{"title":"被忽视的伊斯兰文明?菲律宾棉兰老岛穆斯林知识分子网络19世纪阿里姆·乌洛穆丁·赛义德手稿集","authors":"Moch. Khafidz Fuad Raya, Johaina Ali Samsodden","doi":"10.33086/jic.v4i1.2922","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This article attempts to fill a research gap on the development of Islam in Mindanao, Southern Philippines, in the 19th century, where Muslim traditions in the region were well established and connected with Muslim intellectuals in other Islamic worlds. This relates mainly to a set of primary sources of Islamic manuscripts recently discovered by scholars such as Gallop, Fathurrahman, and Kawashima in the Mindanao area, which previously belonged to a local Maranao ‘ulamā’, named Shaykh Aleem Ulomuddin Said. This collection of manuscripts is written in three languages: Malay, Arabic, and Maranao, which contains various fields (al-Qur’ān studies, ḥadīth, tafsir, tasawuf, prayer, and ajimat, akidah and theology, and Arabic morphology). Using a qualitative approach and philological research methods, the findings of this study indicate that these Islamic manuscripts show the close relationship of Mindanao Muslim networks during the 18th and 19th centuries with their other Malay counterparts, such as those in Aceh, Banten, Cirebon, and Minangkabau. It also confirmed its network with the wider Islamic world in the Middle East region (Mecca, Medina, and Yemen) through the Sufi order of Shaṭṭārīyah, and influenced the intellectual tradition until the 19th century. Artikel ini mencoba mengisi gap research yang sangat terbatas tentang perkembangan Islam di Mindanao, Filipina Selatan pada abad ke-19 dimana tradisi Muslim di wilayah tersebut sudah mapan dan terhubung dengan intelektual Muslim di dunia Islam lainnya. Ini terutama berkaitan dengan satu set sumber utama manuskrip Islam yang baru-baru ini ditemukan oleh cendikiawan seperti Gallop, Fathurahman, dan Kawashima di daerah Mindanao, yang sebelumnya milik seorang ‘ulamā lokal Maranao, yang bernama Syaikh Aleem Ulomuddin Said. Koleksi manuskrip ini ditulis dengan tiga bahasa yaitu bahasa Melayu, Arab, dan Maranao yang berisi berbagai bidang (studi al-Qur’ān, ḥadīth, tafsir, tasawuf, doa dan ajimat, akidah dan teologi, serta morfologi Arab). Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode penelitian filologi, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa manuskrip-manuskrip Islam ini menunjukkan hubungan erat jaringan Muslim Mindanao selama abad ke-18 dan 19 dengan rekan-rekan Melayu mereka lainnya seperti di Aceh, Banten, Cirebon, dan Minangkabau. Hal ini juga menegaskan jaringan mereka dengan dunia Islam yang lebih luas, lebih khusus lagi dengan wilayah Timur Tengah (Mekah, Madinah, dan Yaman) melalui tarekat Sufi Shaṭṭārīyah, dan berpengaruh terhadap tradisi intelektual sampai abad ke-19.","PeriodicalId":34249,"journal":{"name":"Sunan Kalijaga International Journal of Islamic Civilization","volume":"33 6 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Neglected Islamic Civilization? Muslim Intellectual Network in Mindanao, Philippines 19th Century in Aleem Ulomuddin Said Manuscript Collection\",\"authors\":\"Moch. Khafidz Fuad Raya, Johaina Ali Samsodden\",\"doi\":\"10.33086/jic.v4i1.2922\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"This article attempts to fill a research gap on the development of Islam in Mindanao, Southern Philippines, in the 19th century, where Muslim traditions in the region were well established and connected with Muslim intellectuals in other Islamic worlds. This relates mainly to a set of primary sources of Islamic manuscripts recently discovered by scholars such as Gallop, Fathurrahman, and Kawashima in the Mindanao area, which previously belonged to a local Maranao ‘ulamā’, named Shaykh Aleem Ulomuddin Said. This collection of manuscripts is written in three languages: Malay, Arabic, and Maranao, which contains various fields (al-Qur’ān studies, ḥadīth, tafsir, tasawuf, prayer, and ajimat, akidah and theology, and Arabic morphology). Using a qualitative approach and philological research methods, the findings of this study indicate that these Islamic manuscripts show the close relationship of Mindanao Muslim networks during the 18th and 19th centuries with their other Malay counterparts, such as those in Aceh, Banten, Cirebon, and Minangkabau. It also confirmed its network with the wider Islamic world in the Middle East region (Mecca, Medina, and Yemen) through the Sufi order of Shaṭṭārīyah, and influenced the intellectual tradition until the 19th century. Artikel ini mencoba mengisi gap research yang sangat terbatas tentang perkembangan Islam di Mindanao, Filipina Selatan pada abad ke-19 dimana tradisi Muslim di wilayah tersebut sudah mapan dan terhubung dengan intelektual Muslim di dunia Islam lainnya. Ini terutama berkaitan dengan satu set sumber utama manuskrip Islam yang baru-baru ini ditemukan oleh cendikiawan seperti Gallop, Fathurahman, dan Kawashima di daerah Mindanao, yang sebelumnya milik seorang ‘ulamā lokal Maranao, yang bernama Syaikh Aleem Ulomuddin Said. Koleksi manuskrip ini ditulis dengan tiga bahasa yaitu bahasa Melayu, Arab, dan Maranao yang berisi berbagai bidang (studi al-Qur’ān, ḥadīth, tafsir, tasawuf, doa dan ajimat, akidah dan teologi, serta morfologi Arab). Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode penelitian filologi, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa manuskrip-manuskrip Islam ini menunjukkan hubungan erat jaringan Muslim Mindanao selama abad ke-18 dan 19 dengan rekan-rekan Melayu mereka lainnya seperti di Aceh, Banten, Cirebon, dan Minangkabau. Hal ini juga menegaskan jaringan mereka dengan dunia Islam yang lebih luas, lebih khusus lagi dengan wilayah Timur Tengah (Mekah, Madinah, dan Yaman) melalui tarekat Sufi Shaṭṭārīyah, dan berpengaruh terhadap tradisi intelektual sampai abad ke-19.\",\"PeriodicalId\":34249,\"journal\":{\"name\":\"Sunan Kalijaga International Journal of Islamic Civilization\",\"volume\":\"33 6 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-08-28\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Sunan Kalijaga International Journal of Islamic Civilization\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.33086/jic.v4i1.2922\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Sunan Kalijaga International Journal of Islamic Civilization","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.33086/jic.v4i1.2922","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
本文试图填补19世纪菲律宾南部棉兰老岛伊斯兰教发展的研究空白,该地区的穆斯林传统已经建立起来,并与其他伊斯兰世界的穆斯林知识分子联系在一起。这主要与最近由Gallop、Fathurrahman和Kawashima等学者在棉兰老岛地区发现的一组伊斯兰手稿的主要来源有关,这些手稿以前属于当地的马拉瑙“ulamna”,名叫Shaykh Aleem Ulomuddin Said。这本手稿集是用马来语、阿拉伯语和马拉瑙语三种语言写成的,其中包含了各种领域(古兰经ān研究,ḥadīth, tafsir, tasawuf,祈祷,和ajimat, akidah和神学,以及阿拉伯形态学)。利用定性方法和语言学研究方法,本研究的结果表明,这些伊斯兰手稿显示了18世纪和19世纪棉兰老岛穆斯林网络与其他马来同行的密切关系,如亚齐、万丹、希勒本和米南卡保的穆斯林网络。它还通过Shaṭṭārīyah的苏菲教团确认了它与中东地区(麦加、麦地那和也门)更广泛的伊斯兰世界的网络,并影响了直到19世纪的知识传统。Artikel ini mencoba mengisi gap research yang sangat terbatas tentang perkembangan Islam di Mindanao,菲律宾,Selatan pada abad ke-19 dimana tradisi Muslim di wilayah tersebut sudah mapan dan terhubung dengan知识分子Muslim di dunia Islam lainnya。Ini terutama berkaitan dengan研究集sumber utama manuskrip伊斯兰杨baru-baru Ini ditemukan oleh pokalchuk cendikiawan seperti疾驰,Fathurahman,丹川岛di daerah棉兰老岛,杨sebelumnya milik seorang”乌兰ālokal Maranao,杨记者Syaikh阿Ulomuddin说。Koleksi manuskrip ini ditulis dengan tiga bahasa yitu bahasa Melayu, arabic, dan Maranao yang berisi berbagai bidang (studi al-Qur ' ān, ḥadīth, tafsir, tasawuf, doa dan ajimat, akidah dan teologi, serta morfologi arabic)。登干,孟古纳干,潘德加丹,kalitatif danmetode penelitian filologi, teman penelitian ini menunjukkan bahwa manuskrip- manuskp伊斯兰教,menunjukkan hubungan erjingan穆斯林,棉兰老岛,selama - akke -18丹,登干,rekan-rekan Melayu mereka lannya seperti di亚齐,万丹,锡伯恩,丹米南卡保。halini juga menegaskan jaringan mereka dengan dunia Islam yang lebih luas, lebih khusus lagi dengan wilayah Timur Tengah (Mekah, Madinah, dan Yaman) melalui tarekat Sufi Shaṭṭārīyah, dan berpengaruh terhadap tradisi知识分子sampai abad ke-19。
Neglected Islamic Civilization? Muslim Intellectual Network in Mindanao, Philippines 19th Century in Aleem Ulomuddin Said Manuscript Collection
This article attempts to fill a research gap on the development of Islam in Mindanao, Southern Philippines, in the 19th century, where Muslim traditions in the region were well established and connected with Muslim intellectuals in other Islamic worlds. This relates mainly to a set of primary sources of Islamic manuscripts recently discovered by scholars such as Gallop, Fathurrahman, and Kawashima in the Mindanao area, which previously belonged to a local Maranao ‘ulamā’, named Shaykh Aleem Ulomuddin Said. This collection of manuscripts is written in three languages: Malay, Arabic, and Maranao, which contains various fields (al-Qur’ān studies, ḥadīth, tafsir, tasawuf, prayer, and ajimat, akidah and theology, and Arabic morphology). Using a qualitative approach and philological research methods, the findings of this study indicate that these Islamic manuscripts show the close relationship of Mindanao Muslim networks during the 18th and 19th centuries with their other Malay counterparts, such as those in Aceh, Banten, Cirebon, and Minangkabau. It also confirmed its network with the wider Islamic world in the Middle East region (Mecca, Medina, and Yemen) through the Sufi order of Shaṭṭārīyah, and influenced the intellectual tradition until the 19th century. Artikel ini mencoba mengisi gap research yang sangat terbatas tentang perkembangan Islam di Mindanao, Filipina Selatan pada abad ke-19 dimana tradisi Muslim di wilayah tersebut sudah mapan dan terhubung dengan intelektual Muslim di dunia Islam lainnya. Ini terutama berkaitan dengan satu set sumber utama manuskrip Islam yang baru-baru ini ditemukan oleh cendikiawan seperti Gallop, Fathurahman, dan Kawashima di daerah Mindanao, yang sebelumnya milik seorang ‘ulamā lokal Maranao, yang bernama Syaikh Aleem Ulomuddin Said. Koleksi manuskrip ini ditulis dengan tiga bahasa yaitu bahasa Melayu, Arab, dan Maranao yang berisi berbagai bidang (studi al-Qur’ān, ḥadīth, tafsir, tasawuf, doa dan ajimat, akidah dan teologi, serta morfologi Arab). Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode penelitian filologi, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa manuskrip-manuskrip Islam ini menunjukkan hubungan erat jaringan Muslim Mindanao selama abad ke-18 dan 19 dengan rekan-rekan Melayu mereka lainnya seperti di Aceh, Banten, Cirebon, dan Minangkabau. Hal ini juga menegaskan jaringan mereka dengan dunia Islam yang lebih luas, lebih khusus lagi dengan wilayah Timur Tengah (Mekah, Madinah, dan Yaman) melalui tarekat Sufi Shaṭṭārīyah, dan berpengaruh terhadap tradisi intelektual sampai abad ke-19.