{"title":"伊斯兰神学与神秘主义的辩证法:伊本·泰米亚研究","authors":"Sangkot Sirait","doi":"10.20871/kpjipm.v6i1.159","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract : Islamic theologians and sufi orders are rarely considered to have totally different ways of of discovering the truth of God. In the view of Ibn Taymiyya, on the contrary, Islamic theology and mysticism, both together strive to deliver people to understand the existence of God so they are, accordingly, willing to do good and leave the bad. This what will bring into the perfection of human soul. What makes it different is that Islamic theology ( kal ā m ) is more theoretical, while mysticism is more practical. Islamic theology as a theoretical mean leads man to the logical belief. Yet, the realization of this logical belief will practically be appeared when it was charged by Sufism. Yet, Ibn Taymiyya denies such concepts as “union with God” as the highest goal of human life. Absorption into the God and contemplation into the highest Reality should be realized in terms of s h ar ī ‘a . For him, the supreme absorption is the absorption in worshiping ( ‘ ib ā da ) God. Keywords : Islamic theology, mysticism, ascetic, epistemology, f iṭra , waḥdat al-wujūd. Abstrak : Umumnya, teolog dan Sufi dipandang berusaha menemukan kebenaran Tuhan dengan caranya masing-masing yang berbeda dan tidak saling terkait satu sama lain. Namun sebaliknya, bagi Ibn Taymiyyah, kalam dan tasawuf sama-sama berupaya untuk mengantarkan manusia memahami keberadaan Allah, sehingga bersedia melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan demi mengantarkan manusia pada kesempurnaan jiwa. Bedanya, kalam lebih bersifat teoritis sementara tasawuf lebih bersifat praktis. Kalam sebagai sarana teoritis dapat mengantarkan manusia kepada keyakinan logis. Keyakinan logis ini baru akan terealisasi nyata secara praktis melalui melalui tasawuf. Meski demikian, Ibn Taymiyyah menolak konsep penyatuan diri dengan Tuhan sebagai tujuan utama manusia. Melebur dalam diri Tuhan dan kontemplasi atas Realitas tertinggi, menurutnya, harus dilihat dari aspek syariah. Baginya, puncak dari kesatuan adalah penyembahan dan ibadah kepada Tuhan. Kata kunci : Teologi Islam, mistisime, epistemologi, fithrah , wa ḥ dat a l - wuj ū d.","PeriodicalId":31008,"journal":{"name":"Kanz Philosophia A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism","volume":"26 1","pages":"53-71"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2016-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"DIALECTIC OF THEOLOGY AND MYSTICISM IN ISLAM:A STUDY OF IBN TAYMIYYA\",\"authors\":\"Sangkot Sirait\",\"doi\":\"10.20871/kpjipm.v6i1.159\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Abstract : Islamic theologians and sufi orders are rarely considered to have totally different ways of of discovering the truth of God. In the view of Ibn Taymiyya, on the contrary, Islamic theology and mysticism, both together strive to deliver people to understand the existence of God so they are, accordingly, willing to do good and leave the bad. This what will bring into the perfection of human soul. What makes it different is that Islamic theology ( kal ā m ) is more theoretical, while mysticism is more practical. Islamic theology as a theoretical mean leads man to the logical belief. Yet, the realization of this logical belief will practically be appeared when it was charged by Sufism. Yet, Ibn Taymiyya denies such concepts as “union with God” as the highest goal of human life. Absorption into the God and contemplation into the highest Reality should be realized in terms of s h ar ī ‘a . For him, the supreme absorption is the absorption in worshiping ( ‘ ib ā da ) God. Keywords : Islamic theology, mysticism, ascetic, epistemology, f iṭra , waḥdat al-wujūd. Abstrak : Umumnya, teolog dan Sufi dipandang berusaha menemukan kebenaran Tuhan dengan caranya masing-masing yang berbeda dan tidak saling terkait satu sama lain. Namun sebaliknya, bagi Ibn Taymiyyah, kalam dan tasawuf sama-sama berupaya untuk mengantarkan manusia memahami keberadaan Allah, sehingga bersedia melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan demi mengantarkan manusia pada kesempurnaan jiwa. Bedanya, kalam lebih bersifat teoritis sementara tasawuf lebih bersifat praktis. Kalam sebagai sarana teoritis dapat mengantarkan manusia kepada keyakinan logis. Keyakinan logis ini baru akan terealisasi nyata secara praktis melalui melalui tasawuf. Meski demikian, Ibn Taymiyyah menolak konsep penyatuan diri dengan Tuhan sebagai tujuan utama manusia. Melebur dalam diri Tuhan dan kontemplasi atas Realitas tertinggi, menurutnya, harus dilihat dari aspek syariah. Baginya, puncak dari kesatuan adalah penyembahan dan ibadah kepada Tuhan. Kata kunci : Teologi Islam, mistisime, epistemologi, fithrah , wa ḥ dat a l - wuj ū d.\",\"PeriodicalId\":31008,\"journal\":{\"name\":\"Kanz Philosophia A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism\",\"volume\":\"26 1\",\"pages\":\"53-71\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2016-06-22\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Kanz Philosophia A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.20871/kpjipm.v6i1.159\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Kanz Philosophia A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.20871/kpjipm.v6i1.159","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
摘要:伊斯兰神学家和苏菲派很少被认为有完全不同的方式来发现神的真理。在伊本·泰米亚看来,相反,伊斯兰神学和神秘主义共同努力,使人们了解上帝的存在,因此,他们愿意做好事,离开坏。这将使人的灵魂臻于完美。它的不同之处在于伊斯兰神学(kal ā m)更理论化,而神秘主义更实践性。伊斯兰神学作为一种理论手段,引导人们走向逻辑信仰。然而,当这种逻辑信仰被苏菲主义指控时,它的实现实际上就会出现。然而,伊本·泰米亚否认“与真主结合”是人类生活的最高目标。对神的专注和对最高实在的观照,应该以“sh ar’a”来实现。对他来说,最高的专注是专注于敬拜神。关键词:伊斯兰神学,神秘主义,禁欲主义,认识论,f iṭra, waḥdat al-wujūd。摘要:Umumnya, technology dan Sufi dipandang berusaha menemukan kebenaran Tuhan dengan caranya masing-masing yang berbeda dan tinak saling terkait satama lain。Namun sebaliknya, bagi Ibn Taymiyyah, kalam dan tasawuf sama-sama berupaya untuk mengantarkan manusia memahami keberadaan Allah, sehinga bersedia melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan demi mengantarkan manusia pada kesempurnaan jiwa。Bedanya, kalam lebih bersifat teoritis, sementara, tasawuf lebih bersifat praktis。[中文]:我是说,我是说,我是说,我是说。Keyakinan罗技ini巴鲁阿坎人terealisasi nyata secara praktis melalui melalui tasawuf。Meski demikian, Ibn Taymiyyah menolak konsep penyatuan diri dengan Tuhan sebagai tujuan utama手稿。Melebur dalam diri Tuhan dan kontemplasi atas Realitas tertinggi, menurutnya, harus dilihat dari讲伊斯兰教。Baginya, punak dari kesatuan adalah penyembahan dan ibadah kepada Tuhan。Kata kunci:神学伊斯兰教,mistisime,认识论,fithrah, wa ā dat a l - wuj ' d。
DIALECTIC OF THEOLOGY AND MYSTICISM IN ISLAM:A STUDY OF IBN TAYMIYYA
Abstract : Islamic theologians and sufi orders are rarely considered to have totally different ways of of discovering the truth of God. In the view of Ibn Taymiyya, on the contrary, Islamic theology and mysticism, both together strive to deliver people to understand the existence of God so they are, accordingly, willing to do good and leave the bad. This what will bring into the perfection of human soul. What makes it different is that Islamic theology ( kal ā m ) is more theoretical, while mysticism is more practical. Islamic theology as a theoretical mean leads man to the logical belief. Yet, the realization of this logical belief will practically be appeared when it was charged by Sufism. Yet, Ibn Taymiyya denies such concepts as “union with God” as the highest goal of human life. Absorption into the God and contemplation into the highest Reality should be realized in terms of s h ar ī ‘a . For him, the supreme absorption is the absorption in worshiping ( ‘ ib ā da ) God. Keywords : Islamic theology, mysticism, ascetic, epistemology, f iṭra , waḥdat al-wujūd. Abstrak : Umumnya, teolog dan Sufi dipandang berusaha menemukan kebenaran Tuhan dengan caranya masing-masing yang berbeda dan tidak saling terkait satu sama lain. Namun sebaliknya, bagi Ibn Taymiyyah, kalam dan tasawuf sama-sama berupaya untuk mengantarkan manusia memahami keberadaan Allah, sehingga bersedia melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan demi mengantarkan manusia pada kesempurnaan jiwa. Bedanya, kalam lebih bersifat teoritis sementara tasawuf lebih bersifat praktis. Kalam sebagai sarana teoritis dapat mengantarkan manusia kepada keyakinan logis. Keyakinan logis ini baru akan terealisasi nyata secara praktis melalui melalui tasawuf. Meski demikian, Ibn Taymiyyah menolak konsep penyatuan diri dengan Tuhan sebagai tujuan utama manusia. Melebur dalam diri Tuhan dan kontemplasi atas Realitas tertinggi, menurutnya, harus dilihat dari aspek syariah. Baginya, puncak dari kesatuan adalah penyembahan dan ibadah kepada Tuhan. Kata kunci : Teologi Islam, mistisime, epistemologi, fithrah , wa ḥ dat a l - wuj ū d.