910-1930年日惹妇女的生计。Jamu是从香料商人和中国商人那里购买的。他们被称为土康朱尔巴特或土康贾木。草药以加工或未加工的形式出售,并附有使用说明。草药因其快速愈合过程而被土著社区认为是一种治疗方法。造成土著社区对草药需求高的因素之一是西方昂贵和偏远的医疗设施。本研究采用史学方法,分选题、启发式、批评、阐释、史学等几个阶段进行。研究结果表明:1)女性草药商人的受欢迎程度被认为是职业女性;2)草药商人在帮助土著人民的公共卫生方面发挥了重要作用。在这种情况下,草药的目的是保持身体健康,而不是治疗疾病。因此,她们的存在在社区中更被认为是职业妇女,因为布米普特拉对妇女出售的草药感兴趣。Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui pengobatan传统的oleh kaum wanita sebagai salah satu mata pencaharian tahun 1910-1930在日惹。Jamu dibeli melalui pedagang rempah-rempah dan pedagang china。Mereka dikenal dengan sebutan tukang jual obat atau tukang jamu。Jamu dijual dalam bentuk olahan maupun mentahan dan disertai dengan petunjuk penggunaan。Jamu dipercaya sebagai pengobatan oleh masyarakat humiputra karena表示penyembuhannya yang cepat。萨拉赫(Salah satu)为penyebab tingginya permintaan masyarakat bumiputra terhadap jamu disebabkan karena fasilitas kesehatan Barat yang亲戚jauh dan mahal。Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan mede sejarah melalui beberapa tahapan yaitpilihan主题,启发式,批判性,解释性和史学。我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿。我想要的是我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿。邓甘德米基安,kehadiran tukang jamu lebih diakui di tengah masyarakat sebagai wanita pekerja karena ketertarikan bumiputra jamu yang dijual oleh kaum wanita。
Pedagang jamu wanita Yogyakarta: mata pencaharian masyarakat Hindia Belanda tahun 1910-1930
The purpose of this article to identify traditional medicine practices as women’s livelihood in 1910–1930 in Yogyakarta. Jamu was purchased from spice traders and Chinese traders. They are known as tukang jual obat or tukang jamu. Herbal medicine was sold in processed or raw form accompanied by instructions for use. Herbal medicine is believed as a treatment by the bumiputra community due to its fast-healing process. One of the factors causing the high demand for herbal medicine by bumiputra community is because of Western’s expensive and far health facilities. This study was conducted using the historical method with some stages of topic selection, heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The results of this study indicated that 1) women's popularity as herbal medicine traders were recognized as working women and 2) herbal medicine traders played an important role in helping the public health of bumiputra. In this case, herbal medicine aims to maintain a healthy body rather than treat disease. Thus, their presence is more recognized in the community as working women because of bumiputra's interest in herbal medicine sold by women. Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui pengobatan tradisional oleh kaum wanita sebagai salah satu mata pencaharian tahun 1910–1930 di Yogyakarta. Jamu dibeli melalui pedagang rempah-rempah dan pedagang Cina. Mereka dikenal dengan sebutan tukang jual obat atau tukang jamu. Jamu dijual dalam bentuk olahan maupun mentahan dan disertai dengan petunjuk penggunaan. Jamu dipercaya sebagai pengobatan oleh masyarakat bumiputra karena proses penyembuhannya yang cepat. Salah satu faktor penyebab tingginya permintaan masyarakat bumiputra terhadap jamu disebabkan karena fasilitas kesehatan Barat yang relatif jauh dan mahal. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sejarah melalui beberapa tahapan yaitu pemilihan topik, heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 1) kepopuleran mereka di tengah masyarakat sebagai tukang jamu diakui sebagai wanita pekerja 2) pedagang jamu memainkan peran penting dalam usaha membantu kesehatan masyarakat bumiputra. Wanita melakukan perdagangan jamu bertujuan untuk menjaga kesehatan tubuh daripada mengobati penyakit. Dengan demikian, kehadiran tukang jamu lebih diakui di tengah masyarakat sebagai wanita pekerja karena ketertarikan bumiputra terhadap jamu yang dijual oleh kaum wanita.