{"title":"PROFIL KONFLIK SOSIAL DI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA","authors":"S. Sahrul, Mustafa Umar","doi":"10.59050/jian.v18i1.136","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan mengetahui Profil Konflik Sosial Di Kecamatan Belo Kabupaten Bima. Metode penelitian yang digunakan bersifat teoritikal yang akan dilaksanakan dalam dua tahap sebagai strategi implementasi riset di lapangan. Tahap pertama peneliti melaksanakan kegiatan field research melalui pendekatan phenomenography dalam ranah kualitatif. informan yang dipilih secara purposive dengan jumlah antara 12-25 informan. Teknik pengmpulan data yang dipilih adalah melalui wawancara mendalam (indepth interview), focus group discussion (FGD) dan studi dukumenter. Tahap Kedua, berdasarkan hasil field research tersebut akan dibuat profil konflik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Pertama, konflik komunal ini dikarenakan pengaruh dendam akibat kekalahan rakyat Ngali melawan Belanda, kedua; Kedua, konflik faktor budaya dengan turnamen tradisi Ndempa ndiha yang berkembang menjadi konflik sosial berkepanjangan, ketiga; konflik sosial akibat kenakalan remaja yang menyebakan perkelahian antara pemuda dengan menggunakan senjata-senjata tajam yang berlangsung hampir sepanjang tahun, keempat; konflik sosial akibat balas dendam yang berlangsung lama yang memakan korban yang cukup banyak yang mengarah pada perang antar desa, kelima; Konflik sosial akibat persaingan ekonomi, di wilayah Kecamatan Belo sebagai sumber penghasilan bawang terbesar, Konflik sosial akibat Sengketa Lahan antara petani yang satu dengan yang lain yang mengarah pada perkelahian antara kelompok maupun antar desa karena kepentingan menguasai lahan, konflik sosial akibat tapal batas antara desa yang satu dengan yang lain, yang merasa bahwa wilayah itu masuk pada wilayahnya.","PeriodicalId":52795,"journal":{"name":"Jurnal Natapraja Kajian Ilmu Administrasi Negara","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-06-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Natapraja Kajian Ilmu Administrasi Negara","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.59050/jian.v18i1.136","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
PROFIL KONFLIK SOSIAL DI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan mengetahui Profil Konflik Sosial Di Kecamatan Belo Kabupaten Bima. Metode penelitian yang digunakan bersifat teoritikal yang akan dilaksanakan dalam dua tahap sebagai strategi implementasi riset di lapangan. Tahap pertama peneliti melaksanakan kegiatan field research melalui pendekatan phenomenography dalam ranah kualitatif. informan yang dipilih secara purposive dengan jumlah antara 12-25 informan. Teknik pengmpulan data yang dipilih adalah melalui wawancara mendalam (indepth interview), focus group discussion (FGD) dan studi dukumenter. Tahap Kedua, berdasarkan hasil field research tersebut akan dibuat profil konflik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Pertama, konflik komunal ini dikarenakan pengaruh dendam akibat kekalahan rakyat Ngali melawan Belanda, kedua; Kedua, konflik faktor budaya dengan turnamen tradisi Ndempa ndiha yang berkembang menjadi konflik sosial berkepanjangan, ketiga; konflik sosial akibat kenakalan remaja yang menyebakan perkelahian antara pemuda dengan menggunakan senjata-senjata tajam yang berlangsung hampir sepanjang tahun, keempat; konflik sosial akibat balas dendam yang berlangsung lama yang memakan korban yang cukup banyak yang mengarah pada perang antar desa, kelima; Konflik sosial akibat persaingan ekonomi, di wilayah Kecamatan Belo sebagai sumber penghasilan bawang terbesar, Konflik sosial akibat Sengketa Lahan antara petani yang satu dengan yang lain yang mengarah pada perkelahian antara kelompok maupun antar desa karena kepentingan menguasai lahan, konflik sosial akibat tapal batas antara desa yang satu dengan yang lain, yang merasa bahwa wilayah itu masuk pada wilayahnya.