{"title":"柳丁杆菌和柳丁杆菌的益生菌活性分数","authors":"P. Sari, Desty Ervira Puspaningtyas","doi":"10.35842/ILGI.V2I2.89","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Latar Belakang: Growol adalah makanan fermentasi tradisional dari singkong. Proses fermentasi diduga mampu memperbaiki karakteristik fisik tepung, meningkatkan kadar serat pangan dan kadar pati resisten. Namun demikian, potensi prebiotik dari growol terhadap perubahan bakteri saluran cerna secara in vitro belum pernah dipelajari. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi prebiotik growol terhadap bakteri saluran cerna (Lactobacillus sp. dan Escherichia coli). Metode: Bahan yang digunakan adalah tepung growol sebagai produk fermentasi, tepung singkong sebagai kontrol bahan baku, glukosa sebagai kontrol substrat pada medium mikrobiologis, serta FOS dan dekstrin sebagai kontrol positif prebiotik komersial. Growol dibuat melalui fermentasi spontan yang selanjutnya dikeringkan dan digiling hingga berukuran 60 mesh menjadi tepung growol. Pengujian in vitro dilakukan pada Lactobacillus sp. dan Escherichia coli dengan menambahkan 1% (v/v) kultur ke dalam basal MRS dan basal Nutrient Broth. Pertumbuhan bakteri diukur pada jam 0, 24 dan 48 dengan metode plate count. Skor aktivitas prebiotik dihitung berdasarkan persamaan Huebner, selanjutnya data diolah dengan uji Kruskal Wallis. Hasil: Tidak terdapat perbedaan skor aktivitas prebiotik yang signifkan baik pada jam 24 (p=0,193) maupun jam 48 (p=0,244). Namun demikian semua sampel menunjukkan skor aktivitas prebiotik positif dengan nilai skor tertinggi pada jam ke 24 adalah dextrin (0,46) diikuti FOS (0,07), growol (0,04), dan singkong (0,02). Skor tertinggi pada jam ke-48 adalah FOS (8,56) diikuti growol (1,06), dekstrin (0,61), dan singkong (0,70). Kesimpulan: Singkong maupun growol berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan pangan sumber prebiotik. Namun demikian, penelitian lebih lanjut terutama secara in vivo diperlukan untuk mengkaji lebih lanjut mengenai potensi prebiotik growol.","PeriodicalId":13397,"journal":{"name":"Ilmu Gizi Indonesia","volume":"20 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-02-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"5","resultStr":"{\"title\":\"Skor aktivitas prebiotik growol (makanan fermentasi tradisional dari singkong) terhadap Lactobacillus sp. dan Escherichia coli\",\"authors\":\"P. Sari, Desty Ervira Puspaningtyas\",\"doi\":\"10.35842/ILGI.V2I2.89\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Latar Belakang: Growol adalah makanan fermentasi tradisional dari singkong. Proses fermentasi diduga mampu memperbaiki karakteristik fisik tepung, meningkatkan kadar serat pangan dan kadar pati resisten. Namun demikian, potensi prebiotik dari growol terhadap perubahan bakteri saluran cerna secara in vitro belum pernah dipelajari. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi prebiotik growol terhadap bakteri saluran cerna (Lactobacillus sp. dan Escherichia coli). Metode: Bahan yang digunakan adalah tepung growol sebagai produk fermentasi, tepung singkong sebagai kontrol bahan baku, glukosa sebagai kontrol substrat pada medium mikrobiologis, serta FOS dan dekstrin sebagai kontrol positif prebiotik komersial. Growol dibuat melalui fermentasi spontan yang selanjutnya dikeringkan dan digiling hingga berukuran 60 mesh menjadi tepung growol. Pengujian in vitro dilakukan pada Lactobacillus sp. dan Escherichia coli dengan menambahkan 1% (v/v) kultur ke dalam basal MRS dan basal Nutrient Broth. Pertumbuhan bakteri diukur pada jam 0, 24 dan 48 dengan metode plate count. Skor aktivitas prebiotik dihitung berdasarkan persamaan Huebner, selanjutnya data diolah dengan uji Kruskal Wallis. Hasil: Tidak terdapat perbedaan skor aktivitas prebiotik yang signifkan baik pada jam 24 (p=0,193) maupun jam 48 (p=0,244). Namun demikian semua sampel menunjukkan skor aktivitas prebiotik positif dengan nilai skor tertinggi pada jam ke 24 adalah dextrin (0,46) diikuti FOS (0,07), growol (0,04), dan singkong (0,02). Skor tertinggi pada jam ke-48 adalah FOS (8,56) diikuti growol (1,06), dekstrin (0,61), dan singkong (0,70). Kesimpulan: Singkong maupun growol berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan pangan sumber prebiotik. Namun demikian, penelitian lebih lanjut terutama secara in vivo diperlukan untuk mengkaji lebih lanjut mengenai potensi prebiotik growol.\",\"PeriodicalId\":13397,\"journal\":{\"name\":\"Ilmu Gizi Indonesia\",\"volume\":\"20 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2019-02-25\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"5\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Ilmu Gizi Indonesia\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.35842/ILGI.V2I2.89\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Ilmu Gizi Indonesia","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.35842/ILGI.V2I2.89","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Skor aktivitas prebiotik growol (makanan fermentasi tradisional dari singkong) terhadap Lactobacillus sp. dan Escherichia coli
Latar Belakang: Growol adalah makanan fermentasi tradisional dari singkong. Proses fermentasi diduga mampu memperbaiki karakteristik fisik tepung, meningkatkan kadar serat pangan dan kadar pati resisten. Namun demikian, potensi prebiotik dari growol terhadap perubahan bakteri saluran cerna secara in vitro belum pernah dipelajari. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi prebiotik growol terhadap bakteri saluran cerna (Lactobacillus sp. dan Escherichia coli). Metode: Bahan yang digunakan adalah tepung growol sebagai produk fermentasi, tepung singkong sebagai kontrol bahan baku, glukosa sebagai kontrol substrat pada medium mikrobiologis, serta FOS dan dekstrin sebagai kontrol positif prebiotik komersial. Growol dibuat melalui fermentasi spontan yang selanjutnya dikeringkan dan digiling hingga berukuran 60 mesh menjadi tepung growol. Pengujian in vitro dilakukan pada Lactobacillus sp. dan Escherichia coli dengan menambahkan 1% (v/v) kultur ke dalam basal MRS dan basal Nutrient Broth. Pertumbuhan bakteri diukur pada jam 0, 24 dan 48 dengan metode plate count. Skor aktivitas prebiotik dihitung berdasarkan persamaan Huebner, selanjutnya data diolah dengan uji Kruskal Wallis. Hasil: Tidak terdapat perbedaan skor aktivitas prebiotik yang signifkan baik pada jam 24 (p=0,193) maupun jam 48 (p=0,244). Namun demikian semua sampel menunjukkan skor aktivitas prebiotik positif dengan nilai skor tertinggi pada jam ke 24 adalah dextrin (0,46) diikuti FOS (0,07), growol (0,04), dan singkong (0,02). Skor tertinggi pada jam ke-48 adalah FOS (8,56) diikuti growol (1,06), dekstrin (0,61), dan singkong (0,70). Kesimpulan: Singkong maupun growol berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan pangan sumber prebiotik. Namun demikian, penelitian lebih lanjut terutama secara in vivo diperlukan untuk mengkaji lebih lanjut mengenai potensi prebiotik growol.