{"title":"日本帝国主义抗战运动,1932年至1932年","authors":"Amelia Isti Farhan, Rostineu Rostineu","doi":"10.29408/fhs.v6i2.6480","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Haenyeo or 'female divers' have been the livelihood of most women in Jeju since 1700 years ago. When Japan launched its capitalist action in Korea in the 1930s, the participation of the haenyeo was considered beneficial to the colonial economy because of their skills in collecting Jeju Island seafood. By using history method, this study tries to look at the track record of the haenyeo who had become symbols of Jeju's history and culture, as one of the agents who fought for the rights of the Jeju people during the Japanese imperialism period 1931-1932, when Japan exploitation on Jeju fishing sector had grown massive. This study also sees the important influence of enlightenment education in growing awareness and fighting spirit of the haenyeo, so that they were able to overcome their limitations as a subordinated group within the social and economic structure, to appear as agents capable of driving colonial resistance actions.Haenyeo atau ‘penyelam perempuan’ telah menjadi suatu mata pencaharian sebagian besar perempuan di Jeju sejak 1700 tahun yang lalu. Ketika Jepang melancarkan aksi kapitalismenya di Korea pada tahun 1930-an, partisipasi haenyeo dinilai menguntungkan perekonomian kolonial karena keterampilan mereka dalam mengumpulkan hasil laut Pulau Jeju. Dengan menggunakan metode sejarah dan studi literatur, penelitian ini mencoba melihat rekam jejak para haenyeo yang telah menjadi simbol sejarah dan kebudayaan Jeju, sebagai salah satu agen yang memperjuangkan hak rakyat Jeju pada masa imperialisme Jepang 1931-1932, ketika eksploitasi Jepang di sektor perikanan Jeju semakin masif. Penelitian ini juga melihat adanya pengaruh penting pendidikan pencerahan dalam menumbuhkan kesadaran dan semangat juang para haenyeo, sehingga mereka mampu meretas keterbatasan mereka sebagai golongan yang tersubordinasi dalam struktur sosial dan ekonomi, untuk tampil sebagai agen yang mampu memotori aksi resistensi kolonial.","PeriodicalId":33328,"journal":{"name":"Istoria","volume":"11 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Jejak Historis Haenyeo sebagai Simbol Kebudayaan Jeju: Gerakan Resistensi terhadap Imperialisme Jepang, 1931-1932\",\"authors\":\"Amelia Isti Farhan, Rostineu Rostineu\",\"doi\":\"10.29408/fhs.v6i2.6480\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Haenyeo or 'female divers' have been the livelihood of most women in Jeju since 1700 years ago. When Japan launched its capitalist action in Korea in the 1930s, the participation of the haenyeo was considered beneficial to the colonial economy because of their skills in collecting Jeju Island seafood. By using history method, this study tries to look at the track record of the haenyeo who had become symbols of Jeju's history and culture, as one of the agents who fought for the rights of the Jeju people during the Japanese imperialism period 1931-1932, when Japan exploitation on Jeju fishing sector had grown massive. This study also sees the important influence of enlightenment education in growing awareness and fighting spirit of the haenyeo, so that they were able to overcome their limitations as a subordinated group within the social and economic structure, to appear as agents capable of driving colonial resistance actions.Haenyeo atau ‘penyelam perempuan’ telah menjadi suatu mata pencaharian sebagian besar perempuan di Jeju sejak 1700 tahun yang lalu. Ketika Jepang melancarkan aksi kapitalismenya di Korea pada tahun 1930-an, partisipasi haenyeo dinilai menguntungkan perekonomian kolonial karena keterampilan mereka dalam mengumpulkan hasil laut Pulau Jeju. Dengan menggunakan metode sejarah dan studi literatur, penelitian ini mencoba melihat rekam jejak para haenyeo yang telah menjadi simbol sejarah dan kebudayaan Jeju, sebagai salah satu agen yang memperjuangkan hak rakyat Jeju pada masa imperialisme Jepang 1931-1932, ketika eksploitasi Jepang di sektor perikanan Jeju semakin masif. Penelitian ini juga melihat adanya pengaruh penting pendidikan pencerahan dalam menumbuhkan kesadaran dan semangat juang para haenyeo, sehingga mereka mampu meretas keterbatasan mereka sebagai golongan yang tersubordinasi dalam struktur sosial dan ekonomi, untuk tampil sebagai agen yang mampu memotori aksi resistensi kolonial.\",\"PeriodicalId\":33328,\"journal\":{\"name\":\"Istoria\",\"volume\":\"11 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-12-29\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Istoria\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.29408/fhs.v6i2.6480\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Istoria","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.29408/fhs.v6i2.6480","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
从1700年前开始,“海女”就是济州岛大部分女性的生计。20世纪30年代,日本对朝鲜进行资本主义侵略时,海女的参与被认为对殖民地经济有利,因为她们在济州岛采集海鲜的技能。在日本帝国主义时期(1931 ~ 1932年),日本对济州渔业进行了大规模的剥削,海女作为济州人民争取权利的代理人之一,成为济州历史和文化的象征,本研究试图用历史的方法来考察海女的历史。本研究也看到启蒙教育对提高海女的意识和战斗精神的重要影响,使他们能够克服自己作为社会和经济结构中的从属群体的局限性,成为能够推动殖民抵抗行动的代理人。济州岛,济州岛,济州岛,济州岛,济州岛,济州岛,济州岛,济州岛,济州岛,济州岛,济州岛,济州岛,济州岛,济州岛,济州岛,济州岛,济州岛,济州岛,济州岛,济州岛,济州岛。1930年,在韩国,济州岛,济州岛,济州岛,济州岛,济州岛。登安梦古纳坎方法是研究文学,penelitian ini mencoba meliha rekam jejak para haenyeo yang telah menjadi symbol sejarah dan kebudayaan济州,sebagai salah satu agen yang memperjuangkan hakrakyat济州帝国主义日本1931-1932,ketika eksploitasi日本为研究日本济州semakin masif。Penelitian ini juga melihat adanya pengaruh pendidikan penerahan dalam menumbuhkan kesadaran dan semangat ang para haenyeo, sehinga mereka mampu meretas keterbatasan mereka sebagai golongan yang tersubsubasi dalam结构,社会和经济,untuk tampil sebagai agen yang mampu memortori aksi resistensi kolonii。
Jejak Historis Haenyeo sebagai Simbol Kebudayaan Jeju: Gerakan Resistensi terhadap Imperialisme Jepang, 1931-1932
Haenyeo or 'female divers' have been the livelihood of most women in Jeju since 1700 years ago. When Japan launched its capitalist action in Korea in the 1930s, the participation of the haenyeo was considered beneficial to the colonial economy because of their skills in collecting Jeju Island seafood. By using history method, this study tries to look at the track record of the haenyeo who had become symbols of Jeju's history and culture, as one of the agents who fought for the rights of the Jeju people during the Japanese imperialism period 1931-1932, when Japan exploitation on Jeju fishing sector had grown massive. This study also sees the important influence of enlightenment education in growing awareness and fighting spirit of the haenyeo, so that they were able to overcome their limitations as a subordinated group within the social and economic structure, to appear as agents capable of driving colonial resistance actions.Haenyeo atau ‘penyelam perempuan’ telah menjadi suatu mata pencaharian sebagian besar perempuan di Jeju sejak 1700 tahun yang lalu. Ketika Jepang melancarkan aksi kapitalismenya di Korea pada tahun 1930-an, partisipasi haenyeo dinilai menguntungkan perekonomian kolonial karena keterampilan mereka dalam mengumpulkan hasil laut Pulau Jeju. Dengan menggunakan metode sejarah dan studi literatur, penelitian ini mencoba melihat rekam jejak para haenyeo yang telah menjadi simbol sejarah dan kebudayaan Jeju, sebagai salah satu agen yang memperjuangkan hak rakyat Jeju pada masa imperialisme Jepang 1931-1932, ketika eksploitasi Jepang di sektor perikanan Jeju semakin masif. Penelitian ini juga melihat adanya pengaruh penting pendidikan pencerahan dalam menumbuhkan kesadaran dan semangat juang para haenyeo, sehingga mereka mampu meretas keterbatasan mereka sebagai golongan yang tersubordinasi dalam struktur sosial dan ekonomi, untuk tampil sebagai agen yang mampu memotori aksi resistensi kolonial.