Andrik Rosela, Takdir Syarif, Zakir Sabara, M. Mustafiah
{"title":"优化Zeolit在肥皂废物中吸收硫的使用","authors":"Andrik Rosela, Takdir Syarif, Zakir Sabara, M. Mustafiah","doi":"10.33536/jcpe.v6i2.1064","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Detergent waste contains sulfur harmful ingredients that can disrupt the balance of marine life. Detergent waste can change the color of the water to brown and emit a foul odor. Therefore, it is necessary to make an effort to reduce the amount of pollutants in the detergent waste before it is distributed to the community. The purpose of this study was to prove that the use of zeolite can reduce the sulfur component in soapy water, and to determine the ratio of mixing time and optimum weight of zeolite to achieve maximum Journal of Chemical Process Engineering e-ISSN Number 2655 2967 125 absorption. This research was conducted in a research laboratory majoring in Chemical Engineering, FTI UMI Indonesia, and testing was carried out at SMAK Makassar. This research was conducted using samples of laundry waste, materials such as zeolite, activated carbon and analysis using a spectrophotometer. The research process was carried out by taking 250 ml of waste samples then added with zeoil according to the variables used and the adsorption process was carried out. After that, it was analyzed using a spectrophotometer. From the results of the research conducted, it can be concluded that the use of zeolite can reduce the sulfur component in the laundry waste soap water and optimal absorption occurs in the addition of 40 g of zeolite with a stirring time of 210 minutes. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki perairan yang sangat luas namun cukup tercemar, yang diakibatkan dengan pembuangan limbah yang berasal dari Industri-Industri yang berada di Indonesia, maupun kegiatan rumah tangga tiap harinya. Secara umum limbah diterjemahkan adalah sisa proses produksi, atau juga dapat diterjemahkan sebagai bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga. Atau juga dapat diterjemahkan sebagai barang yang rusak atau cacat dalam proses produksi. Limbah buangan dari industri yang berada di Indonesia lebih banyak dicemari oleh limbah cair yang dibuang ke saluran perairan, kali ataupun selokan. Contohnya sisa pewarna pakaian, pengawet cair, kebocoran minyak di laut yang biasanya akan langsung diolah oleh pusat K3 dalam perusahaan tersebut. Sedangkan, limbah buangan dari kegiatan rumah tangga seperti bekas cucian piring maupun pakaian yang lebih banyak mengandung detergen. Limbah detergen termasuk ke dalam jenis greywater yang mengandung bahan-bahan berbahaya seperti petrokimia dan sulfur bahkan nonylphenol ethoxylates (NPE) yang merupakan produk sampingan dalam detergen dan salah satu ancaman utama bagi kehidupan laut dengan meniru hormone dan mengganggu sistem endoktrin. Alhasil, detergen yang dibuang dalam tangka bisa membunuh bakteri pengurai. Begitu pula jika dibuang langsung ke selokan, akan bermuara ke sungai dan membuatnya tercemar. Jika kita amati saat ini perubahan aktifitas manusia telah mengalami gradasi yang sangat signifikan, dimana laju pertumbuhan teknologi dan industri menyebabkan manusia memilih jalan instant dalam penyelesaian suatu aktifitas. Yang menjadi masalah setelah itu adalah adanya limbah yang mungkin saja terjadi dari setiap aktifitas yang terjadi. Dengan limbah yang terus terjadi maka pastinya jumlah limbah yang dihasilkan akan terus meningkat dari waktu ke waktu. Berdasarkan hasil pemantauan Dinas Lingkungan Hidup sementara, untuk kota Makassar saat ini terdapat lebih dari 300 laundry yang beroperasi, dimana yang terdaftar saat ini yang terdata melalui asosiasi laundry Indonesia (ASLI) kota Makassar hanya sebesar kurang lebih 133 laundry yang keseluruhan laundry belum memiliki izin lingkungan sederhana yaitu Surat pernyataan Pengelolaan Lingkungan atau yang disingkat SPPL. SPPL ini merupakan suatu pernyataan kesanggupan dari industri Laundry kepada pemerintah sebagai komitmen dalam menjaga dan mengelola lingkungan menjadi lebih baik. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Setyobudiarso dan endro yuwono [5] maka dapat dilihat bahwa telah dilakukan proses desain rancang bangun sederhana terhadap alat penyerap limbah domestic laundry dengan melakukan kombinasi tekanan umpan aliran kedalam alat yang diisikan dengan bahan silika oksidasi dan karbon aktif dengan selama waktu tertentu. Sementara pada penelitian ini melakukan optimalisasi komposisi campuran penyerap (adsorben) antara silika oksida (SiO2) dan karbon aktif sehingga menurunkan kadar Chemical Oksigen Dissolved (COD) pada limbah laundry. Pendekatan COD dalam kasus ini adalah serapan jumlah komponen terbesar dalam limbah hasil penggunakan detergen berupa sulfur (S) yang ada dalam air. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di laboratorium riset jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, UMI Makassar dan Analisa Instrumentasi dilakukan di SMAK Makassar. Journal of Chemical Process Engineering e-ISSN Number 2655 2967 126 Bahan yang digunakan adalah air limbah sabun yang diambil dari salah satu industri laundry yang ada di perumahan Nusa Tamalanrea Indah, Tamalanrea Kota Makassar. Selain itu zeolite yang digunakan diperoleh dari took baha n kimia pada umumnya. Sedangkan bahan baku yang digunakan dipersiapkan oleh SMAK Makassar. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah motor pengaduk, spektrofotometer UV-Vis, lumpang porselin, ayakan dengan diameter 40, 80, 100 dan 200 mesh. Prosedur persiapan Adsorben Zeolit Bahan Zeolit yang digunakan akan digiling secara halus dan kemudian diayak dengan ayakan -40 + 80 mesh, hal ini sama dilakukan untuk karbon aktif yangan ada. Setelah itu bahan akan di ovenkan dalam oven selama kurang lebih 120 menit pada suhu 100oC agar bahan benar benar kering. Bahan di simpan pada tempat yang aman dan kering dalam keadaan tertutup. Prosedur pengambilan Limbah Limbah cair akan diambil pada jam 10.00 pagi WITA sampai dengan pukul 14.00 WITA dimana pada jam tersebut laundry sementara melakukan proses pencucian. Limbah tersebut diambil pasca proses pencucian dari mesin cuci sebelum dibuang ke selokan areal perumahan sebanyak kurang lebih 20 liter sampel. Prosedur pengukuran kadar sulfur dalam limbah Perlakuan I Sampel diambil sebanyak 50 ml untuk kemudian disimpan didalam botol pengambilan sampel, setelah itu dilakukan uji spektrofotometer untuk mendapatkan data keadaan awal. Membuat komposisi adsorben dimana digunakan 10 gram adsorben berupa zeolite yang dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer 250 ml. limbah diambil sebanyak 250 ml kemudian dimasukkan bersamaan dengan adsorben kemudian diaduk selama kurang lebih 15 menit. Proses pengadukan menggunakan magnetic stirrer dalam skala 3. Pada 15 menit kemudian sampel didiamkan kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring hingga padatan adsorben tertahan pada kain penyaring. Sampel yang telah jernih kemudian dilakukan pengujian lanjutan denan menggunakan spektrofotometer untuk mengukur kadar sulfur yang ada pada sampel. Proses (20 dengan (6) diulang untuk waktu 30 menit, 45 menit, 60 menit, 75 menit, 90 menit, 105 menit, hingga keadaan steady state pada masing masin perlakuan. Perlakuan II Sampel diambil sebanyak 50 ml untuk kemudian disimpan didalam botol pengambilan sampel, setelah setelah itu dilakukan uji spektrofotometer untuk mendapat data keadaan awal. Membuat komposisi adsorben dimana digunakan 25 gram adsorben berupa zeolite yang dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer 250 ml. Limbah diambil sebanyak 250 ml kemudian dimasukkan bersamaan dengan adsorben kemudian diaduk selama +/15 menit. Proses pengadukan menggunakan magnetic stirrer dalam skala 3. Pada 15 menit kemudian sampel didiamkan kemudian disaring dengan dengan menggunakan kertas saring hingga padatan adsorben tertahan pada kain penyaring. Sampel yang telah jernih kemudian dilakukan pengujian lanjutan dengan menggunakan spektrofotometer untuk mengukur kadar sulfur yang ada pada sampel. Proses (2) sampai dengan (6) diulang untuk waktu 30 menit, 45 menit, 60 menit, 75 menit, 90 menit, 105 menit, hingga keadaan steady state pada masing-masing perlakuan. Perlakuan III Sampel diambil sebanyak 50 ml untuk kemudian disimpan didalam botol pengambilan sampel, setelah itu dilakukan uji spektrofotometer untuk mendapat data keadaan awal. Membuat komposisi Adsorben dimana digunakan 40 gram adsorben berupa zeolit yang dimasukkan kedalam gelas erlenmeyer 250 ml. Limbah diambil sebanyak 250 ml kemudian dimasukkan bersamaan dengan adsorben kemudian diaduk selama +/15 menit. Proses pengadukan menggunakan magnetic stirrer dalam skala 3. Pada 15 menit kemudian sampel didiamkan kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring hingga padatan adsorben tertahan pada kain penyaring. Sampel yang telah jernih kemudian dilakukan pengujian lanjutan dengan menggunakan spektrofotometer untuk mengukur kadar Sulfur yang ada pada sampel. Proses (2) sampai dengan (6) diulang untuk waktu 30 menit, 45 menit, 60 menit, 75 menit, 90 menit, 105 menit, hingga keadaan steady state pada masing-masing perlakuan. Perlakuam IV Sampel diambil sebanyak 50 ml untuk kemudian disimpan didalam botol pengambilan sampel, setelah itu dilakukan uji spektrofotometer untuk mendapat data keadaan awal. Membuat komposisi Adsorben dimana digunakan 50 gram adsorben berupa zeolit yang dimasukkan kedalam gelas erlenmeyer 250 ml. Limbah diambil sebanyak 250 ml kemudian dimasukkan bersamaan dengan adsorben kemudian diaduk selama +/15 menit. Proses pengadukan menggunakan magnetic stirrer dalam skala 3. Pada 15 menit kemudian sampel didiamkan kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring hingga padatan adsorben tertahan pada kain penyaring. Sampel yang Journal of Chemical Process Engineering e-ISSN Number 2655 2967 127 telah jernih kemudian dilakukan pengujian lanjutan dengan menggunakan spektrofotometer untuk mengukur kadar Sulfur yang ada pada sampel. Proses (2) sampai dengan (6) diulang untuk waktu 30 menit, 45 menit, 60 menit, 75 menit, 90 menit, 105 menit, hingga keadaan steady state pada masing-masing perlakuan. Prosedur pengujian AAS HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa semakin lama ","PeriodicalId":15308,"journal":{"name":"Journal of Chemical Engineering & Process Technology","volume":"24 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-12-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Optimalisasi Penggunaan Zeolit Dalam Proses Penyerapan Sulfur Pada Limbah Sabun\",\"authors\":\"Andrik Rosela, Takdir Syarif, Zakir Sabara, M. Mustafiah\",\"doi\":\"10.33536/jcpe.v6i2.1064\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Detergent waste contains sulfur harmful ingredients that can disrupt the balance of marine life. Detergent waste can change the color of the water to brown and emit a foul odor. Therefore, it is necessary to make an effort to reduce the amount of pollutants in the detergent waste before it is distributed to the community. The purpose of this study was to prove that the use of zeolite can reduce the sulfur component in soapy water, and to determine the ratio of mixing time and optimum weight of zeolite to achieve maximum Journal of Chemical Process Engineering e-ISSN Number 2655 2967 125 absorption. This research was conducted in a research laboratory majoring in Chemical Engineering, FTI UMI Indonesia, and testing was carried out at SMAK Makassar. This research was conducted using samples of laundry waste, materials such as zeolite, activated carbon and analysis using a spectrophotometer. The research process was carried out by taking 250 ml of waste samples then added with zeoil according to the variables used and the adsorption process was carried out. After that, it was analyzed using a spectrophotometer. From the results of the research conducted, it can be concluded that the use of zeolite can reduce the sulfur component in the laundry waste soap water and optimal absorption occurs in the addition of 40 g of zeolite with a stirring time of 210 minutes. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki perairan yang sangat luas namun cukup tercemar, yang diakibatkan dengan pembuangan limbah yang berasal dari Industri-Industri yang berada di Indonesia, maupun kegiatan rumah tangga tiap harinya. Secara umum limbah diterjemahkan adalah sisa proses produksi, atau juga dapat diterjemahkan sebagai bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga. Atau juga dapat diterjemahkan sebagai barang yang rusak atau cacat dalam proses produksi. Limbah buangan dari industri yang berada di Indonesia lebih banyak dicemari oleh limbah cair yang dibuang ke saluran perairan, kali ataupun selokan. Contohnya sisa pewarna pakaian, pengawet cair, kebocoran minyak di laut yang biasanya akan langsung diolah oleh pusat K3 dalam perusahaan tersebut. Sedangkan, limbah buangan dari kegiatan rumah tangga seperti bekas cucian piring maupun pakaian yang lebih banyak mengandung detergen. Limbah detergen termasuk ke dalam jenis greywater yang mengandung bahan-bahan berbahaya seperti petrokimia dan sulfur bahkan nonylphenol ethoxylates (NPE) yang merupakan produk sampingan dalam detergen dan salah satu ancaman utama bagi kehidupan laut dengan meniru hormone dan mengganggu sistem endoktrin. Alhasil, detergen yang dibuang dalam tangka bisa membunuh bakteri pengurai. Begitu pula jika dibuang langsung ke selokan, akan bermuara ke sungai dan membuatnya tercemar. Jika kita amati saat ini perubahan aktifitas manusia telah mengalami gradasi yang sangat signifikan, dimana laju pertumbuhan teknologi dan industri menyebabkan manusia memilih jalan instant dalam penyelesaian suatu aktifitas. Yang menjadi masalah setelah itu adalah adanya limbah yang mungkin saja terjadi dari setiap aktifitas yang terjadi. Dengan limbah yang terus terjadi maka pastinya jumlah limbah yang dihasilkan akan terus meningkat dari waktu ke waktu. Berdasarkan hasil pemantauan Dinas Lingkungan Hidup sementara, untuk kota Makassar saat ini terdapat lebih dari 300 laundry yang beroperasi, dimana yang terdaftar saat ini yang terdata melalui asosiasi laundry Indonesia (ASLI) kota Makassar hanya sebesar kurang lebih 133 laundry yang keseluruhan laundry belum memiliki izin lingkungan sederhana yaitu Surat pernyataan Pengelolaan Lingkungan atau yang disingkat SPPL. SPPL ini merupakan suatu pernyataan kesanggupan dari industri Laundry kepada pemerintah sebagai komitmen dalam menjaga dan mengelola lingkungan menjadi lebih baik. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Setyobudiarso dan endro yuwono [5] maka dapat dilihat bahwa telah dilakukan proses desain rancang bangun sederhana terhadap alat penyerap limbah domestic laundry dengan melakukan kombinasi tekanan umpan aliran kedalam alat yang diisikan dengan bahan silika oksidasi dan karbon aktif dengan selama waktu tertentu. Sementara pada penelitian ini melakukan optimalisasi komposisi campuran penyerap (adsorben) antara silika oksida (SiO2) dan karbon aktif sehingga menurunkan kadar Chemical Oksigen Dissolved (COD) pada limbah laundry. Pendekatan COD dalam kasus ini adalah serapan jumlah komponen terbesar dalam limbah hasil penggunakan detergen berupa sulfur (S) yang ada dalam air. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di laboratorium riset jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, UMI Makassar dan Analisa Instrumentasi dilakukan di SMAK Makassar. Journal of Chemical Process Engineering e-ISSN Number 2655 2967 126 Bahan yang digunakan adalah air limbah sabun yang diambil dari salah satu industri laundry yang ada di perumahan Nusa Tamalanrea Indah, Tamalanrea Kota Makassar. Selain itu zeolite yang digunakan diperoleh dari took baha n kimia pada umumnya. Sedangkan bahan baku yang digunakan dipersiapkan oleh SMAK Makassar. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah motor pengaduk, spektrofotometer UV-Vis, lumpang porselin, ayakan dengan diameter 40, 80, 100 dan 200 mesh. Prosedur persiapan Adsorben Zeolit Bahan Zeolit yang digunakan akan digiling secara halus dan kemudian diayak dengan ayakan -40 + 80 mesh, hal ini sama dilakukan untuk karbon aktif yangan ada. Setelah itu bahan akan di ovenkan dalam oven selama kurang lebih 120 menit pada suhu 100oC agar bahan benar benar kering. Bahan di simpan pada tempat yang aman dan kering dalam keadaan tertutup. Prosedur pengambilan Limbah Limbah cair akan diambil pada jam 10.00 pagi WITA sampai dengan pukul 14.00 WITA dimana pada jam tersebut laundry sementara melakukan proses pencucian. Limbah tersebut diambil pasca proses pencucian dari mesin cuci sebelum dibuang ke selokan areal perumahan sebanyak kurang lebih 20 liter sampel. Prosedur pengukuran kadar sulfur dalam limbah Perlakuan I Sampel diambil sebanyak 50 ml untuk kemudian disimpan didalam botol pengambilan sampel, setelah itu dilakukan uji spektrofotometer untuk mendapatkan data keadaan awal. Membuat komposisi adsorben dimana digunakan 10 gram adsorben berupa zeolite yang dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer 250 ml. limbah diambil sebanyak 250 ml kemudian dimasukkan bersamaan dengan adsorben kemudian diaduk selama kurang lebih 15 menit. Proses pengadukan menggunakan magnetic stirrer dalam skala 3. Pada 15 menit kemudian sampel didiamkan kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring hingga padatan adsorben tertahan pada kain penyaring. Sampel yang telah jernih kemudian dilakukan pengujian lanjutan denan menggunakan spektrofotometer untuk mengukur kadar sulfur yang ada pada sampel. Proses (20 dengan (6) diulang untuk waktu 30 menit, 45 menit, 60 menit, 75 menit, 90 menit, 105 menit, hingga keadaan steady state pada masing masin perlakuan. Perlakuan II Sampel diambil sebanyak 50 ml untuk kemudian disimpan didalam botol pengambilan sampel, setelah setelah itu dilakukan uji spektrofotometer untuk mendapat data keadaan awal. Membuat komposisi adsorben dimana digunakan 25 gram adsorben berupa zeolite yang dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer 250 ml. Limbah diambil sebanyak 250 ml kemudian dimasukkan bersamaan dengan adsorben kemudian diaduk selama +/15 menit. Proses pengadukan menggunakan magnetic stirrer dalam skala 3. Pada 15 menit kemudian sampel didiamkan kemudian disaring dengan dengan menggunakan kertas saring hingga padatan adsorben tertahan pada kain penyaring. Sampel yang telah jernih kemudian dilakukan pengujian lanjutan dengan menggunakan spektrofotometer untuk mengukur kadar sulfur yang ada pada sampel. Proses (2) sampai dengan (6) diulang untuk waktu 30 menit, 45 menit, 60 menit, 75 menit, 90 menit, 105 menit, hingga keadaan steady state pada masing-masing perlakuan. Perlakuan III Sampel diambil sebanyak 50 ml untuk kemudian disimpan didalam botol pengambilan sampel, setelah itu dilakukan uji spektrofotometer untuk mendapat data keadaan awal. Membuat komposisi Adsorben dimana digunakan 40 gram adsorben berupa zeolit yang dimasukkan kedalam gelas erlenmeyer 250 ml. Limbah diambil sebanyak 250 ml kemudian dimasukkan bersamaan dengan adsorben kemudian diaduk selama +/15 menit. Proses pengadukan menggunakan magnetic stirrer dalam skala 3. Pada 15 menit kemudian sampel didiamkan kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring hingga padatan adsorben tertahan pada kain penyaring. Sampel yang telah jernih kemudian dilakukan pengujian lanjutan dengan menggunakan spektrofotometer untuk mengukur kadar Sulfur yang ada pada sampel. Proses (2) sampai dengan (6) diulang untuk waktu 30 menit, 45 menit, 60 menit, 75 menit, 90 menit, 105 menit, hingga keadaan steady state pada masing-masing perlakuan. Perlakuam IV Sampel diambil sebanyak 50 ml untuk kemudian disimpan didalam botol pengambilan sampel, setelah itu dilakukan uji spektrofotometer untuk mendapat data keadaan awal. Membuat komposisi Adsorben dimana digunakan 50 gram adsorben berupa zeolit yang dimasukkan kedalam gelas erlenmeyer 250 ml. Limbah diambil sebanyak 250 ml kemudian dimasukkan bersamaan dengan adsorben kemudian diaduk selama +/15 menit. Proses pengadukan menggunakan magnetic stirrer dalam skala 3. Pada 15 menit kemudian sampel didiamkan kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring hingga padatan adsorben tertahan pada kain penyaring. Sampel yang Journal of Chemical Process Engineering e-ISSN Number 2655 2967 127 telah jernih kemudian dilakukan pengujian lanjutan dengan menggunakan spektrofotometer untuk mengukur kadar Sulfur yang ada pada sampel. Proses (2) sampai dengan (6) diulang untuk waktu 30 menit, 45 menit, 60 menit, 75 menit, 90 menit, 105 menit, hingga keadaan steady state pada masing-masing perlakuan. Prosedur pengujian AAS HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa semakin lama \",\"PeriodicalId\":15308,\"journal\":{\"name\":\"Journal of Chemical Engineering & Process Technology\",\"volume\":\"24 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2021-12-04\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Journal of Chemical Engineering & Process Technology\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.33536/jcpe.v6i2.1064\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Journal of Chemical Engineering & Process Technology","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.33536/jcpe.v6i2.1064","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Optimalisasi Penggunaan Zeolit Dalam Proses Penyerapan Sulfur Pada Limbah Sabun
Detergent waste contains sulfur harmful ingredients that can disrupt the balance of marine life. Detergent waste can change the color of the water to brown and emit a foul odor. Therefore, it is necessary to make an effort to reduce the amount of pollutants in the detergent waste before it is distributed to the community. The purpose of this study was to prove that the use of zeolite can reduce the sulfur component in soapy water, and to determine the ratio of mixing time and optimum weight of zeolite to achieve maximum Journal of Chemical Process Engineering e-ISSN Number 2655 2967 125 absorption. This research was conducted in a research laboratory majoring in Chemical Engineering, FTI UMI Indonesia, and testing was carried out at SMAK Makassar. This research was conducted using samples of laundry waste, materials such as zeolite, activated carbon and analysis using a spectrophotometer. The research process was carried out by taking 250 ml of waste samples then added with zeoil according to the variables used and the adsorption process was carried out. After that, it was analyzed using a spectrophotometer. From the results of the research conducted, it can be concluded that the use of zeolite can reduce the sulfur component in the laundry waste soap water and optimal absorption occurs in the addition of 40 g of zeolite with a stirring time of 210 minutes. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki perairan yang sangat luas namun cukup tercemar, yang diakibatkan dengan pembuangan limbah yang berasal dari Industri-Industri yang berada di Indonesia, maupun kegiatan rumah tangga tiap harinya. Secara umum limbah diterjemahkan adalah sisa proses produksi, atau juga dapat diterjemahkan sebagai bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga. Atau juga dapat diterjemahkan sebagai barang yang rusak atau cacat dalam proses produksi. Limbah buangan dari industri yang berada di Indonesia lebih banyak dicemari oleh limbah cair yang dibuang ke saluran perairan, kali ataupun selokan. Contohnya sisa pewarna pakaian, pengawet cair, kebocoran minyak di laut yang biasanya akan langsung diolah oleh pusat K3 dalam perusahaan tersebut. Sedangkan, limbah buangan dari kegiatan rumah tangga seperti bekas cucian piring maupun pakaian yang lebih banyak mengandung detergen. Limbah detergen termasuk ke dalam jenis greywater yang mengandung bahan-bahan berbahaya seperti petrokimia dan sulfur bahkan nonylphenol ethoxylates (NPE) yang merupakan produk sampingan dalam detergen dan salah satu ancaman utama bagi kehidupan laut dengan meniru hormone dan mengganggu sistem endoktrin. Alhasil, detergen yang dibuang dalam tangka bisa membunuh bakteri pengurai. Begitu pula jika dibuang langsung ke selokan, akan bermuara ke sungai dan membuatnya tercemar. Jika kita amati saat ini perubahan aktifitas manusia telah mengalami gradasi yang sangat signifikan, dimana laju pertumbuhan teknologi dan industri menyebabkan manusia memilih jalan instant dalam penyelesaian suatu aktifitas. Yang menjadi masalah setelah itu adalah adanya limbah yang mungkin saja terjadi dari setiap aktifitas yang terjadi. Dengan limbah yang terus terjadi maka pastinya jumlah limbah yang dihasilkan akan terus meningkat dari waktu ke waktu. Berdasarkan hasil pemantauan Dinas Lingkungan Hidup sementara, untuk kota Makassar saat ini terdapat lebih dari 300 laundry yang beroperasi, dimana yang terdaftar saat ini yang terdata melalui asosiasi laundry Indonesia (ASLI) kota Makassar hanya sebesar kurang lebih 133 laundry yang keseluruhan laundry belum memiliki izin lingkungan sederhana yaitu Surat pernyataan Pengelolaan Lingkungan atau yang disingkat SPPL. SPPL ini merupakan suatu pernyataan kesanggupan dari industri Laundry kepada pemerintah sebagai komitmen dalam menjaga dan mengelola lingkungan menjadi lebih baik. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Setyobudiarso dan endro yuwono [5] maka dapat dilihat bahwa telah dilakukan proses desain rancang bangun sederhana terhadap alat penyerap limbah domestic laundry dengan melakukan kombinasi tekanan umpan aliran kedalam alat yang diisikan dengan bahan silika oksidasi dan karbon aktif dengan selama waktu tertentu. Sementara pada penelitian ini melakukan optimalisasi komposisi campuran penyerap (adsorben) antara silika oksida (SiO2) dan karbon aktif sehingga menurunkan kadar Chemical Oksigen Dissolved (COD) pada limbah laundry. Pendekatan COD dalam kasus ini adalah serapan jumlah komponen terbesar dalam limbah hasil penggunakan detergen berupa sulfur (S) yang ada dalam air. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di laboratorium riset jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, UMI Makassar dan Analisa Instrumentasi dilakukan di SMAK Makassar. Journal of Chemical Process Engineering e-ISSN Number 2655 2967 126 Bahan yang digunakan adalah air limbah sabun yang diambil dari salah satu industri laundry yang ada di perumahan Nusa Tamalanrea Indah, Tamalanrea Kota Makassar. Selain itu zeolite yang digunakan diperoleh dari took baha n kimia pada umumnya. Sedangkan bahan baku yang digunakan dipersiapkan oleh SMAK Makassar. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah motor pengaduk, spektrofotometer UV-Vis, lumpang porselin, ayakan dengan diameter 40, 80, 100 dan 200 mesh. Prosedur persiapan Adsorben Zeolit Bahan Zeolit yang digunakan akan digiling secara halus dan kemudian diayak dengan ayakan -40 + 80 mesh, hal ini sama dilakukan untuk karbon aktif yangan ada. Setelah itu bahan akan di ovenkan dalam oven selama kurang lebih 120 menit pada suhu 100oC agar bahan benar benar kering. Bahan di simpan pada tempat yang aman dan kering dalam keadaan tertutup. Prosedur pengambilan Limbah Limbah cair akan diambil pada jam 10.00 pagi WITA sampai dengan pukul 14.00 WITA dimana pada jam tersebut laundry sementara melakukan proses pencucian. Limbah tersebut diambil pasca proses pencucian dari mesin cuci sebelum dibuang ke selokan areal perumahan sebanyak kurang lebih 20 liter sampel. Prosedur pengukuran kadar sulfur dalam limbah Perlakuan I Sampel diambil sebanyak 50 ml untuk kemudian disimpan didalam botol pengambilan sampel, setelah itu dilakukan uji spektrofotometer untuk mendapatkan data keadaan awal. Membuat komposisi adsorben dimana digunakan 10 gram adsorben berupa zeolite yang dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer 250 ml. limbah diambil sebanyak 250 ml kemudian dimasukkan bersamaan dengan adsorben kemudian diaduk selama kurang lebih 15 menit. Proses pengadukan menggunakan magnetic stirrer dalam skala 3. Pada 15 menit kemudian sampel didiamkan kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring hingga padatan adsorben tertahan pada kain penyaring. Sampel yang telah jernih kemudian dilakukan pengujian lanjutan denan menggunakan spektrofotometer untuk mengukur kadar sulfur yang ada pada sampel. Proses (20 dengan (6) diulang untuk waktu 30 menit, 45 menit, 60 menit, 75 menit, 90 menit, 105 menit, hingga keadaan steady state pada masing masin perlakuan. Perlakuan II Sampel diambil sebanyak 50 ml untuk kemudian disimpan didalam botol pengambilan sampel, setelah setelah itu dilakukan uji spektrofotometer untuk mendapat data keadaan awal. Membuat komposisi adsorben dimana digunakan 25 gram adsorben berupa zeolite yang dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer 250 ml. Limbah diambil sebanyak 250 ml kemudian dimasukkan bersamaan dengan adsorben kemudian diaduk selama +/15 menit. Proses pengadukan menggunakan magnetic stirrer dalam skala 3. Pada 15 menit kemudian sampel didiamkan kemudian disaring dengan dengan menggunakan kertas saring hingga padatan adsorben tertahan pada kain penyaring. Sampel yang telah jernih kemudian dilakukan pengujian lanjutan dengan menggunakan spektrofotometer untuk mengukur kadar sulfur yang ada pada sampel. Proses (2) sampai dengan (6) diulang untuk waktu 30 menit, 45 menit, 60 menit, 75 menit, 90 menit, 105 menit, hingga keadaan steady state pada masing-masing perlakuan. Perlakuan III Sampel diambil sebanyak 50 ml untuk kemudian disimpan didalam botol pengambilan sampel, setelah itu dilakukan uji spektrofotometer untuk mendapat data keadaan awal. Membuat komposisi Adsorben dimana digunakan 40 gram adsorben berupa zeolit yang dimasukkan kedalam gelas erlenmeyer 250 ml. Limbah diambil sebanyak 250 ml kemudian dimasukkan bersamaan dengan adsorben kemudian diaduk selama +/15 menit. Proses pengadukan menggunakan magnetic stirrer dalam skala 3. Pada 15 menit kemudian sampel didiamkan kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring hingga padatan adsorben tertahan pada kain penyaring. Sampel yang telah jernih kemudian dilakukan pengujian lanjutan dengan menggunakan spektrofotometer untuk mengukur kadar Sulfur yang ada pada sampel. Proses (2) sampai dengan (6) diulang untuk waktu 30 menit, 45 menit, 60 menit, 75 menit, 90 menit, 105 menit, hingga keadaan steady state pada masing-masing perlakuan. Perlakuam IV Sampel diambil sebanyak 50 ml untuk kemudian disimpan didalam botol pengambilan sampel, setelah itu dilakukan uji spektrofotometer untuk mendapat data keadaan awal. Membuat komposisi Adsorben dimana digunakan 50 gram adsorben berupa zeolit yang dimasukkan kedalam gelas erlenmeyer 250 ml. Limbah diambil sebanyak 250 ml kemudian dimasukkan bersamaan dengan adsorben kemudian diaduk selama +/15 menit. Proses pengadukan menggunakan magnetic stirrer dalam skala 3. Pada 15 menit kemudian sampel didiamkan kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring hingga padatan adsorben tertahan pada kain penyaring. Sampel yang Journal of Chemical Process Engineering e-ISSN Number 2655 2967 127 telah jernih kemudian dilakukan pengujian lanjutan dengan menggunakan spektrofotometer untuk mengukur kadar Sulfur yang ada pada sampel. Proses (2) sampai dengan (6) diulang untuk waktu 30 menit, 45 menit, 60 menit, 75 menit, 90 menit, 105 menit, hingga keadaan steady state pada masing-masing perlakuan. Prosedur pengujian AAS HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa semakin lama