Nurbani Adine Gustianti, Rianne Octa Syahrani Anne, Gregory Henry Erari
{"title":"REMOTE SEXUAL ASSAULT DI THAILAND: ANALISIS BERDASARKAN RESPON UNICEF","authors":"Nurbani Adine Gustianti, Rianne Octa Syahrani Anne, Gregory Henry Erari","doi":"10.24252/rir.v4i2.32626","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Fenomena kekerasan seksual terhadap anak semakin sering terjadi dan menjadi global hampir di berbagai negara. Kasus kekerasan seksual terhadap anak terus meningkat dari waktu ke waktu. Peningkatan tersebut tidak hanya dari segi kuantitas atau jumlah kasus yang terjadi, bahkan juga dari kualitas. Thailand merupakan salah satu negara dengan jumlah kasus pariwisata seks anak terbesar di dunia. Prostitusi di Thailand bermain peran dalam perekonomian negara. Ironisnya sebagian besar pendapatan nasional Thailand berasal dari sektor pariwisata seks. Persoalan Human Security di Thailand telah menyebabkan turunnya citra negara Thailand akibat banyaknya perspektif dan respon yang buruk mengenai isu kekerasan seksual ini. Adapun penyebabnya yaitu karena sejarah yang turun temurun sejak zaman Ayuthya (1350-1767), masalah ekonomi, budaya masyarakat, tingkat kemiskinan, sehingga kasus kekerasan seksual terhadap anak maupun perempuan di Thailand masih terus berjalan hingga saat ini. Peneliti menggunakan pendekatan deskriptif-analisis yang dimana mengumpulkan berbagai studi kepustakaan, menyusun, menginterpretasikan data, yang kemudian dianalisis untuk mendapatkan data yang valid. Dengan menggunakan konsep Human Security dan Organisasi Internasional untuk menganalisis respon dari United Nations Children's Fund (UNICEF) yang berada dibawah naungan PBB yang mementingkan berbagai isu terkait hak anak-anak sangat diperlukan dalam membantu pemerintahan Thailand dalam menangani kasus kekerasan anak yang terjadi di Thailand. Kemudian hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan respon dari UNICEF dan melalui beberapa program pengendalian Remote Sexual Assault belum sepenuhnya dapat meminimalisir kekerasan seksual terhadap anak-anak di Thailand. \n \n \n ","PeriodicalId":42127,"journal":{"name":"MGIMO Review of International Relations","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.2000,"publicationDate":"2023-01-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"MGIMO Review of International Relations","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24252/rir.v4i2.32626","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"Q4","JCRName":"INTERNATIONAL RELATIONS","Score":null,"Total":0}
REMOTE SEXUAL ASSAULT DI THAILAND: ANALISIS BERDASARKAN RESPON UNICEF
Fenomena kekerasan seksual terhadap anak semakin sering terjadi dan menjadi global hampir di berbagai negara. Kasus kekerasan seksual terhadap anak terus meningkat dari waktu ke waktu. Peningkatan tersebut tidak hanya dari segi kuantitas atau jumlah kasus yang terjadi, bahkan juga dari kualitas. Thailand merupakan salah satu negara dengan jumlah kasus pariwisata seks anak terbesar di dunia. Prostitusi di Thailand bermain peran dalam perekonomian negara. Ironisnya sebagian besar pendapatan nasional Thailand berasal dari sektor pariwisata seks. Persoalan Human Security di Thailand telah menyebabkan turunnya citra negara Thailand akibat banyaknya perspektif dan respon yang buruk mengenai isu kekerasan seksual ini. Adapun penyebabnya yaitu karena sejarah yang turun temurun sejak zaman Ayuthya (1350-1767), masalah ekonomi, budaya masyarakat, tingkat kemiskinan, sehingga kasus kekerasan seksual terhadap anak maupun perempuan di Thailand masih terus berjalan hingga saat ini. Peneliti menggunakan pendekatan deskriptif-analisis yang dimana mengumpulkan berbagai studi kepustakaan, menyusun, menginterpretasikan data, yang kemudian dianalisis untuk mendapatkan data yang valid. Dengan menggunakan konsep Human Security dan Organisasi Internasional untuk menganalisis respon dari United Nations Children's Fund (UNICEF) yang berada dibawah naungan PBB yang mementingkan berbagai isu terkait hak anak-anak sangat diperlukan dalam membantu pemerintahan Thailand dalam menangani kasus kekerasan anak yang terjadi di Thailand. Kemudian hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan respon dari UNICEF dan melalui beberapa program pengendalian Remote Sexual Assault belum sepenuhnya dapat meminimalisir kekerasan seksual terhadap anak-anak di Thailand.