Fajar Akriana, Nurlaili Hasanah
{"title":"ANALISIS PERILAKU HERDING PADA SAHAM IPO DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2019","authors":"Fajar Akriana, Nurlaili Hasanah","doi":"10.26623/slsi.v20i1.4706","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"ABSTRAK (TNR 10) Perkembangan Bursa Efek Indonesi (BEI) hingga akhir tahun 2019 mengalami lonjakan yang sangat signifikan. Jumlah perusahaan yang melakukan IPO (Initial Public Offering) selama dua tahun berturut-turut mencatat rekor tertinggi dalam sejarah berdirinya Pasar Modal di Indonesia yaitu sejak 1977. Disamping itu, harga sahamnya cenderung mengalami underpricing yaitu harga di pasar perdana  lebih rendah daripada harga saham di hari pertama di pasar sekunder atau jumlahnya mencapai 91,6% dari jumlah yang listing sebanyak 146 perusahan. Fenomena tersebut dapat disebabkan adanya perilaku herding (Supriyanto, 2020).Namun dari beberapa hasil penelitian masih ada perbedaaan temuan seperti yang dilakukan oleh Renoldy dan Lucky (2018) dan Arisanti dan Asri, Marwan  (2018) menyimpulkan masih ada indikasi perilaku herding saat IPO di BEI, tapi hasil penelitian yang dilakukan Ismiyanti dan Fuad Armansyah (2010) tidak melihat adanya indikasi perilaku herding. Oleh karena itu sangat menarik untuk mengkaji lebih lanjut penelitian yang sejenis, tapi dengan periode pengamatan yang jauh lebih lama yaitu 10 tahun atau dari tahun 2010 – 2019.Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tidak terjadi aktifitas herding yang signifikan sampai dengan hari ke-29 setelah penawaran perdana saham dan tidak ditemukan hubungan non linier yang signifikan antara CSAD dan return pasar. Dari sini dapat disimpulkan bahwa investor cenderung bertindak rasional dalam mengambil keputusan baik untuk membeli atau menjual saham dan bukan mengikuti konsensus pasar dalam bertransaksi di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2010 -2019. Kata kunci: IPO, Underpricing, Perilaku herding, pasar perdana dan pasar sekunder bstract The development of the Indonesian Stock Exchange (IDX) until the end of 2019 experienced a very significant jump. The number of companies that made IPOs (Initial Public Offerings) for two consecutive years recorded the highest record in the history of the establishment of the Capital Market in Indonesia, namely since 1977. In addition, the stock price tends to experience underpricing, namely the price on the primary market is much lower than the stock price in Indonesia. the first day on the secondary market, or the number reached 91.6% of the total listings of 146 companies. This phenomenon can be caused by herding behavior (Supriyanto, 2020).However, from several research results, there are still differences in findings such as those made by Renoldy and Lucky (2018) and Arisanti and Asri, Marwan (2018) concluded that there are still indications of herding behavior during IPO on the IDX, but the results of research from Ismiyanti and Fuad Armansyah (2010) see no indication of herding behavior. Therefore, it is very interesting to further study similar research, but with a much longer observation period of 10 years or from 2010 - 2019.Based on the research results, it can be seen that there was no significant herding activity until the 29th day after the initial offering of shares and there was no significant non-linear relationship between CSAD and market returns. From this it can be concluded that investors tend to act rationally in making decisions whether to buy or sell stocks and not to follow market consensus in transacting on the Indonesia Stock Exchange during the period 2010-2019. Keywords: IPO, underpricing, herding behavior, local and secondary markets","PeriodicalId":52605,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Kursor Menuju Solusi Teknologi Informasi","volume":"12 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Ilmiah Kursor Menuju Solusi Teknologi Informasi","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.26623/slsi.v20i1.4706","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

直到2019年年底,印尼证券交易所的发展急剧增加。连续两年的公司IPO (IPO)记录了自1977年以来印尼股市创下的最高记录。与此同时,它的股票价格往往比第二次市场的第一天的股票价格低,或者比146个行销价格低91.6%。这种现象可能是由于牧民行为(Supriyanto, 2020)。然而,从一些研究中仍然存在一些差异,比如Renoldy和Lucky(2018)、Arisanti和Asri(2018)等发现,Marwan(2018)得出的结论是,在IPO期间仍有明显的herding行为迹象,但Ismiyanti和Fuad Armansyah(2010)没有发现herding行为的迹象。因此,回顾类似的研究是很有趣的,但观察时间要长得多,即10年或2010年至2019年。根据研究结果,我们可以发现,在股票首次发行后的第29天,并没有发现在CSAD和市场回报率之间有显著的非线性关系。从这一点可以得出结论,在2010 -2019年期间,投资者在购买或出售股票方面倾向于理性行事,而不是遵循市场共识,在印尼证券交易所进行交易。关键词:IPO、低估、行为不正、印度尼西亚证券交易所的首次和次级市场bstract自1977年以来,制作《国际邮政》的公司编号连续两年记录了印尼首都首都自1977年以来的历史记录。此外,在初级市场的股票价格比印尼的低很多。第一天在第二次市场,或数字占146个公司总数的99.6%。这种现象可以由behavior (Supriyanto, 2020)引起。但是从好几个研究results,有些分歧依然在美国findings如此那些制作单位Renoldy幸运(2018)和Arisanti和美丽,马尔万(2018年)期间herding社会行为的结论,以至于有些还是indications《IDX IPO,但the results of research从Ismiyanti和弗兰克Armansyah(2010)看到indication of herding社会行为。在此之前,深入研究类似的研究非常有趣,但从2010年到2019年,这段时间对10年或20年的期观察非常仔细。基于研究结果,这是可以看到的,直到最初共享共享的29天,CSAD和市场复苏之间没有意义的非直线关系。从这一点可以得出结论,投资者必须采取果断行动,决定是否购买或出售股票,而不是在未来2000年至2019年期间对印尼股票交易所进行市场交易。Keywords: IPO,低估,遗传性行为,地方和二级市场
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
ANALISIS PERILAKU HERDING PADA SAHAM IPO DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2019
ABSTRAK (TNR 10) Perkembangan Bursa Efek Indonesi (BEI) hingga akhir tahun 2019 mengalami lonjakan yang sangat signifikan. Jumlah perusahaan yang melakukan IPO (Initial Public Offering) selama dua tahun berturut-turut mencatat rekor tertinggi dalam sejarah berdirinya Pasar Modal di Indonesia yaitu sejak 1977. Disamping itu, harga sahamnya cenderung mengalami underpricing yaitu harga di pasar perdana  lebih rendah daripada harga saham di hari pertama di pasar sekunder atau jumlahnya mencapai 91,6% dari jumlah yang listing sebanyak 146 perusahan. Fenomena tersebut dapat disebabkan adanya perilaku herding (Supriyanto, 2020).Namun dari beberapa hasil penelitian masih ada perbedaaan temuan seperti yang dilakukan oleh Renoldy dan Lucky (2018) dan Arisanti dan Asri, Marwan  (2018) menyimpulkan masih ada indikasi perilaku herding saat IPO di BEI, tapi hasil penelitian yang dilakukan Ismiyanti dan Fuad Armansyah (2010) tidak melihat adanya indikasi perilaku herding. Oleh karena itu sangat menarik untuk mengkaji lebih lanjut penelitian yang sejenis, tapi dengan periode pengamatan yang jauh lebih lama yaitu 10 tahun atau dari tahun 2010 – 2019.Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tidak terjadi aktifitas herding yang signifikan sampai dengan hari ke-29 setelah penawaran perdana saham dan tidak ditemukan hubungan non linier yang signifikan antara CSAD dan return pasar. Dari sini dapat disimpulkan bahwa investor cenderung bertindak rasional dalam mengambil keputusan baik untuk membeli atau menjual saham dan bukan mengikuti konsensus pasar dalam bertransaksi di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2010 -2019. Kata kunci: IPO, Underpricing, Perilaku herding, pasar perdana dan pasar sekunder bstract The development of the Indonesian Stock Exchange (IDX) until the end of 2019 experienced a very significant jump. The number of companies that made IPOs (Initial Public Offerings) for two consecutive years recorded the highest record in the history of the establishment of the Capital Market in Indonesia, namely since 1977. In addition, the stock price tends to experience underpricing, namely the price on the primary market is much lower than the stock price in Indonesia. the first day on the secondary market, or the number reached 91.6% of the total listings of 146 companies. This phenomenon can be caused by herding behavior (Supriyanto, 2020).However, from several research results, there are still differences in findings such as those made by Renoldy and Lucky (2018) and Arisanti and Asri, Marwan (2018) concluded that there are still indications of herding behavior during IPO on the IDX, but the results of research from Ismiyanti and Fuad Armansyah (2010) see no indication of herding behavior. Therefore, it is very interesting to further study similar research, but with a much longer observation period of 10 years or from 2010 - 2019.Based on the research results, it can be seen that there was no significant herding activity until the 29th day after the initial offering of shares and there was no significant non-linear relationship between CSAD and market returns. From this it can be concluded that investors tend to act rationally in making decisions whether to buy or sell stocks and not to follow market consensus in transacting on the Indonesia Stock Exchange during the period 2010-2019. Keywords: IPO, underpricing, herding behavior, local and secondary markets
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
审稿时长
10 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信