{"title":"加里曼丹中部水泥炭水体(KHG)的热点分布模式。案例研究:2017年至2017年","authors":"Yusuf Aguswan","doi":"10.36873/jht.v14i1.330","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan ekologis yang makin sering terjadi dekade ini. Kebakaran hutan dan kabut asap yang terjadi sepanjang Juni – Oktober 2015 di Indonesia, telah berdampak buruk bagi perekonomian nasional. Kebakaran tersebut menghanguskan 2,6 juta hektarhutan dan lahan serta kerugian mencapai Rp 221 triliun. Pencegahan sejak awal perlu dilakukan dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan. Salah satunya alternatif pencegahan adalah dengan menggunakan teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Pada kajian ini dilakukan di Kawasan Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) Provinsi kalimantan Tengah. Dari hasil analisis didapatkan hasil bahwa a) Data MODIS dan Perangkat Lunak Sistem Informasi Geografis mempunyai kemempuan yang baik untuk melihat fenomena keruangan di Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) Provinsi Kalimantan Tengah; b) Sebaran Hotspot di Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) Provinsi Kalimantan Tengah mengikuti pola sebaran jaringan sungai dan jalan atau mengikuti aksessibilitas; c) Pola sebaran hotspot di Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan jaringan jalan adalah tersebar merata pada jarak 0 – 5.000 m dan menumpuk pada jarak > 5.000 m dan d) Pola sebaran hotspot di Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan jaringan sungai adalah lebih banyak pada jarak 0 – 2000 m dan dan merata pada jarak 2001 m - > 5.000 m","PeriodicalId":42714,"journal":{"name":"Jurnal Manajemen Hutan Tropika","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.4000,"publicationDate":"2020-08-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Pola Sebaran Titik Panas (Hot Spot) di Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) Provinsi Kalimantan Tengah. Studi Kasus Tahun 2015-2017\",\"authors\":\"Yusuf Aguswan\",\"doi\":\"10.36873/jht.v14i1.330\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan ekologis yang makin sering terjadi dekade ini. Kebakaran hutan dan kabut asap yang terjadi sepanjang Juni – Oktober 2015 di Indonesia, telah berdampak buruk bagi perekonomian nasional. Kebakaran tersebut menghanguskan 2,6 juta hektarhutan dan lahan serta kerugian mencapai Rp 221 triliun. Pencegahan sejak awal perlu dilakukan dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan. Salah satunya alternatif pencegahan adalah dengan menggunakan teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Pada kajian ini dilakukan di Kawasan Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) Provinsi kalimantan Tengah. Dari hasil analisis didapatkan hasil bahwa a) Data MODIS dan Perangkat Lunak Sistem Informasi Geografis mempunyai kemempuan yang baik untuk melihat fenomena keruangan di Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) Provinsi Kalimantan Tengah; b) Sebaran Hotspot di Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) Provinsi Kalimantan Tengah mengikuti pola sebaran jaringan sungai dan jalan atau mengikuti aksessibilitas; c) Pola sebaran hotspot di Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan jaringan jalan adalah tersebar merata pada jarak 0 – 5.000 m dan menumpuk pada jarak > 5.000 m dan d) Pola sebaran hotspot di Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan jaringan sungai adalah lebih banyak pada jarak 0 – 2000 m dan dan merata pada jarak 2001 m - > 5.000 m\",\"PeriodicalId\":42714,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Manajemen Hutan Tropika\",\"volume\":null,\"pages\":null},\"PeriodicalIF\":0.4000,\"publicationDate\":\"2020-08-12\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Manajemen Hutan Tropika\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.36873/jht.v14i1.330\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"Q4\",\"JCRName\":\"FORESTRY\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Manajemen Hutan Tropika","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.36873/jht.v14i1.330","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"Q4","JCRName":"FORESTRY","Score":null,"Total":0}
Pola Sebaran Titik Panas (Hot Spot) di Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) Provinsi Kalimantan Tengah. Studi Kasus Tahun 2015-2017
Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan ekologis yang makin sering terjadi dekade ini. Kebakaran hutan dan kabut asap yang terjadi sepanjang Juni – Oktober 2015 di Indonesia, telah berdampak buruk bagi perekonomian nasional. Kebakaran tersebut menghanguskan 2,6 juta hektarhutan dan lahan serta kerugian mencapai Rp 221 triliun. Pencegahan sejak awal perlu dilakukan dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan. Salah satunya alternatif pencegahan adalah dengan menggunakan teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Pada kajian ini dilakukan di Kawasan Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) Provinsi kalimantan Tengah. Dari hasil analisis didapatkan hasil bahwa a) Data MODIS dan Perangkat Lunak Sistem Informasi Geografis mempunyai kemempuan yang baik untuk melihat fenomena keruangan di Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) Provinsi Kalimantan Tengah; b) Sebaran Hotspot di Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) Provinsi Kalimantan Tengah mengikuti pola sebaran jaringan sungai dan jalan atau mengikuti aksessibilitas; c) Pola sebaran hotspot di Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan jaringan jalan adalah tersebar merata pada jarak 0 – 5.000 m dan menumpuk pada jarak > 5.000 m dan d) Pola sebaran hotspot di Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan jaringan sungai adalah lebih banyak pada jarak 0 – 2000 m dan dan merata pada jarak 2001 m - > 5.000 m