信仰问题:对西方哲学信仰的批评和提供答案

Setyoningsih Wibowo
{"title":"信仰问题:对西方哲学信仰的批评和提供答案","authors":"Setyoningsih Wibowo","doi":"10.20871/KPJIPM.V3I1.38","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract : Faith becomes problematic in our modern world. In the age of secularization and emancipation man masters the Nature with his growing reason and ever developing technology. This new situation brings with itself a discredit toward faith and religion. Without refusing the existence of God, Immanuel Kant declares that theology is a paralogism (a fallacious reasoning). Auguste Comte corners the religion in the realm of infantile age to be overcomed by the progress of science. Meanwhile Friedrich Nietzsche, from his own view, analyses that the phenomenon of fanatism in religion hides the uncontrallble “need to believe” typically found among the weaks.The central critique of Martin Heidegger toward ontotheological metaphysics shows that theology defined as science does not think. Man of faith has already all the answer before a question is posed, therefore he cannot truly pariticipate in the question of Being. This article tries to consider these objections against faith. As an answer, this article offers to acknowledge “the act of believe” as an universal disposition in man. Much wider than his need to possess knowledge, man is driven by a desire for the infinite. Faith resumes this human desire for infinite. Keywords : Emancipation, theology, metaphysics, faith, knowledge, way of belief, act of belief, passivity, infinite horizon, anthropological disposision. Abstrak : Iman menjadi problem di dunia modern. Gerak sekularisasi dan emansipasi manusia berkat perkembangan rasionya, yang tampak dalam penguasaan manusia atas alam lewat teknologi, membuat keyakinan pada Tuhan dianggap ketinggalan roh jaman. Meskipun tidak menolak Tuhan, Immanuel Kant menganggap bahwa teologi adalah sebuah paralogisme. Auguste Comte tegas-tegas mengatakan bahwa jaman teologi dan agama adalah era kekanak-kanakan yang harus dilampaui demi kemajuan jaman. Friedrich Nietzsche memperingatkan bahwa fanatisme dalam agama adalah tanda besarnya kebutuhan manusia untuk percaya, yang tidak lain adalah kelemahan diri manusia. Kritikan besar Martin Heidegger kepada metafisika onto-teologis semakin menunjukkan inferioritas iman di depan pemikiran. Beriman artinya tidak bisa berpikir secara sungguh-sungguh. Artikel ini hendak menimbang keberatan-keberatan atas iman di atas dan sekaligus menawarkan bahwa “tindak percaya” adalah sesuatu yang secara antropologis menjadi disposisi setiap manusia. Lebih luas daripada obsesi pada “pengetahuan”, manusia memiliki hasrat akan ketakterbatasan yang menemukan ekspresinya dalam apa yang kita sebut sebagai iman. Kata kunci : Emansipasi, teologi, metafisika, iman, pengetahuan, cara beriman, tindak percaya, pasitivitas, horison ketakterbatasan, disposisi antropologis.","PeriodicalId":31008,"journal":{"name":"Kanz Philosophia A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism","volume":"102 1","pages":"3-34"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2013-06-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":"{\"title\":\"Permasalahan Iman : Kritik Atas Iman Dalam Filsafat Barat dan Tawaran Jawaban\",\"authors\":\"Setyoningsih Wibowo\",\"doi\":\"10.20871/KPJIPM.V3I1.38\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Abstract : Faith becomes problematic in our modern world. In the age of secularization and emancipation man masters the Nature with his growing reason and ever developing technology. This new situation brings with itself a discredit toward faith and religion. Without refusing the existence of God, Immanuel Kant declares that theology is a paralogism (a fallacious reasoning). Auguste Comte corners the religion in the realm of infantile age to be overcomed by the progress of science. Meanwhile Friedrich Nietzsche, from his own view, analyses that the phenomenon of fanatism in religion hides the uncontrallble “need to believe” typically found among the weaks.The central critique of Martin Heidegger toward ontotheological metaphysics shows that theology defined as science does not think. Man of faith has already all the answer before a question is posed, therefore he cannot truly pariticipate in the question of Being. This article tries to consider these objections against faith. As an answer, this article offers to acknowledge “the act of believe” as an universal disposition in man. Much wider than his need to possess knowledge, man is driven by a desire for the infinite. Faith resumes this human desire for infinite. Keywords : Emancipation, theology, metaphysics, faith, knowledge, way of belief, act of belief, passivity, infinite horizon, anthropological disposision. Abstrak : Iman menjadi problem di dunia modern. Gerak sekularisasi dan emansipasi manusia berkat perkembangan rasionya, yang tampak dalam penguasaan manusia atas alam lewat teknologi, membuat keyakinan pada Tuhan dianggap ketinggalan roh jaman. Meskipun tidak menolak Tuhan, Immanuel Kant menganggap bahwa teologi adalah sebuah paralogisme. Auguste Comte tegas-tegas mengatakan bahwa jaman teologi dan agama adalah era kekanak-kanakan yang harus dilampaui demi kemajuan jaman. Friedrich Nietzsche memperingatkan bahwa fanatisme dalam agama adalah tanda besarnya kebutuhan manusia untuk percaya, yang tidak lain adalah kelemahan diri manusia. Kritikan besar Martin Heidegger kepada metafisika onto-teologis semakin menunjukkan inferioritas iman di depan pemikiran. Beriman artinya tidak bisa berpikir secara sungguh-sungguh. Artikel ini hendak menimbang keberatan-keberatan atas iman di atas dan sekaligus menawarkan bahwa “tindak percaya” adalah sesuatu yang secara antropologis menjadi disposisi setiap manusia. Lebih luas daripada obsesi pada “pengetahuan”, manusia memiliki hasrat akan ketakterbatasan yang menemukan ekspresinya dalam apa yang kita sebut sebagai iman. Kata kunci : Emansipasi, teologi, metafisika, iman, pengetahuan, cara beriman, tindak percaya, pasitivitas, horison ketakterbatasan, disposisi antropologis.\",\"PeriodicalId\":31008,\"journal\":{\"name\":\"Kanz Philosophia A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism\",\"volume\":\"102 1\",\"pages\":\"3-34\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2013-06-24\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"1\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Kanz Philosophia A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.20871/KPJIPM.V3I1.38\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Kanz Philosophia A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.20871/KPJIPM.V3I1.38","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1

摘要

摘要:在现代社会,信仰成为一个问题。在世俗化和解放的时代,人类以日益增长的理性和不断发展的技术来主宰自然。这种新形势给信仰和宗教带来了耻辱。不拒绝上帝的存在,伊曼努尔·康德宣称,神学是一种谬误推理(谬误推理)。奥古斯特·孔德把宗教局限在婴儿时期,让科学的进步来克服它。与此同时,尼采从他自己的角度分析了宗教中的狂热现象隐藏着一种无法控制的“相信的需要”,这种需要通常存在于弱者中。海德格尔对本体论形而上学的核心批判表明,被定义为科学的神学不思考。有信仰的人在问题提出之前就已经有了全部的答案,因此他不能真正地参与存在的问题。本文试图考虑这些反对信仰的理由。作为回答,本文提出承认“相信的行为”是人类的一种普遍倾向。人类不仅需要掌握知识,而且还受到对无限的渴望的驱使。信仰恢复了人类对无限的渴望。关键词:解放、神学、形而上学、信仰、知识、信仰方式、信仰行为、被动性、无限视界、人类学倾向。摘要:曼加迪问题是现代的。Gerak sekularisasdan manmansipasi - berkat perkembangan rasionya, yang tampak dalam - penguasasan - nasas - alwalet technology,会员keyakinan padadhandianggap ketinggalan roh jaman。Meskipun tidak menolak Tuhan, Immanuel Kant, menganggap,从神学的角度看,这是一种谬误推理。奥古斯特伯爵tegas-tegas mengatakan bahwa jaman teology dan agama adalah era kekanak-kanakan yang harus dilampaui demi kemajuan jaman。弗里德里希·尼采(Friedrich Nietzsche):《尼采》(Nietzsche):《尼采》(Nietzsche):《尼采》(Nietzsche):《尼采》(Nietzsche):《尼采》(Nietzsche):《尼采》(Nietzsche):《尼采》批判主义的先驱马丁·海德格尔(Martin Heidegger)认为,元主义是一种内在的技术,似乎是一种内在的技术,是一种内在的技术。Beriman artinya tidak bisa berpikir secara sunguh - sunguh。Artikel ini hendak menimbang keberatan-keberatan atas man di atas dan sekaligus menawarkan bahwa“tindak peraya”adalah sesuatu yang secara人类学menjadi disposisi setap manusia。Lebih luas daripada obsesi pada " pengetahuan ", manusia memiliki hasrat akan ketakterbatasan yang menemukan ekresinya dalam apa yang kita sebut sebagaiman。Kata kunci: Emansipasi, technology, metafisika, man, pengetahuan, cara beriman, tindak peraya, passitivitas, horison ketakterbatasan, disposisi anthropology。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
Permasalahan Iman : Kritik Atas Iman Dalam Filsafat Barat dan Tawaran Jawaban
Abstract : Faith becomes problematic in our modern world. In the age of secularization and emancipation man masters the Nature with his growing reason and ever developing technology. This new situation brings with itself a discredit toward faith and religion. Without refusing the existence of God, Immanuel Kant declares that theology is a paralogism (a fallacious reasoning). Auguste Comte corners the religion in the realm of infantile age to be overcomed by the progress of science. Meanwhile Friedrich Nietzsche, from his own view, analyses that the phenomenon of fanatism in religion hides the uncontrallble “need to believe” typically found among the weaks.The central critique of Martin Heidegger toward ontotheological metaphysics shows that theology defined as science does not think. Man of faith has already all the answer before a question is posed, therefore he cannot truly pariticipate in the question of Being. This article tries to consider these objections against faith. As an answer, this article offers to acknowledge “the act of believe” as an universal disposition in man. Much wider than his need to possess knowledge, man is driven by a desire for the infinite. Faith resumes this human desire for infinite. Keywords : Emancipation, theology, metaphysics, faith, knowledge, way of belief, act of belief, passivity, infinite horizon, anthropological disposision. Abstrak : Iman menjadi problem di dunia modern. Gerak sekularisasi dan emansipasi manusia berkat perkembangan rasionya, yang tampak dalam penguasaan manusia atas alam lewat teknologi, membuat keyakinan pada Tuhan dianggap ketinggalan roh jaman. Meskipun tidak menolak Tuhan, Immanuel Kant menganggap bahwa teologi adalah sebuah paralogisme. Auguste Comte tegas-tegas mengatakan bahwa jaman teologi dan agama adalah era kekanak-kanakan yang harus dilampaui demi kemajuan jaman. Friedrich Nietzsche memperingatkan bahwa fanatisme dalam agama adalah tanda besarnya kebutuhan manusia untuk percaya, yang tidak lain adalah kelemahan diri manusia. Kritikan besar Martin Heidegger kepada metafisika onto-teologis semakin menunjukkan inferioritas iman di depan pemikiran. Beriman artinya tidak bisa berpikir secara sungguh-sungguh. Artikel ini hendak menimbang keberatan-keberatan atas iman di atas dan sekaligus menawarkan bahwa “tindak percaya” adalah sesuatu yang secara antropologis menjadi disposisi setiap manusia. Lebih luas daripada obsesi pada “pengetahuan”, manusia memiliki hasrat akan ketakterbatasan yang menemukan ekspresinya dalam apa yang kita sebut sebagai iman. Kata kunci : Emansipasi, teologi, metafisika, iman, pengetahuan, cara beriman, tindak percaya, pasitivitas, horison ketakterbatasan, disposisi antropologis.
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
6
审稿时长
24 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:604180095
Book学术官方微信